KBRI Seoul Upayakan Wastra Nusantara Menembus Pasar Korea Selatan
KBRI Seoul terus mengupayakan terobosan terhadap pasar produk fesyen Korea Selatan yang bernilai lebih dari 72 juta dollar AS per tahun.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Peluang pasar fesyen Korea Selatan masih sangat terbuka untuk diterobos produk-produk luar, termasuk Indonesia. Dengan nilai impor produk fesyen mencapai angka 6 juta dolar per bulan, pasar Korsel masih terbuka lebar untuk dijadikan tujuan ekspor produk fesyen Nusantara.
Untuk memperkenalkan sekaligus menggenjot produk fesyen Indonesia, Kedutaan Besar RI menggelar virtual pertunjukan fesyen, Sabtu (27/3), dengan menampilkan karya perancang busana senior Indonesia Samuel Wattimena serta beberapa karya kriya perhiasan Indonesia yang diberi tajuk “An Exotic Journey to Nusantara”.
“Ini adalah passion project kami. Kami ingin mempromosikan kolaborasi dua negara, Korea Selatan dan Indonesia dalam bidang ekonomi kreatif. Dan, kami juga ingin mempromosikan ikatan budaya antara kedua negara,” kata Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi.
Kegiatan ini adalah kegiatan kedua yang diinisiasi oleh KBRI Seoul. Pada bulan November, KBRI Seoul, kata Umar, mengadakan lelang batik nusantara dan mendapatkan sambutan meriah dan nominal transaksi yang cukup bagus.
Pada acara pertunjukan fesyen yang dihadiri oleh cukup banyak penonton, Samuel Wattimena menampilkan berbagai produk fesyen dengan bahan dasar kain-kain tradisional nusantara, seperti songket, batik, tapis dan sebagainya dalam tampilan retro klasik, mode tahun 1980-an hingga yang terbaru, tahun 2021.
“Bahan kain tradisional bukan semata kain lama yang diletakkan, disimpan dalam lemari yang berdebu. Mereka memiliki keindahan tersendiri dan terlihat anggun ketika ditampilkan ke khalayak ramai,” kata Samuel.
Selain itu, dengan bahan pewarna yang alami, yang ramah dengan alam dan lingkungan, Samuel Wattimena mencoba mendekatkan karya-karyanya dengan persoalan kekinian, yaitu keberlanjutan dalam hal ramah terhadap lingkungan.
Mantan Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri, yang juga menyempatkan diri hadir dan memberikan sambutan, mengatakan, lansekap wanstra atau tekstil nusantara yang lengkap harus terus diperkenalkan ke seluruh penjuru dunia.
“Sudah saatnya bagi Anda sekalian untuk bersinar dan menjadi pencipta trend, bukan sekadar menjadi pengikut,” kata Megawati.
Megawati, putri Presiden pertama RI Soekarno, berharap sektor ekonomi kreatif, khususnya industri fesyen yang mengolah kekayaan budaya Indonesia semakin maju. Dia juga mengingatkan agar para pelaku industri kreatif mempelajari dan berupaya untuk lebih memahami soal kekayaan intelektual yang bisa melindung kriya mereka, termasuk di dalamnya soal hak cipta, indikasi geografis dan perlindungan komunal.
Dubes Umar juga berharap kolaborasi ekonomi kreatif antara Indonesia dan Korea Selatan dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk generasi muda di kedua negara. Selain itu, kerjasama di bidang industri kreatif akan membuka banyak kesempatan untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk meningkatkan kesejahteraan di kedua negara.
Dia juga mengatakan, selain fesyen, sepanjang tahun 2021, pihaknya akan terus mengupayakan penetrasi 16 subsektor ekonomi kreatif lainnya di luar fesyen. Salah satunya adalah subsektor makanan olahan yang tengah coba digarap. (MHD)