Amerika Serikat terus berupaya menggalang kerja sama untuk menahan laju China. Sebagian mitra AS di NATO saling tergantung dengan China. Selain AS, China juga mitra dagang penting bagi banyak anggota NATO.
Oleh
kris mada
·2 menit baca
BRUSSELS, KAMIS — Setelah Asia Pasifik, giliran Eropa didekati Amerika Serikat untuk menghadang China-Rusia. Washington menyebut Beijing-Moskwa menghadirkan ancaman militer, ekonomi, dan teknologi. Di sisi lain, AS juga menyatakan tidak akan memaksa sekutunya untuk memilih AS atau China.
Pendekatan ke Eropa dilakukan oleh Presiden AS Joe Biden lewat pertemuan virtual pada Kamis (25/3/2021) sore waktu Washington atau Jumat dini hari WIB. Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken juga melakukan hal serupa lewat lawatan ke Brussels, Belgia, pada Kamis (24/3/2021).
Di Brussels, Blinken berpidato di pertemuan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ia juga bersua dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Komisioner Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell.
”Kami mendiskusikan dua hal penting. Kami setuju menggelar dialog AS-UE tentang China sebagai forum untuk membahas aneka tantangan dan peluang,” ujar Borrell seraya menyebut China bisa menjadi mitra sekaligus pesaing bagi AS dan UE.
Selain China, Blinken-Borrell juga membahas soal Rusia. ”Kami selalu siap berhubungan dengan Rusia pada hal-hal terkait kepentingan bersama. Kami akan terus bekerja sama dengan tetangga UE di timur,” ujarnya.
Blinken mengatakan, ia dan Borrell sama-sama prihatin atas agresi Rusia terhadap negara sekitarnya. Sementara tentang China, ia setuju cara terbaik menghadapi Beijing adalah dengan terus berkoordinasi dan bekerja sama.
Keliling
Sebelum ke Belgia, Blinken melawat ke Jepang dan Korea Selatan. Sebelum itu, ia juga mempersiapkan pertemuan AS-Australia-India-Jepang alias Quad. Inti dua manuver itu sama-sama untuk menghadang peningkatan kekuatan China di kawasan.
Beijing-Mokswa menanggapi manuver itu lewat pertemuan Menlu China-Rusia di Guilin, awal pekan ini. Mereka balik menuding Washington sebagai perusak tatanan internasional dan perisak negara lain.
”AS tidak akan memaksa sekutu kami dalam kondisi ’kami atau mereka’ untuk memilih China. Tidak ada pertanyaan soal perilaku Beijing yang mengancam kesejahteraan dan keamanan bersama kita. Upaya aktifnya melemahkan tatanan internasional dan nilai bersama kita. Namun, hal itu bukan berarti negara-negara tidak bisa bekerja sama dengan China, misalnya untuk isu perubahan iklim dan kesehatan,” tutur Blinken di pertemuan NATO.
Ia mengaku, sebagian anggota NATO saling tergantung dengan China. Selain AS, China juga mitra dagang penting bagi banyak anggota NATO.
Bersama Rusia, menurut Blinken, China menghadirkan ancaman militer dan nonmiliter. Beijing-Mokswa melancarkan disinformasi masif, mendorong korupsi untuk melemahkan demokrasi, menggencarkan serangan sibernatika, dan mencuri kekayaan intelektual.
Secara militer, Beijing dituding mengancam kebebasan berlayar dan memiliterisasi Laut China Selatan. ”Kita juga melihat kemampuan dan strategi baru Rusia untuk menantang persekutuan kita dan melemahkan ketertiban berdasarkan aturan,” ujarnya.
Blinken mengajak sekutu AS untuk memastikan daya gentar nuklir mereka tetap mangkus dan sesuai kebutuhan mutakhir. Anggota NATO juga diajak untuk siap bersama-sama menghadapi ancaman terhadap salah satu anggotanya. ”Kalau salah satu dari kita dipaksa, kita harus menanggapi sebagai sekutu dan bekerja sama untuk mengurangi kerentanan,” ujarnya.
Ia mengajak NATO dan sekutu AS di luar NATO bekerja sama secara luas, termasuk di sektor teknologi. ”Kita harus menggalang semua perusahaan teknologi dari negara, seperti Swedia, Finlandia, Korea Selatan, dan AS. Menggunakan dana swasta dan pemerintah untuk mengembangkan (teknologi) alternatif yang terpercata dan aman,” ujarnya. (AFP/REUTERS)