Kasus Covid-19 di Perancis Meningkat, Macron Terapkan Lagi Karantina Nasional
Presiden Perancis Emmanuel Macron mengambil kebijakan penguncian wilayah (”lockdown”) secara nasional setelah laju infeksi Covid-19 di negaranya terus naik.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
PARIS, KAMIS — Presiden Perancis Emmanuel Macron tidak memiliki pilihan untuk menekan laju infeksi Covid-19 di negaranya, kecuali melakukan karantina nasional, pembatasan sosial warga untuk ketiga kalinya, selama satu bulan ke depan. Dengan jumlah korban meninggal mendekati 100.000 jiwa dan unit perawatan intensif di rumah sakit-rumah sakit di daerah sangat terpukul oleh meningkatnya penularan Covid-19, Macron meninggalkan keinginannya menjaga Perancis tetap terbuka demi melindungi perekonomian negaranya.
”Kita akan kehilangan kendali jika kita tidak bergerak sekarang,” kata Macron dalam pidatonya yang disiarkan stasiun televisi, Rabu (31/3/2021) malam waktu setempat atau Kamis dini hari WIB.
Keputusan Pemerintah Perancis membuat para pengelola sekolah dan institusi pendidikan lain harus meliburkan anak didik mereka selama tiga pekan. Selain itu, karantina nasional melarang warga untuk melakukan perjalanan domestik dan pemberlakuan jam malam di seluruh Perancis.
Untuk para murid sekolah dasar, seusai akhir pekan ini, pembelajaran akan dilakukan secara jarak jauh selama sepekan. Setelah itu, mereka akan memasuki masa libur selama dua pekan. Selanjutnya, siswa TK dan SD akan kembali ke sekolah. Adapun bagi murid sekolah menengah dan sekolah menengah atas, proses belajar jarak jauh akan dilakukan selama setidaknya sepekan.
Macron mengatakan, pembatasan sosial warga yang sudah berlaku di Paris dan beberapa wilayah lain selama sepekan terakhir diperluas penerapannya setidaknya selama satu bulan serta mulai diterapkan pada Sabtu akhir pekan ini. Di bawah pembatasan ini, orang diizinkan keluar untuk bersantai, tetapi dalam radius 10 kilometer dari rumah mereka dan tanpa bersosialisasi. Selain itu, sebagian besar toko yang tak menjual kebutuhan-kebutuhan pokok diperintahkan untuk tutup.
Macron berjanji untuk mempercepat kampanye vaksinasi Covid-19. Ia akan memberikan akses vaksinasi kepada semua orang yang berusia 60 tahun ke atas pada pertengahan April, warga berusia 50 tahun ke atas pada pertengahan Mei, dan seluruh penduduk sebulan kemudian. Sejauh ini, Perancis memprioritaskan warga yang tinggal di panti jompo dan warga berusia 70 tahun ke atas, pekerja perawatan kesehatan, serta orang dengan kondisi kesehatan yang parah.
Keputusan terbaru Macron ini berbeda dari kebijakan dalam beberapa bulan terakhir, yang berfokus pada pembatasan regional. Macron semula berusaha untuk menghindari pembatasan sosial berskala besar ketiga sejak awal tahun dengan mencoba meyakinkan bahwa dia bisa mengarahkan Perancis keluar dari pandemi tanpa melakukan karantina.
Meski demikian, opsi presiden yang mantan bankir investasi itu menyempit karena jenis virus korona yang lebih menular telah melanda Perancis dan sebagian besar Eropa. Macron bersama kabinetnya mendapat kecaman dari lawan-lawan politiknya dan banyak pakar kesehatan selama beberapa pekan terakhir setelah melonjaknya jumlah kasus penularan Covid-19 yang membuat rumah sakit-rumah sakit dan tenaga kesehatan kewalahan.
Dr Pauline Caillard, dokter di unit gawat darurat sebuah rumah sakit di Kota Amiens, Perancis utara, mengggambarkan peningkatan jumlah pasien dan ketegangan yang bertambah pada staf medis. ”(Situasi saat) ini bergerak sangat cepat. Saya harap kita tidak harus membuat pilihan di antara pasien,” ujarnya.
Ketika Macron berbicara mengenai kebijakan karantina, otoritas kesehatan juga menyatakan bahwa terdapat lebih dari 53.000 kasus baru pada Rabu (31/3/2021). Angka itu merupakanjumlah dua hari terakhir. Sebanyak 304 kematian baru dilaporkan pada saat yang sama.
”Kami sudah mengadopsi strategi sejak awal tahun yang bertujuan untuk menanggulangi epidemi tanpa menutup diri,” ujar Macron. Dia menambahkan, jika seluruh rakyat Perancis melaksanakan kebijakan itu, seluruh negeri akan melihat cahaya terang di ujung terowongan.
Kasus baru berlipat
Jumlah kasus baru di Perancis telah berlipat ganda sejak Februari lalu, menjadi rata-rata 40.000 kasus per hari. Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) menembus 5.000 orang. Angka ini melebihi puncak jumlah kasus sebelumnya yang terjadi dalam karantina selama enam minggu pada akhir tahun lalu. Peningkatan kasus harian membuat pemerintah menambah kapasitas tempat tidur di ICU menjadi 10.000 orang.
Penerapan karantina dikhawatirkan memperlambat laju pemulihan ekonomi Perancis. Kebijakan karantina nasional akan memaksa 150.000 bisnis menghentikan kegiatan dan membuat biaya yang harus ditanggung pemerintah mencapai 11 miliar euro atau 12,89 miliar dollar AS per bulan.
Kebijakan ini juga diperkirakan akan memberi dampak pada harapan Eropa untuk bangkit kembali dengan cepat dari pandemi. Hal ini juga menggarisbawahi dampak keterlambatan program vaksinasi di negara-negara Uni Eropa.
Negara tetangga, Inggris, yang baru saja bercerai dengan UE, telah melakukan inokulasi pada hampir setengah populasinya. Inggris juga telah membuka kembali perekonomiannya.
Macron mengatakan, kondisi ini harus diubah dan program vaksinasi harus dipercepat. Perancis terkendala dalam masalah birokrasi dan diperlambat oleh kurangnya pasokan vaksin. Hingga kuartal pertama 2021, hanya 12 persen yang baru menjalani vaksinasi Covid-19.
Percepatan vaksinasi menargetkan 30 juta orang dewasa yang menjalani inokulasi pada pertengahan Juni mendatang. Bila kebijakan karantina, penguncian dan vaksinasi yang dipercepat ini berjalan lancar, menurut Macron, Perancis akan memulai pembukaan kembali secara bertahap mulai pertengahan Mei mendatang. Proses itu dimulai dari pembukaan kembali museum dan teras luar restoran atau bar. (AP/AFP/REUTERS)