Bantuan Eropa dan AS Percepat Proyek Kapal Selam Taiwan
Taiwan mendapatkan bantuan teknologi terbaru dari Amerika Serikat dan Eropa dalam proyek pengembangan kapal selam dalam negeri (IDS) mereka. Proyek ini diperlukan untuk mengimbangi kekuatan armada kapal selam China.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
TAIPEI, SABTU — Negara-negara Eropa, bersama Amerika Serikat, memberikan bantuan bagi Taiwan untuk mengembangkan proyek kapal selam buatan dalam negeri Taiwan (indigenous defense submarine/IDS) yang dimulai sejak November 2020. Bahkan, penyelesaian proyek ini yang semula direncanakan pada 2025 akan dipercepat mengingat situasi ancaman yang terus muncul, terutama dari China.
Pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Pertahanan Taiwan, Jumat (2/4/2021) malam, membantah laporan yang dimuat The National Interest, sebuah media AS, yang menyebut bahwa Korea Utara membantu proyek kapal selam mereka.
”Dalam pengembangan kapal selam kami belum pernah ada, tidak ada sekarang, dan tidak akan pernah ada kontak dengan Korea Utara. Bantuan semuanya diberikan oleh negara-negara penting di Eropa dan Amerika Serikat,” demikian pernyataan Kemenhan Taiwan tanpa memberikan rincian.
Taiwan, yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya, telah berupaya untuk memodernisasi armada kapal selamnya. Dua dari empat kapal selam milik Angkatan Laut Taiwan—dibuat di Portsmouth, Inggris—telah berusia lebih dari setengah abad. Semetara dua lainnya, yang dibangun di Belanda, telah berusia lebih dari 30 tahun.
Sebaliknya, armada kapal selam China telah memordenisasi jajaran kapal selamnya. AL China diketahui telah memiliki kapal yang mampu meluncurkan senjata nuklir.
Pertengahan bulan Maret, di hadapan parlemen, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo Cheng mengatakan, Amerika Serikat telah menyetujui ekspor teknologi sensitif untuk melengkapi armada kapal selam yang tengah dibangun oleh Taiwan.
Kesepakatan penjualan teknologi itu merupakan bagian dari kesepakatan yang diteken Taiwan dan Pemerintah AS pada tahun 2018 di era Presiden Donald Trump. Dikutip dari laman Defense News, penjualan teknologi ini adalah bagian dari kesepakatan kerja sama lanjutan perdagangan perlengkapan militer kedua negara, setelah tahun 2017 Taiwan membeli teknologi torpedo senilai 425 juta dolar AS dari AS.
Teknologi kapal selam yang akan dibeli oleh Taiwan dari AS di antaranya adalah sistem manajemen pertempuran (combat management system), termasuk di dalamnya sistem penginderaan, periskop, dan senjata perusak.
Negara-negara Eropa umumnya berhati-hati dalam mengizinkan penjualan senjata ke Taiwan karena takut membuat marah China. Meskipun demikian, pada 2018, Taiwan mengatakan sedang berbicara dengan perusahaan yang berbasis di Gibraltar tentang desain armada kapal selam baru. Perancis juga telah menjual fregat dan jet tempur kepada Taiwan. Tahun lalu, Taiwan mengatakan sedang berusaha membeli peralatan dari Perancis untuk meningkatkan sistem interferensi rudal kapal.
Tekanan China
China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya telah meningkatkan aktivitas militernya beberapa bulan terakhir. Langkah itu menjadi bagian dari usaha menekan Taipei untuk menerima kedaulatan Beijing. Taiwan telah bersumpah untuk membela diri.
Menhan Chiu Kuo Cheng mengatakan, untuk menghadapi China, Taiwan telah meningkatkan personel dan persenjataan di ITU ABA, atau yang dikenal sebagai Pulau Taiping, di gugusan Kepulauan Spratley yang dikelola Taipei.
”Mereka mampu memulai perang. Tujuan saya menyiagakan personel dan peralatan tempur adalah agar kami siap setiap saat,” kata Chiu.
Presiden China Xi Jinping berulang kali menyatakan bahwa Beijing tidak akan membiarkan Taiwan merdeka. Ia pun menolak mengesampingkan penggunaan kekuatan jika hal itu diperlukan. Sebaliknya, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menolak klaim Beijing dan menyatakan bahwa Taiwan akan berada di garis depan membela demokrasi dari agresor yang otoriter di Asia, dalam hal ini China.
Tentara Pembebasan Rakyat China telah meningkatkan tekanan militer di pulau itu, mengirim pesawat tempur ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan, dan meningkatkan latihan militer di pulau-pulau terdekat. Tindakan itu ditafsirkan sebagai ancaman bagi Taipei.
Tensi tinggi China-Taiwan juga mengikutsertakan AS yang berjanji akan memberikan perlindungan bagi negara berpenduduk sekitar 25 juta jiwa itu. Kapal induk AS sering kali berpatroli di wilayah tersebut untuk mengamati situasi di kawasan. (REUTERS)