Terusan Suez akan ditutup sampai beberapa hari ke depan untuk mengevakuasi kapal kargo sepanjang 400 meter yang tersangkut dan kandas melintang di terusan selebar 205 meter itu.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
Selasa (23/3/2021) pagi menjadi mimpi buruk bagi industri pelayaran global. Ever Given, kapal sepanjang 400 meter dan dipenuhi peti kemas, tersangkut dalam posisi serong di Terusan Suez, Mesir, yang lebarnya hanya 206 meter. Hingga Rabu (24/3/2021), kapal itu masih menutup seluruh alur pelayaran dan tidak ada kapal bisa melintasi salah satu jalur pelayaran terpenting di bumi tersebut.
Pengelola terusan menyebut, ada badai pasir dan angin kencang dengan kecepatan hingga 50 kilometer per jam sebelum kapal tersangkut. Badai pasir membuat awak kapal tidak bisa melihat keadaan sekeliling. Akibatnya, kapal dari Tanjung Pelepas, Malaysia, menuju Rotterdam, Belanda, itu tersangkut di Kilometer 151.
Insiden itu memusingkan banyak pihak. Hingga Rabu malam WIB, sebanyak 10 tanker dengan muatan 13 juta barel minyak tidak bisa melewati terusan tersebut. Perusahaan analis pasar perminyakan global, Vortexa, menduga hal itu bisa mendorong kenaikan harga minyak. Dalam perdagangan Rabu pagi di bursa London, harga minyak Brent naik 2,9 persen menjadi 62,52 dollar AS per barel.
Ada pula tiga kapal pengangkut gas alam tujuan Asia dan dua kapal lain menuju Eropa yang terpaksa menunggu Ever Given selesai dievakuasi. Total ada 106 kapal yang terpaksa menanti di kedua ujung terusan. Di antara kapal-kapal itu, sebanyak 15 kapal buang sauh di lokasi labuh jangkar.
Terusan Suez, kanal yang selesai digali pada tahun 1869, memang jalur penting. Sebanyak 8 persen kapal pengangkut gas alam global dan 12 persen kapal niaga global melewati terusan itu. Dengan lewat sana, kapal-kapal bisa memangkas ribuan kilometer jarak pelayaran.
Otoritas Terusan Suez telah mengerahkan delapan kapal tunda dan banyak mesin keruk untuk membebaskan kapal itu. Mesin keruk fokus menggali tepian kanal agar ada ruang gerak bagi kapal yang sedang penuh dengan peti kemas tersebut. Sementara kapal tunda berusaha menarik kapal yang bisa mengangkut sampai 20.000 peti kemas ukuran 20 kaki tersebut.
Tidak mudah menarik kapal berbobot mati hampir 200.000 ton yang tersangkut di perairan dengan lebar separuh dari keseluruhan panjang kapal.
Penutupan
Sejumlah pihak menduga, Terusan Suez akan ditutup sampai beberapa hari ke depan. Butuh waktu untuk mengevakuasi kapal tersebut.
”Penyelamatan sedang berlangsung dan mudah-mudahan (kapal) bisa segera bebas. Walakin, bisa saja sampai beberapa hari,” kata Ralph Leszczynski, kepala penelitian pada perusahaan penghubung sewa kapal kapal Banchero Costa & Co.
Leszczynski tidak salah memperkirakan waktu evakuasi. Pada 2004, terusan itu ditutup tiga hari setelah tanker Tropic Brilliance tersangkut. Sementara pada 2017, kanal ditutup beberapa jam gara-gara kapal kargo OOCL tersangkut.
Terusan Suez juga pernah ditutup lebih lama lagi kala Israel bersama Inggris dan Perancis berusaha merebut kendali kanal tersebut dari Mesir pada 1956. Krisis itu berakhir setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet menekan London-Paris agar mundur dari Mesir.
Awalnya, invasi dimulai oleh Israel selepas Kairo menasionalisasi perusahaan pengelola terusan. Ulah Israel disokong Perancis dan Inggris yang mengerahkan kapal-kapal perang ke sana. Kalah senjata dari trio penyerbu itu, Kairo menggunakan cara lain: menutup terusan.
Langkah tersebut membuat terusan tidak berguna walau secara faktual London-Paris mengendalikannya. Taktik Mesir membuat Washington-Moskwa bereaksi. Mereka menekan London-Paris agar mundur. Moskwa mengancam menembakkan rudal ke London-Paris-Tel Aviv dan mengirimkan pasukan ke Mesir jika trio penyerbu itu tidak mundur dari Terusan Suez.
Ancaman Moskwa memusingkan Presiden AS Dwight D Eisenhower yang khawatir krisis Suez menjadi Perang Dunia III. Karena itu, ia ikut menekan London, antara lain, dengan mengancam akan menjual semua obligasi pound sterling yang dimiliki AS jika London tidak mau keluar dari terusan itu.
AS juga menghadang upaya Inggris mendapat talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF) kala London amat membutuhkannya. Manuver Moskwa-Washington mangkus. London setuju mundur dari Terusan Suez dan menanggung malu.
Sementara kala itu Tel Aviv masih terhitung mendapat kemenangan meski juga terpaksa mundur dari Terusan Suez. Setidaknya, Israel mendapat jaminan bisa bebas berlayar di terusan itu. Sebelum jaminan diberikan, Mesir melarang seluruh kapal Israel lewat terusan tersebut sejak 1950. Selepas krisis 1956, kapal-kapal Israel bebas berlayar di Terusan Suez. (AFP/REUTERS)