Sepekan Sebelum Tenggat Penarikan Pasukan, Menhan Austin Kunjungi Kabul
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berkunjung ke Kabul, Afghanistan, menjelang berakhirnya tenggat penarikan mundur pasukan AS di negara itu, 1 Mei 2021. Belum ada kepastian apakah militer AS bertahan atau angkat kaki.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
KABUL, SENIN — Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin melakukan kunjungan ke Afghanistan sepekan sebelum tenggat penarikan pasukan AS di negara tersebut, 1 Mei 2021. Keraguan mendera sejumlah pihak terkait rencana penarikan pasukan AS dari Afghanistan seiring masih berlangsungnya kekerasan bersenjata.
Kelompok Taliban telah mengingatkan akan konsekuensi yang mungkin terjadi bila Pemerintah AS tidak menepati janjinya, yaitu menarik seluruh pasukan dari Afghanistan.
Dalam pernyatannya, Minggu (21/3/2021), Austin menyatakan, pemerintahan Presiden Joe Biden ingin melihat akhir yang bertanggung jawab untuk sebuah perang terpanjang bagi militer AS. Dia mengajukan syarat untuk itu, yakni tingkat kekerasan harus menurun agar diplomasi bisa membuahkan hasil baik.
”Jelas bahwa tingkat kekerasan tetap cukup tinggi di negara ini. Kami sangat ingin melihat kekerasan diturunkan dan saya pikir jika itu benar-benar turun, hal tersebut bisa mulai mengatur kondisi, Anda tahu, beberapa pekerjaan diplomatik yang sangat bermanfaat,” kata Austin.
Austin, yang juga merupakan Kepala Pentagon, berkunjung ke Kabul selang dua pekan setelah Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengirimkan surat kepada para pihak yang berkepentingan dalam proses perdamaian Afghanistan. Surat itu berisi pandangan dan proposal baru perdamaian versi Pemerintah AS. Dalam surat itu, Pemerintah AS mengingatkan bahwa perdamaian Afghanistan sangat mendesak dan semua opsi harus tetap dibuka.
Blinken juga mengingatkan bahwa kemungkinan besar Taliban akan memperoleh keuntungan teritorial dengan cepat jika AS menarik seluruh pasukannya dari negara itu. Begitu juga jika pasukan NATO ditarik mundur.
Bulan lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan bahwa aliansi ”hanya akan pergi ketika waktunya tepat dan ketika kondisi telah terpenuhi”. ”Masalah utamanya adalah Taliban harus mengurangi kekerasan, Taliban harus bernegosiasi dengan itikad baik dan Taliban harus berhenti mendukung kelompok teroris internasional seperti Al Qaeda,” katanya.
Austin tidak banyak bicara tentang kebuntuan itu. Setelah pertemuan virtual para menteri pertahanan NATO, Austin mengatakan kepada wartawan bahwa ”kehadiran kami di Afghanistan didasarkan pada kondisi dan Taliban harus memenuhi komitmen mereka”.
Dengan kondisi seperti itu, Pemerintah AS masih belum yakin dengan rencana penarikan mundur militer mereka pada 1 Mei nanti. Austin tidak secara tegas memastikan bagaimana keputusan Pemerintah AS mengenai kondisi tersebut.
”Dalam hal tanggal berakhir atau menetapkan tanggal tertentu untuk penarikan, itu adalah domain bos saya,” kata Austin mengacu kepada Presiden Joe Biden.
Presiden Biden dalam wawancara dengan ABC News pekan lalu menyatakan, akan ”sulit” bagi AS untuk memenuhi tenggat 1 Mei untuk menarik pasukan dari Afghanistan. Namun, Biden mengatakan bahwa jika tenggat, yang ditetapkan dalam kesepakatan antara pemerintahan Donald Trump dan Taliban, diperpanjang, itu tidak akan lebih lama lagi.
Austin, yang berkunjung ke Kabul setelah menyelesaikan kunjungan kerjanya di India, mengatakan, kekhawatiran pasti akan selalu ada tentang banyak hal. Namun, menurut dia, energi yang ada harus difokuskan pada satu hal utama, yaitu melakukan segala sesuatu yang dimungkinkan untuk sebuah penyelesaian perang yang bertanggung jawab.
Kabul adalah perhentian terakhir dalam tur keliling Asia yang dilakukan Austin. Dia juga memiliki pengalaman lapangan di Afghanistan ketika bertugas sebagai komandan divisi antara September 2003 dan Agustus 2005.
Konsekuensi
Kelompok Taliban, Jumat (19/3/2021), memperingatkan konsekuensi jika Pemerintah AS tidak memenuhi tenggat yang telah disepakati untuk menarik seluruh pasukan mereka pada 1 Mei. Suhail Shaheen, anggota tim negosiasi Taliban, menyatakan, jika pasukan AS tetap berada di Afghanistan setelah 1 Mei, tindakan itu akan menjadi pelanggaran isi perjanjian yang ditandatangani kedua pihak di Doha, Qatar, akhir Februari 2020.
”Pelanggaran itu tidak akan dari pihak kami. Pelanggaran mereka akan mendapat reaksi,” katanya.
Pernyataan Shaheen, yang merupakan mantan juru bicara Taliban, adalah yang kedua kalinya dikeluarkan setelah sebelumnya, saat pertemuan di Moskwa, Rusia, Taliban mengeluarkan peringatan yang senada.
Ditanya tentang peringatan Taliban bahwa Washington akan menghadapi konsekuensi jika tenggat tidak dipenuhi, Austin mengatakan, dia yakin pasukan AS dapat mengatasinya.
”Saya sangat percaya diri dan kemampuannya melindungi pasukan kami,” kata Austin mengacu pada Jenderal Austin S Miller, komandan pasukan AS dan NATO di Afghanistan.
Pertengahan pekan lalu, Pemerintah Rusia menjadi tuan rumah pertemuan para pihak untuk memecahkan kebuntuan dalam proses perdamaian Afghanistan. Pertemuan juga membahas proposal damai AS yang baru. Namun, pertemuan itu berakhir tanpa hasil konkret.
Menurut rencana, pertemuan serupa akan diselenggarakan di Turki bulan depan.
Salah satu pendiri dan wakil pemimpin Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, mengatakan, pada konferensi Moskwa bahwa rakyat Afghanistan ”harus dibiarkan memutuskan nasib mereka sendiri”. (AP/AFP/REUTERS)