Membesar Kemungkinan AS Kembali ke Kesepakatan Nuklir Iran
AS membuka kemungkinan kembali ke perjanjian nuklir Iran. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, negaranya dapat kembali ke perjanjian itu jika Teheran menilai Washington telah memenuhi komitmennya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
BRUSSELS, KAMIS — Negara-negara yang tergabung dalam perjanjian kesepakatan program nuklir Iran akan bertemu dalam sebuah konferensi video pada Jumat (2/4/2021). Salah satu materi yang dibahas dalam pertemuan itu ialah kemungkinan kembalinya Amerika Serikat dalam perjanjian itu, sesuatu yang terlihat direspons positif oleh Washington.
Uni Eropa dalam pernyataannya menyebut negara-negara yang masih menjadi pihak-pihak yang tergabung dalam perjanjian kesepakatan nuklir Iran akan hadir dalam pertemuan itu. Mereka ialah Pemerintah China, Perancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan Iran sendiri. ”Para peserta akan membahas prospek kemungkinan kembalinya AS ke JCPOA (The Joint Comprehensive Plan of Action, atau biasa disebut sebagai perjanjian nuklir Iran) dan bagaimana memastikan implementasi penuh dan efektif dari perjanjian oleh semua pihak,” demikian isi pernyataan itu.
Pertemuan Jumat itu akan menandai pertemuan pertama yang disebut ”komisi bersama” pada perjanjian nuklir Iran sejak Presiden AS Joe Biden menjabat. Badan yang mengawasi implementasi JCPOA telah berada di bawah ancaman sejak presiden AS, sebelumnya Donald Trump, menarik diri pada 2018 dan Iran dinilai mulai melanjutkan kegiatan nuklir yang sejatinya telah dikurangi sebelumnya. Pertemuan virtual para pihak itu akan dipimpin oleh diplomat senior UE, Enrique Mora, atas nama kepala kebijakan luar negeri UE, Josep Borrell.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, di Washington pada Kamis (1/4/2021) mengatakan kepada wartawan bahwa Pemerintah AS sangat menyambut baik pertemuan itu. Washington menyatakan hal itu sebagai langkah positif. ”Kami siap untuk memastikan kembali kepatuhan dengan komitmen JCPOA yang konsisten di mana Iran juga melakukan hal yang sama,” kata Price, seraya mengungkapkan, pihaknya mendiskusikan dengan para mitra AS tentang cara terbaik untuk mencapai hal itu, termasuk melalui serangkaian langkah awal bersama di antara mereka. ”Kami telah mencari opsi untuk melakukannya, termasuk dengan percakapan tidak langsung melalui mitra Eropa kami,” tambah Price.
Aktivitas nuklir Iran dikhawatirkan oleh kekuatan Barat akan membuat Teheran mengembangkan senjata atom.
Trump mengecam perjanjian nuklir Iran yang dibuat pada tahun 2015. Perjanjian itu membuat Iran mendapatkan keringanan sanksi internasional sebagai imbalan untuk menerima batasan pada program nuklirnya. Aktivitas nuklir Iran dikhawatirkan oleh kekuatan Barat akan membuat Teheran mengembangkan senjata atom.
Biden di masa pemerintahannya telah berjanji untuk bergabung kembali dengan perjanjian nuklir itu. Syaratnya ialah Teheran yang pertama kali kembali untuk menghormati komitmen yang ditinggalkan sebagai pembalasan atas keputusan Trump itu. Namun, Teheran sejauh ini tampak cenderung bergeming dengan permintaan Washington itu.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, negaranya dapat kembali mematuhi JCPOA jika Teheran menganggap Washington telah memenuhi komitmennya. Kesepakatan nuklir Iran ditandatangani oleh Iran di Vienna pada 2015 bersama AS, China, Rusia, Jerman, Perancis, dan Inggris, di bawah ketua UE. Perjanjian itu dirancang untuk mencegah Iran memperoleh persenjataan nuklir dengan memberlakukan batasan ketat pada program nuklirnya.
Departemen Luar Negeri AS sementara itu juga mengonfirmasi bahwa AS telah memberi Irak perpanjangan pengabaian sanksi yang memungkinkannya untuk mengimpor gas Iran. Washington seperti diketahui telah memasukkan industri energi Iran ke dalam daftar hitam pada akhir 2018 karena sanksi atas Teheran. Namun, Washington memberi Baghdad serangkaian keringanan sementara, berharap Irak akan melepaskan diri dari energi Iran dengan bermitra dengan perusahaan-perusahaan AS.
Perpanjangan 120 hari sanksi itu dilakukan menjelang dimulainya ”dialog strategis” antara Washington dan Baghdad, yang dijadwalkan dibuka melalui konferensi video pada 7 April 2021. ”Pembaruan ini mengakui keberhasilan baru-baru ini yang dialami Amerika Serikat dan Irak melalui dua putaran dialog strategis kami dengan Baghdad, dan beberapa perjanjian energi yang ditandatangani oleh Pemerintah Irak juga,” kata Price. Dia menyatakan bahwa perjanjian itu ”pada akhirnya akan memungkinkan Irak untuk mengembangkan swasembada energinya dan diharapkan mengakhiri ketergantungannya pada Iran”. (AFP/REUTERS/BEN)