Bocoran Laporan Penyelidikan WHO: Covid-19 Bukan dari Laboratorium
WHO menyimpulkan, tidak ada virus yang berhubungan dengan SARS-CoV-2 di laboratorium mana pun sebelum Desember 2019. Walakin, Amerika Serikat tidak yakin dengan kesahihan laporan WHO tersebut.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
GENEVA, SELASA — Tim gabungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan pandemi Covid-19 berkemungkinan besar tidak dipicu oleh kebocoran laboratorium. Perlu penelitian lebih lama untuk mencari asal virus korona baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19 itu.
Kesimpulan tersebut dicantumkan dalam naskah akhir laporan 17 peneliti China dan 17 peneliti internasional soal Covid-19. Naskah itu akan diedarkan secara resmi pada Selasa (30/3/2021). Walakin, sejumlah diplomat di Geneva, Swiss, telah menunjukkan salinannya, antara lain, kepada Associated Press dan CNN.
”Tidak ada virus yang berhubungan dengan SARS-CoV-2 di laboratorium mana pun sebelum Desember 2019 atau pun kombinasi genom yang dapat terkait genom SARS-CoV-2. Berdasarkan hal itu, (dugaan) laboratorium sebagai asal pandemi dipertimbangkan (sebagai skenario yang) sangat tidak mungkin,” demikian tertulis di naskah laporan itu.
Tim peneliti gabungan yang ditugaskan WHO itu menyimpulkan, kecelakaan penelitian seperti itu amat jarang. Laboratoratorium di Wuhan juga dikelola sangat baik.
Tim juga menduga kuat SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar. Masalahnya, virus korona di kelelawar amat berbeda dengan SARS-CoV-2. Karena itu, diduga ada inang perantara di antara kelelawar dengan manusia. Rantai yang hilang itu belum diketahui dalam penelitian tim yang terdiri dari 17 pakar China dan 17 pakar internasional itu.
Sepanjang 2020, memang ada laporan SARS-CoV-2 ditemukan di sejumlah hewan lain, seperti sigung, yang diambil bulunya, dan kelinci, yang diambil bulu dan dagingnya. Bahkan, peternakan sigung di sejumlah negara dilaporkan turut memicu wabah Covid-19. ”Penambahan jumlah hewan yang rentan terhadap SARS-CoV-2, termasuk yang diternakkan di tempat padat, memungkinkan penyebaran penyakit dari hewan,” demikian tertulis di laporan WHO.
Soal Pasar Huanan
Hal lain yang belum jelas, apakah wabah pertama dipicu dari Pasar Huanan, Wuhan, seperti diduga selama ini. ”Tidak ada kesimpulan kuat tentang peran pasar Huanan dalam asal-usul wabah atau bagaimana infeksi dimulai dari pasar,” demikian lanjut laporan itu.
Dalam laporan itu ditulis, pandemi juga berkemungkinan tidak dimulai dari makanan beku. Dugaan itu, menurut Mark Woolhouse, epidemiologi University of Edinburgh, terlampau jauh. ”Tidak ada bukti penguat bahwa orang terinfeksi dari kemasan (makanan beku),” kata Woolhouse.
Woolhouse menambahkan, mungkin saja asal Covid-19 tidak pernah teridentifikasi. Pakar China yang bergabung dengan tim WHO, Liang Wannian, berpendapat senada. Pelacakan asal virus amat rumit dan butuh waktu lama. Hal itu, antara lain, ditunjukkan dengan upaya pelacakan asal-usul ebola yang tidak kunjung terungkap setelah penelitian 40 tahun.
Tudingan China pada AS
Selepas naskah laporan itu beredar, China mengulangi tudingan lama kepada Amerika Serikat. ”Kapan AS akan seterbuka dan setransparan China soal epidemi dan pelacakan asalnya? Kapan tim WHO diundang ke AS untuk meneliti asal-usul? Kapan laboratorium Fort Detrick dibuka untuk peneliti internasional,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian.
Ia merujuk kepada pusat penelitian senjata biologis AS di Maryland. Sejumlah media AS, termasuk The New York Times, pernah melaporkan laboratorium itu ditutup karena ada dugaan salah satu koleksi virusnya terlepas.
Tudingan Zhao dilontarkan karena sejumlah pihak di AS mengaku tidak percaya pada laporan tim WHO. ”Kami sangat khawatir dengan metodologi dan proses pelaporan. Termasuk fakta pemerintah di Beijing sepertinya membantu penulisan laporan,” ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Sementara pakar penyakit infeksi AS, Anthony Fauci, mengatakan bahwa ia akan melihat dulu data mentah yang didapat tim WHO sebelum berpendapat soal laporan itu. ”Saya juga akan bertanya siapakah di antara kelompok itu yang punya akses langsung pada data. Saya mau membaca laporannya dulu,” ujarnya.
Adapun juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan, pakar dari sejumlah lembaga AS telah mendapat salinan laporan. Mereka akan menelaah laporan tersebut. Seperti Fauci, Psaki juga mengatakan bahwa kesimpulan akhir akan dibuat setelah penelaahan para pakar yang berpengalaman panjang itu.
Beijing menolak tudingan-tudingan AS soal penelitian dan pemrosesan data oleh tim gabungan WHO. ”AS telah berpendapat soal laporan ini. Dengan melakukan itu, apakah AS berupaya meningkatkan tekanan politik terhadap pakar WHO,” kata Zhao Lijian.
Salah seorang pakar China dalam tim WHO mengakui ada tekanan dari negara tertentu kepada pakar internasional. Para pakar China khawatir naskah akhir laporan tidak sesuai temuan tim gabungan. ”Tanya saja ke pakar itu, di bagian mana laporan yang penulisannya dibantu Pemerintah China?” ujar Zhao.
Ia menegaskan, China adalah pihak pertama yang melaporkan epidemi kepada WHO. Informasi lain terkait pandemi ini juga pertama kali dilaporkan Beijing. ”Otoritas di Wuhan menerima pasien pertama pada 27 Desember 2019 dan pada 3 Januari 2020, China mulai menginformasikan kepada AS tentang epidemi dan langkah pencegahannya. Sejak itu, China selalu menginformasikan AS dan terus berkomunikasi,” ujar Zhao. (AP/REUTERS)