Vaksinasi Covid-19, Pintu Melepas Rindu
Lebih dari setahun, Covid-19 memenjarakan umat manusia, baik fisik maupun batin. Kini, setelah program vaksinasi terlaksana, sekat-sekat yang membatasi kehidupan manusia perlahan mulai menghilang.

Seorang warga lansia penghuni Villa Sacra Famiglia, semacam rumah perawatan bagi warga lansia di Roma, Italia, mencium tangan cucu laki-lakinya yang tertutup sarung tangan plastik di ruangan yang disebut sebagai Ruang Pelukan, 3 Maret 2021.
Senyum mengembang dari bibir Gloria Winston, warga komunitas pensiunan di Providence, Rhode Island, AS. Perempuan berusia 94 tahun itu tersenyum bahagia ketika akhirnya bisa bertemu dengan keponakan perempuannya, Wensday Greenbaum, dan buyut perempuannya, Cordelia Capellano, yang baru berusia 5 tahun.
Inilah awal pertemuan mereka setelah lebih dari satu tahun berpisah karena pandemi Covid-19. Wabah global ini telah memaksa mereka mengurungkan niat melepas rindu.
Pada saat pertama kali bertemu, Capellano mundur, dan dengan malu-malu membenamkan kepalanya di tubuh ibunya. Baru setelah hampir dua jam bermain, Capellano mulai merasakan ikatan batinnya dengan bibi buyutnya itu. Dia memeluk Winston dengan erat sebelum akhirnya pamit sambil berjanji untuk datang kembali.
”Bisa sedekat ini dan membuat Cordelia melebur di sekelilingnya sungguh luar biasa. Hari ini, semua kecemasan dan kesedihan yang muncul karena isolasi, lepas. Kemarin adalah tahun yang sulit dan ini selangkah lebih dekat ke keadaan normal,” kata Greenbaum.
Baca juga : New York Memulai Isolasi
Bernie Brungs merasakan hal yang berbeda ketika akhirnya, setelah setahun dipisahkan pandemi, dia bisa bertemu dengan sang ibu, Rose. Rose tinggal di sebuah rumah perawatan khusus bagi manula. Brungs masih harus menerapkan protokol kesehatan saat bertemu sang ibu, yang kini berusia 88 tahun.
”Ketika ibu memelukku dan sebaliknya aku memeluk dia dengan erat, ada perasaan yang tidak bisa tergambarkan dengan kata-kata ketika akhirnya kulit kami bersentuhan satu sama lain,” kata Brungs.

Larry Yarbroff dan istrinya, Mary, duduk sambil berjemur di sebuah rumah perawatan Chaparral House di Berkeley, California, 10 Juli 2020. Manajemen panti jompo di banyak negara, termasuk AS, mulai melonggarkan aturan kunjungan setelah para penghuninya menjalani vaksinasi Covid-19 komplet.
Brungs tidak ingat bagaimana sang ibu, yang lumpuh dari pinggang ke bawah, menangis dan mengatakan kepadanya betapa dia sangat merindukannya selama pertemuan yang sangat singkat itu. Brungs berjanji dalam pertemuan berikutnya bahwa dirinyaa akan tinggal dan menemani sang ibu lebih lama lagi.
Pertemuan antara buyut, orangtua, anak, keponakan dan sanak saudara di panti jompo di AS dimungkinkan karena otoritas kesehatan federal mulai melonggarkan pembatasan jarak sejak awal bulan ini. Situasi pandemi dinilai semakin membaik. Panti jompo atau rumah perawatan bagi warga lansia mulai melonggarkan pembatasan jarak dan membuka pintu untuk pertama kalinya.
Baca juga : Panti Jompo di Seattle Tak Punya Alat Uji untuk Karyawan
Ada pesta selamat datang kembali, perayaan ulang tahun, jam minum kopi di teras, dan banyak lagi dalam beberapa hari terakhir, memberikan gambaran sekilas tentang bagaimana kehidupan di dunia pasca-vaksin.
Bagi Winston dan mungkin para penghuni panti jompo lainnya, pertemuan itu menjadi awal yang baik bagi dirinya, penghuni panti, dan keluarga-keluarga lainnya. ”Dunia sedang menuju ke arah yang benar. Kami membutuhkan satu sama lain,” kata Winston.
Tragedi
Covid-19 menimbulkan dampak yang menakutkan di panti-panti jompo dan lembaga sejenis lainnya. Warga lansia, yang dirawat secara khusus dalam rumah perawatan atau panti jompo, menyumbang lebih dari 130.000 kematian dan lebih dari 640.000 kasus selama pandemi, menurut data Pemerintah AS. Adapun para pekerja rumah panti, menurut data tersebut, menyumbang 1.600 kematian tambahan dan lebih dari 550.000 kasus Covid-19.

Para petugas memeriksa perlengkapan pakaian pelindung yang digunakannya sebelum masuk ke sebuah panti jompo di Kirkland, Washington, AS, 12 Maret 2020.
Pada awal april 2020, sekitar satu bulan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan pandemi Covid-19, panti jompo-panti jompo atau rumah perawatan warga lansia menjadi lokasi yang paling diwaspadai dalam hal penularan virus SARS-CoV-2. Selain kemungkinan masalah daya tahan tubuh yang menurun seiring usia, ketiadaan alat pelindung diri yang memadai yang bisa digunakan oleh para staf rumah perawatan atau panti jompo, dinilai menyumbang tingginya tingkat kematian.
Baca juga : Peningkatan Kasus Kematian di Panti Jompo AS Mengkhawatirkan
Sejak Maret 2020, tidak lama setelah WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi global, Pemerintah AS memutuskan untuk menghentikan kunjungan sanak keluarga ke panti jompo-panti jompo di seantero negeri. Pertemuan dengan anggota keluarga hanya bisa dilakukan secara virtual untuk menghindari infeksi atau melalui lambaian tangan melalui jendela.
Celia Olson, seorang dokter hewan berusia 65 tahun, hanya dapat melihat ibunya, Connie Olson, melalui jendela atau melalui Skype, platform konferensi video. Kini, keduanya telah divaksin.
”Sudah setahun semua orang mengalami trauma dan mencoba memahami bagaimana menghadapi situasi virus korona,” kata Olson.
Celia kini bisa langsung bercengkerama dan bahkan meletakkan selimut di atas tubuh sang ibu ketika waktu kunjungan telah habis. Hal itu jelas tidak bisa dilakukannya dulu ketika rumah perawatan Chaparral House di Berkeley tertutup untuk kunjungan.
Berkah vaksinasi
Kini, setelah program vaksinasi dijalankan sejak Desember lalu, sekitar 1,4 juta penghuni panti jompo dan 1 juta pekerjanya telah divaksinasi penuh, otoritas kesehatan berani mengambil kebijakan untuk membuka pintu panti secara nasional.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian Penyakit Nasional, kasus Covid-19 dan kematian di fasilitas perawatan lansia dan panti jompo juga telah menurun drastis. Lebih dari 30.000 kasus dan 7.000 kematian dalam satu minggu di bulan Desember, kini telah berkurang menjadi 1.300 kasus dan 500 kematian di sepanjang minggu lalu.

Esdras Zayas meletakkan hidangan untuk merayakan hari Thanksgiving, 26 November 2020. Perayaan tahun ini adalah perayaan pertama Zayas dan keluarga tanpa kehadiran Sang Ibu, Ana Martinez, yang meninggal karena Covid-19 saat tengah menjalani perawatan di sebuah pusat kesehatan di Deer Park, New York.
”Covid-19 merampas dia dari kami setahun lebih. Kami tidak bisa memeluknya, menciumnya dan mencintainya. Itu sangat sulit. Tapi, kini, kami memanfaatkannya sebaik mungkin,” kata Brandon Johson.
Baca juga : AS Jadi Episentrum Pandemi Covid-19, Trump Akan Menelepon Xi
Warga LaFollette, Tennessee, itu akhirnya bisa memeluk sang nenek buyutnya, Phyllis, yang baru berulang tahun ke-89 pada awal pekan lalu. Selama setahun dia dan keluarganya hanya bisa mengungkapkan cinta mereka kepada sang nenek dengan melambaikan tangan dari balik jendela.
”Covid adalah hal yang buruk, tetapi satu hal yang baik tentang itu adalah bahwa itu adalah peringatan untuk benar-benar bersyukur atas apa yang Anda miliki,” tambahnya.
Namun, tidak semua manajemen rumah perawatan atau panti jompo telah membolehkan keluarga untuk mengunjungi atau berada dalam jarak yang sangat dekat dengan orangtua mereka. Beberapa negara bagian masih terus meninjau dan memperbarui kebijakannya berdasarkan situasi terkini di lapangan.
Banyak panti jompo mengatakan, mereka akan mengambil pendekatan terukur untuk membuka kembali panti jompo yang mereka kelola. Itu berarti, pembatasan yang lebih ketat mungkin masih akan berlaku dalam waktu dekat di banyak tempat. Tidak jarang kebijakan ini membuat frustrasi sanak keluarga.

Fatima Negrini, lansia berusia 108 tahun asal Italia, menjalani vaksinasi Covid-19 di Milan, 18 Januari 2021.
Di Massachusetts, pekan lalu, kunjungan ke Pusat Perawatan dan Rehabilitasi Hellenic di Kanton, sekitar 32 kilometer selatan Boston, masih dibatasi. Para penghuni hanya bisa berada di ruang makan. Sementara sanak saudara atau tamu lainnya dipisahkan dengan plastik transparan. Selain itu, seorang staf juga membatasi pertemuan hanya berlangsung selama 30 menit saja dan memastikan pelukan dan kontak fisik lainnya hanya terjadi pada awal dan akhir sesi.
Anne Darling, yang mengunjungi ibunya, Mary Claire Lane (86), berharap manajemen rumah perawatan segera melonggarkan peraturannya. Dia ingin membawa anjing peliharaannya dan anggota keluarga yang lebih muda mengunjungi nenek mereka.
Baca juga : AS Mulai Gulirkan Vaksinasi Covid-19, Target 20 Juta Warga Divaksin Bulan Ini
”Kami merindukannya dan dia merindukan kami. Jika kami bisa membawa anak-anak kecil, itu hanya akan membawa kegembiraan di hatinya. Aku tahu dia dirawat dengan baik, tetapi itu membuatnya kesepian,” kata Darling.
Harapan senada disampaikan Charlie Galligan, warga Bristol, Rhode Island. Dia berharap manajemen rumah perawatan Saint Elizabeth Manor bisa melonggarkan aturannya agar dirinya bisa bertemu dengan kedua orangtuanya yang dirawat di rumah ini lebih lama.
Ayah Galligan, Jack (88), penderita alzheimer dan Audrey, sang ibu (81), yang menderita cedera otak traumatis, tidak bisa berkomunikasi satu sama lain selama pandemi berlangsung. Kini, mereka diizinkan untuk berpelukan dua kali dan menghabiskan waktu hingga satu jam bersama.
”Ini menyayat hati,” kata Galligan. ”Ayah saya telah menurun jauh lebih banyak dalam setahun terakhir,” ujarnya. (AP)