AS dan China Sepakat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim
Delegasi AS-China dikabarkan sepakat untuk bekerja sama dalam penanganan perubahan iklim dan media.
Oleh
Mahdi Muhammad - Robertus Benny Dwi Koestanto
·3 menit baca
ALASKA, MINGGU — Meski ada pernyataan-pernyataan keras dari delegasi Amerika Serikat dan China pada pembukaan dialog pada hari pertama mereka, tetapi keduanya mulai membuka diri bekerja sama. Mereka berkomitmen meningkatkan komunikasi dan kerja sama dalam perubahan iklim.
Selain itu, keduanya juga berkomitmen mengadakan pembicaraan lanjutan untuk memfasilitasi kegiatan diplomatik dan misi konsuler. Terutama pada isu-isu yang terkait dengan kegiatan jurnalistik di setiap negara, seperti dilaporkan Reuters, Minggu (21/3/2021).
Mereka juga membahas penyesuaian kebijakan perjalanan dan visa antara kedua negara yang disesuaikan dengan situasi penanganan pandemi di setiap wilayah. Juga mempromosikan normalisasi pertukaran personel antara Pemerintah AS dan China.
Kantor berita resmi China, Xinhua, dalam laporannya, kemarin, menyebutkan, dialog antara dua raksasa dunia yang berlangsung di Anchorage, Alaska, tidak menghasilkan terobosan diplomatik. Namun, mereka berbagi harapan untuk melanjutkan komunikasi strategis tingkat tinggi.
”Kedua belah pihak juga sepakat bahwa mereka akan menjaga dialog dan komunikasi, melakukan kerja sama yang saling menguntungkan, menghindari kesalahpahaman, serta konflik dan konfrontasi, untuk mempromosikan perkembangan yang sehat dan stabil dari hubungan China-AS,” tulis Xinhua.
Direktur Kantor Komisis Urusan Luar Negeri Pusat Partai Komunis China (PKC) Yang Jiechi kepada stasiun televisi China, CGTN, mengatakan, diskusi itu konstruktif dan bermanfaat. ”Tapi, masih saja ada perbedaan,” kata Yang.
Pernyataan adanya komitmen kedua negara tentang kerja sama soal iklim dan kerja jurnalistik baru dikeluarkan oleh delegasi China.
Kedutaan Besar AS di Beijing tidak segera menanggapi surat elektronik yang dikirimkan untuk meminta tanggapan mereka soal hasil pertemuan kedua negara. Kementerian Luar Negeri AS juga belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait hal ini.
Namun, sebagai tanda bahwa perbedaan akan sulit diatasi, para pejabat AS mengatakan tidak ada kesepakatan formal yang telah dicapai untuk melanjutkan dialog atau memulai inisiatif baru.
Tahun lalu, ketegangan antara Beijing dan Washington memburuk secara dramatis. Keduanya saling mencabut akreditasi jurnalis dan mengusirnya keluar dari setiap negara.
Selain itu, jurnalis China di AS dan jurnalis asing yang bekerja untuk media AS di China hanya diberikan masa tinggal tiga bulan, menambah ketidakpastian pada keberadaan mereka di negara tersebut. Namun, pada umumnya, izin masa tinggal mereka diperpanjang.
Setelah itu, aksi berlanjut dengan penutupan konsulat China di Houston. Sebaliknya, China menutup konsulat AS di Chengdu.
Kedua negara berselisih mengenai berbagai masalah mulai dari perdagangan hingga hak asasi manusia di Tibet, Hong Kong dan kelompok minoritas Uighur di wilayah Xinjiang, Taiwan, aktivitas China di Laut China Selatan, dan pandemi virus korona baru.
”Pihak AS seharusnya tidak meremehkan tekad China untuk menjaga kedaulatan nasional, kepentingan keamanan dan pembangunan,” kata Menteri Luar Negeri Wang Yi kepada media China setelah pertemuan tersebut.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden belum memberi sinyal apakah akan mundur dari sikap garis keras yang diambil pendahulunya, Donald Trump.
Namun, sebelumnya, baik Biden maupun Menlu AS Antony Blinken pernah menyatakan bahwa kebijakan luar negeri AS pada satu titik bisa bersikap tegas terhadap China, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama ataupun berkolaborasi dengan Pemerintah Negeri Tirai Bambu itu.
Seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, ada beberapa area ”dalam jalur normal keterlibatan diplomatik kami di mana kami mungkin dapat menjelajahinya”. Dia menambahkan bahwa tidak ada kesepakatan formal pada setiap diskusi baru. (AP/REUTERS)