Penembakan di AS Kembali Terjadi, 10 Orang Tewas di Colorado
Belum kering air mata duka akibat kekerasan senjata di Atlanta, ”Negeri Paman Sam” kembali diguncang penembakan hingga menewaskan 10 orang di Colorado.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
CHET STRANGE/GETTY IMAGES/AFP
Polisi tiba di tempat kejadian perkara di toko kelontong atau supermarket King Soopers di Boulder, Colorado, Amerika Serikat, di mana seorang pria bersenjata melepaskan tembakan pada 22 Maret 2021. Sepuluh orang, termasuk seorang polisi, tewas dalam serangan itu.
COLORADO, SENIN — Aksi penembakan kembali terjadi di Amerika Serikat. Sebanyak 10 orang, termasuk seorang polisi, tewas setelah seorang pria bersenjata memberondongkan senjatanya di sebuah supermarket di Colorado, Senin (22/3/2021) waktu setempat atau Selasa WIB.
Peristiwa tersebut menambah kelam kasus serupa di AS, khususnya di negara bagian barat negara itu, tempat dua pembunuhan massal paling terkenal pernah terjadi.
Jaksa wilayah Boulder County di Colorado, Michael Dougherty, menyatakan, seseorang yang diduga sebagai pelaku penembakan telah diringkus dan ditahan dalam kondisi terluka. Boulder County adalah wilayah yang terletak sekitar 50 kilometer berat laut Denver, ibu kota Negara Bagian Colorado.
Video viral sebelumnya menunjukkan seorang pria paruh baya berkulit putih, tanpa baju dan berlumuran darah, ditahan oleh polisi dan dibawa dari sebuah supermarket.
Kepala polisi setempat, Maris Herold, mengungkapkan, di antara mereka yang tewas adalah petugas polisi ”heroik” bernama Eric Talley. Polisi berusia 51 tahun itu merupakan orang pertama yang merespons kejadian di supermarket bernama King Soopers itu.
”Kami mengumumkan adanya 10 korban jiwa di tempat itu, termasuk salah satu petugas kami. Pak Tally merespons kejadian di situ, pertama yang menanggapi dan dia ditembak secara fatal,” kata Herold.
AFP/STEPHEN MATUREN
Masyarakat dari berbagai komunitas dan lapisan mengikuti aksi damai untuk memprotes serangan dan kekerasan terhadap orang Asia di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Kamis (18/3/2021) waktu setempat.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, melalui media sosial Twitter, mengungkapkan bahwa Presiden Joe Biden telah diberi tahu tentang peristiwa penembakan itu. Bulan lalu Biden meminta Kongres untuk memberlakukan reformasi hukum senjata secara rasional di AS.
Pemimpin Senat, Chuck Schumer, mengatakan, Senat ”harus dan akan bergerak maju atas UU itu guna membantu menghentikan epidemi kekerasan senjata”.
Gubernur Colorado Jared Poli, menyebut insiden itu sebagai ”tragedi yang tidak masuk akal”. ”Hati saya hancur saat kami menyaksikan peristiwa yang tak terkatakan ini terungkap di komunitas Boulder kami,” kata Polis.
Hal senada dinyatakan Wali Kota Boulder Sam Weaver. ”Kata-kata tidak akan dapat memberikan keadilan bagi tragedi yang telah terjadi sore ini,” kata Weaver di Twitter.
Polisi menanggapi panggilan telepon yang menginformasikan adanya tembakan beruntun di daerah itu sekitar pukul 14.30 waktu setempat.
Diinformasikan bahwa penembakan dilakukan oleh seseorang dengan sepucuk senapan. ”Tersangka dalam tahanan adalah satu-satunya orang yang menderita luka serius pasca-kejadian itu,” kata komandan polisi setempat, Kerry Yamaguchi.
Saksi mata di dalam supermarket mengatakan, mereka mendengar banyak tembakan sebelum mereka melarikan diri melalui pintu belakang. ”Saya hampir terbunuh saat mengambil soda dan sekantong keripik,” kata Ryan Borowski.
CHET STRANGE/GETTY IMAGES/AFP
Polisi menggunakan peralatan pemadam kebakaran untuk memasuki toko kelontong King Soopers di Boulder, Colorado, AS, di mana seorang pria bersenjata melepaskan tembakan, 22 Maret 2021. Sepuluh orang, termasuk seorang petugas polisi, tewas dalam serangan itu.
Kepada CNN, Borowski mengaku tengah berada di toko itu ketika mendengar sedikitnya delapan suara tembakan. ”Rasanya luar biasa bahwa semua orang saling membantu dan insting kami berada di halaman yang sama dan kami berlari. Saya berharap ini tidak terjadi.”
Video yang belum diverifikasi yang kemudian viral menunjukkan setidaknya tiga orang berbaring telungkup di lantai, baik di dalam maupun di luar toko, sebelum beberapa tembakan baru terdengar.
Puluhan kendaraan lapis baja, ambulans, dan personel bersenjata, termasuk agen FBI dan tim SWAT, pun langsung dikerahkan ke lokasi kejadian. Terlihat pembeli yang telah dibawa keluar dengan selamat dari supermarket itu.
Ia duduk dengan terbungkus selimut, terlihat berbicara dengan petugas darurat di area parkir yang tertutup salju. ”Hati kami hancur atas tindakan kekerasan yang tidak masuk akal ini,” kata juru bicara King Soopers, Kelli McGannon. McGannon memuji beberapa orang yang dengan berani merespons tindakan kekerasan ini, khususnya petugas polisi.
Penembakan itu menyusul penembakan massal lainnya pekan lalu di sebuah tempat spa milik warga Asia-Amerika di Negara Bagian Georgia. Peristiwa itu menewaskan delapan orang. Peristiwa kelam itu memunculkan kekhawatiran dan keprihatinan mendalam di AS, termasuk oleh Presiden Biden.
Colorado sendirinya sebelumnya mengalami dua penembakan massal paling terkenal dalam sejarah AS. Pada tahun 1999, dua remaja laki-laki menembak dan membunuh 12 teman sekelas dan seorang guru di Sekolah Menengah Columbine sebelum tewas karena bunuh diri.
Kompas
Peristiwa penembakan di Atlanta, menurut mingguan Times (19 Maret 2021), merupakan persilangan antara isu ras, jenis kelamin, kelas, dan warisan sejarah kolonialisasi serta kekerasan AS di Asia. Sejak awal pandemi Covid-19, kebencian dan kekerasan rasis terhadap warga Asia-Amerika kembali menguat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Kemudian pada tahun 2012, seorang pria bersenjata berat menyerbu bioskop yang menampilkan film Batman di Aurora, Colorado, membunuh 12 orang. Pria bersenjata itu sekarang menjalani hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.
Biden mengatakan, bulan lalu dia ingin Kongres AS mengesahkan UU yang memerlukan pemeriksaan latar belakang pada semua penjualan senjata dan melarang penjualan senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi. ”Pemerintahan ini tidak akan menunggu penembakan massal berikutnya untuk mengindahkan seruan itu,” kata Biden kala itu. (AP/AFP)