Indonesia-Jepang Cermati Isu Myanmar dan Laut China Selatan
Isu kesetaraan vaksin dan stabilitas di Laut China Selatan serta kawasan menjadi perhatian serius Pemerintah Indonesia dan Jepang. Kedua negara juga membahas isu Myanmar.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
TOKYO, SELASA —Untuk keluar dari masa sulit seperti pandemi Covid-19, dibutuhkan banyak energi positif dan kerja sama serta tidak mementingkan diri sendiri, termasuk nasionalisme vaksin Covid-19. Dunia harus bekerja sama membangun ketahanan kesehatan yang kuat dan bekerja sama mempercepat pemulihan ekonomi.
Hal itu dikemukakan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi seusai pertemuan bilateral 2 Plus 2 antara Indonesia dan Jepang, Selasa (30/3/2021), di Tokyo, Jepang. Pertemuan 2 Plus 2 itu antara Menlu Retno dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan Menlu Jepang Toshimitsu Motegi dan Menhan Jepang Nobuo Kishi.
”Kerja sama dan perdamaian sangat diperlukan bagi dunia untuk keluar bersama dari pandemi Covid-19 dan bersama-sama melakukan pemulihan ekonomi,” kata Retno.
Retno menjelaskan, tantangan program vaksinasi masih sangat besar. Karena itu, diperlukan kerja sama, terutama dalam merealisasikan kesetaraan akses terhadap vaksin bagi semua negara. Indonesia dan Jepang prihatin dengan vaksin nasionalisme dan pembatasan suplai vaksin yang berpotensi menghambat pemulihan dari pandemi. ”Kami sepakat terus mendukung vaksin multilateralisme dan mendukung kerja COVAX Facility,” ujarnya.
Retno juga bertemu dengan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Jepang Kono Taro, yang juga diberi tugas program vaksinasi Covid-19. Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak sepakat vaksinasi adalah salah satu ikhtiar masyarakat dunia untuk segera keluar dari pandemi. Di bidang ketahanan kesehatan, kedua pihak menindaklanjuti perkembangan MOU, seperti kerja sama riset pengembangan dan pembuatan vaksin antara Institut Teknologi Bandung dan Osaka University. Selain itu, juga kerja sama peralatan kesehatan, hibah Jepang untuk peralatan kesehatah, termasuk mobil x-rays.
”Secara khusus, saya mendorong kerja sama Indonesia-Jepang untuk penguatan pengelolaan vaksinasi dan laboratorium, baik untuk Covid-19 maupun penyakit menular lainnya,” kata Retno.
Dalam kunjungan itu, Retno dan Prabowo juga bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga untuk menyampaikan pesan dari Presiden RI Joko Widodo. ”Dalam kunjungan kenegaraan itu, kami menyampaikan pesan penting Presiden untuk melanjutkan kerja sama seperti yang sudah dibahas saat Suga ke Indonesia, termasuk bidang investasi,” kata Retno.
Hubungan Indonesia dan Jepang kokoh karena Jepang sudah menjadi mitra strategis Indonesia sejak 2006. Jepang juga merupakan salah satu mitra penting Indonesia di bidang ekonomi. Pada 2020, Jepang menjadi investor keempat terbesar di Indonesia setelah Singapura, China, dan Hong Kong. Pada 2018, Jepang menjadi investor terbesar kedua setelah Singapura.
Keamanan
Seusai pertemuan, Indonesia dan Jepang menandatangani kesepakatan transfer peralatan dan teknologi pertahanan untuk memperkuat kerja sama militer. Jepang mengakhiri larangan penjualan persenjataan ke luar negeri pada 2014 dan akan mulai mengekspor ke Indonesia. ”Kami akan memperluas kerja sama ke tingkat yang lebih tinggi,” kata Toshimitsu Motegi.
Retno mengatakan, kedua belah pihak membahas situasi Myanmar. Indonesia dan Jepang sama-sama mengecam kekerasan aparat keamanan Myanmar terhadap pengunjuk rasa prodemokrasi hingga menyebabkan ratusan orang tewas. Retno dan Motegi sudah membahas isu Myanmar dua kali melalui telepon sejak kudeta militer Myanmar, 1 Februari lalu. Keduanya sepakat bekerja sama untuk memulihkan situasi Myanmar.
”Indonesia dan Jepang prihatin dengan situasi Myanmar. Indonesia menolak keras penggunaan kekerasan aparat keamanan. Ini tidak dapat diterima dan harus dihentikan. Dialog harus terus diupayakan. Hanya melalui dialog, Myanmar bisa menyelesaikan masalah,” kata Retno.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan, Pemerintah Jepang akan mempelajari langkah-langkah efektif untuk memulihkan situasi keamanan dan sistem demokrasi Myanmar.
Selain isu Myanmar, Indonesia dan Jepang juga membahas dan sama-sama prihatin dengan upaya China mengubah status quo di Laut China Selatan dan Laut China Timur. Jepang yang bersengketa dengan China terkait wilayah perairan di Laut China Timur menganggap China sebagai ancaman keamanan dan membahas kerja sama militer dengan Indonesia terkait dengan isu itu.
Terkait dengan isu Indo-Pasifik, Retno kembali menyampaikan prinsip-prinsip ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, antara lain transparansi, keterbukaan, inklusivitas, dan mengedepankan kerja sama. Rivalitas dan konfrontasi tidak akan menguntungkan siapa pun. Kawasan Indo-Pasifik harus menjadi kawasan damai dan sejahtera dan itu akan tercapai dengan bekerja sama. ”Semua negara harus mematuhi hukum internasional. Prioritas ASEAN adalah menjalin kerja sama konkret dengan semua mitra, termasuk Jepang, dalam mengimplementasikan kerja sama implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific,” kata Retno. (REUTERS)