Saudi Jamin Pasokan Energi ke China Selama 50 Tahun
Sumber energi baru dan yang ada, yang dipasok Arab Saudi ke China, akan berjalan secara paralel untuk beberapa waktu ke depan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
Arab Saudi menjamin pasokan energi bagi China selama 50 tahun ke depan, mengembangkan infrastruktur energi baru, dan memperbaiki tantangan yang dihadapi sumber energi baru tersebut.
BEIJING, SENIN — Arab Saudi melalui perusahaan minyaknya, Saudi Aramco, akan menjamin keamanan pasokan energi bagi China sebagai prioritas tertinggi untuk 50 tahun mendatang dan bahkan seterusnya. Sumber energi baru dan yang ada akan berjalan secara paralel untuk beberapa waktu ke depan.
Chief Executive Officer Saudi Aramco Amin Nasser, dalam Forum Pembangunan China yang dilaksanakan secara virtual, Minggu (21/3/2021), menyebutkan, Aramco juga berada di posisi tepat mengantarkan China menuju transisi energinya. Arab Saudi adalah pengekspor minyak terbesar dunia dengan volume ekspor di atas 7 juta barel per hari (bph).
Arab Saudi mempertahankan posisinya sebagai pemasok utama minyak ke China dalam dua bulan pertama tahun ini. Merujuk data Bea dan Cukai China, volume ekspor minyak dari Arab Saudi naik sekitar 2,1 persen menjadi 1,86 juta bph.
Arab Saudi telah mengalahkan Rusia sebagai pemasok minyak mentah terbesar ke China pada 2020. Hal itu terjadi sekalipun permintaan global menurun akibat terdampak pandemi Covid-19.
Dalam kelindan hal itu demi menyeimbangkan pasar global, pada 2020 terdapat pemotongan produksi yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara-negara produsen minyak, sesuai hasil kesepakatan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.
”Memastikan keamanan yang berkelanjutan atas kebutuhan energi China tetap menjadi prioritas tertinggi kami, tidak hanya untuk lima tahun ke depan, tetapi untuk 50 tahun ke depan dan seterusnya,” kata Nasser dalam video pidatonya.
”Kami menghargai bahwa solusi energi berkelanjutan sangat penting untuk transisi energi global yang lebih cepat dan lancar. Namun, secara realistis, ini akan memakan waktu karena hanya ada sedikit alternatif selain minyak di banyak bidang,” ujar Nasser lagi.
Transisi energi
Selain menjadi pemasok utama kebutuhan energi China, Nasser mengatakan, Aramco juga berada di posisi yang tepat untuk membantu China mencapai tujuan seratus tahun keduanya dalam transisi energi, dari energi yang ada ke energi baru.
Kami juga menghargai, solusi energi berkelanjutan sangat penting untuk transisi energi global yang lebih cepat dan lancar.
”Kami juga menghargai, solusi energi berkelanjutan sangat penting untuk transisi energi global yang lebih cepat dan lancar. Salah satu prioritasnya ialah mengembangkan infrastruktur energi baru dan memperbaiki tantangan teknis dan ekonomi yang dihadapi sumber energi baru,” kata Nasser dalam pidato yang dirilis situs berita internal Aramco.
Nasser mengatakan, permintaan China telah sangat dekat dengan tingkat pra-pandemi. Peningkatan permintaan secara umum juga diungkapkan sudah terlihat di Asia, khususnya Asia Timur. Para ahli dari lembaga penelitian China National Petroleum Corp (CNPC) memperkirakan bahwa permintaan minyak China akan dibatasi pada 730 juta ton sekitar tahun 2025 di bawah janji iklim Presiden China Xi Jinping.
Presiden Xi, pada September 2020, menyatakan, China akan meningkatkan emisi karbonnya sebelum 2030. Beijing juga bertekad mencapai status negara netral karbon pada 2060. Janji dan tekad itu diperkirakan bisa menciptakan pergeseran besar di sektor energi dan manufakturnya.
Nasser mengungkapkan, pihaknya mengharapkan peluang untuk investasi lebih lanjut dalam proyek-proyek hilir di China. Diharapkan, Aramco dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan China atas transportasi berat dan bahan kimia. Selain itu, Nasser juga menyasar industri pelumas dan bahan-bahan non-logam.
Nasser menambahkan, Aramco bekerja sama dengan universitas dan perusahaan China dalam sistem dan teknologi bahan bakar mesin yang lebih bersih. Tujuannya adalah mengubah minyak mentah menjadi bahan-bahan kimia dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari sumber energi yang ada atau energi fosil.
”Faktanya, kami memiliki ambisi yang lebih berani untuk memperluas dan mengintensifkan kolaborasi penelitian kami dengan China,” kata Nasser, seraya menambahkan bahwa kolaborasi tambahan kemungkinan besar terjadi pada apa yang disebut teknologi hidrogen biru, amonia, dan teknologi penangkapan karbon.
Prioritas
Pemerintah China telah memetakan prioritas pembangunan sosial dan ekonominya untuk lima tahun mendatang dan beberapa dekade setelahnya. Itu termuat dalam cetak biru pembangunan yang baru-baru ini dirilis Beijing. Sejumlah analis percaya konsistensi China pada kebijakan-kebijakannya akan membantu menstabilkan dan mendorong prospek dasar pertumbuhan global.
Alih-alih berfokus pada laju pertumbuhan, merujuk pada warta media Xinhua, China berupaya mengejar pembangunan berkualitas tinggi. Agenda utama dalam Garis Besar Rencana Lima Tahun Ke-14 Nasional China (2021-2025), antara lain, meningkatkan pendapatan masyarakat, konsumsi domestik, berupaya mengembangkan lingkungan bisnis kelas dunia, dan membangun masyarakat yang didorong aneka inovasi.
Selama lima tahun ke depan, China bertekad meningkatkan pendapatan per kapita yang sejalan dengan pertumbuhan produk domestik bruto.
Beijing juga ingin terus memperluas kelompok berpenghasilan menengah dan memanfaatkan potensi pasar. Menurut rencana itu, China akan meningkatkan konsumsi domestik, mengurangi tarif impor dan biaya kelembagaan, serta memperluas impor barang-barang konsumen berkualitas tinggi, teknologi canggih, peralatan penting, dan sumber daya energi.
Dengan meningkatnya permintaan dan daya beli, China akan menjadi pasar besar yang semakin penting atas barang-barang global. (REUTERS)