UEA-China Bangun Pabrik Vaksin Covid-19 Pertama di Kawasan Arab
Uni Emirat Arab membentuk usaha patungan dengan China untuk memproduksi vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinopharm di UEA. Vaksin bernama Hayat-Vax nanti adalah vaksin Covid-19 pertama yang diproduksi di dunia Arab.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
ABU DHABI, SENIN – Pemerintah Uni Emirat Arab dan China menjalin kerja sama produksi vaksin Covid-19 di Uni Emirat Arab mulai akhir tahun 2021 ini. Sebuah pabrik vaksin yang baru akan didirikan atas patungan antara raksasa farmasi China Sinopharm dengan perusahaan teknologi UEA Group 42.
Sambil menunggu pabrik vaksin yang baru berdiri, produksi sementara vaksin telah dimulai di wilayah Ras al-Khaimah, yang dikelola Gulf Pharmaceutical Industries PSC (Julphar). Menurut rencana, pabrik baru hasil patungan Group 42 (G42) dan Sinopharm itu memiliki kapasitas produksi hingga 200 juta dosis per tahun dengan tiga jalur pengisian dan lima jalur pengemasan otomatis.
Menteri Luar Negeri UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed Al-Nahyan, Senin (29/3/2021), mengungkapkan bahwa proyek itu menambah nilai upaya internasional menghadapi pandemi Covid-19, yang telah berdampak pada kehidupan sehari-hari di seluruh dunia. UEA, selain menggunakan vaksin Sinopharm, juga telah menyetujui penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech untuk masyarakat umum.
Vaksin yang akan diproduksi di UEA nantinya akan bernama Hayat-Vax. Vaksin ini adalah vaksin serupa dengan vaksin yang dikembangkan Institut Produk Biologi Beijing (BiBP), sebuah unit pada Sinopharm’s China National Biotec Group (CNBG) yang telah disetujui penggunaanya untuk umum di UEA pada Desember lalu.
"Hayat-Vax adalah vaksin COVID-19 pertama yang diproduksi di dunia Arab," kata manajemen perusahan itu dalam pernyataannya, Senin (29/3).
Untuk masa-masa awal produksi, pabrik yang akan berlokasi di Zona Industri Khalifa Abu Dhabi (KIZAD) ini ditargetkan bisa memproduksi hingga 2 juta dosis vaksin Hayat-Vax per bulan. Usaha patungan ini sendiri disepakati ketika Menteri Luar Negeri China Wang Yi melakukan kunjungan ke UEA, Minggu (28/3/2021).
Diplomasi China
Usaha ini merupakan perluasan diplomasi China di kawasan Teluk dan membantu upaya Uni Emirat Arab untuk mendiversifikasi ekonominya dan lepas dari ketergantungan pada produksi hidrokarbon.
Sejak pertengahan tahun lalu, UEA melalui perusahaan teknologi G42, menjadi tuan rumah uji klinis fase III vaksin Sinopharm. Uji coba itu kemudian diperluas ke negara tetangga, Bahrain. Pemerintah UEA kemudian menyetujui penggunaan vaksin Sinopharm setelah uji klinis memperlihatkan efikasi vaksin ini mencapai angka 86 persen meski pengembangnya, Sinopharm, mengumumkan efikasi vaksin ini berada pada kisaran 79,34 persen.
Vaksin tersebut mulai digunakan untuk pekerja kesehatan dan para pekerja garda depan pada September 2020. Sedangkan vaksinasi untuk masyarakat umum berselang tiga bulan kemudian.
G42 mengatakan, mereka memiliki perjanjian distribusi dan manufaktur dengan Sinopharm dan berharap bisa menyebarluaskannya ke negara lain di kawasan Timur Tengah. Usaha patungan kedua perusahaan juga mencakup pusat penelitian dan pengembangan yang dibangun khusus ilmu hayati, bioteknologi, dan produksi vaksin.
"Usaha patungan kami juga secara aktif berupaya menghadirkan kemampuan kami ke pasar baru di seluruh dunia," kata CEO G42 Peng Xiao.
Kementerian Kesehatan UEA baru-baru ini mengumumkan bahwa beberapa orang yang divaksinasi dengan menggunakan vaksin Sinopharm gagal mengembangkan antibodi yang cukup untuk menghadapi virus SARS-CoV-2 meski sudah menjalani dua kali vaksinasi serta tambahan satu dosis penguat. Disebutkan bahwa jumlah dosis yang diberikan itu minimal bila dibandingkan dengan jumlah yang dianjurkan.
Pada hari Minggu, seorang eksekutif Sinopharm menyatakan, perusahaan perlu menilai hasil uji klinis fase III di luar negeri sebelum memutuskan apakah vaksininasi dengan dua suntikan cukup ataukah harus diikuti dengan suntikan penguat. (AFP/REUTERS)