Akui Rasisme Nyata di AS, Biden-Harris Kecam Keras Kebencian Anti-Asia
Presiden Joe Biden mengaku bersimpati terhadap warga Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik akibat pelecehan dan kekerasan terhadap mereka. Mereka telah diserang, disalahkan, dikambinghitamkan, dilecehkan, hingga dibunuh.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
AFP/ED JONES
Anggota dan pendukung komunitas warga Amerika-Asia berkumpul di Union Square, New York City, Amerika Serikat, Jumat (19/3/2021), dalam acara doa bersama bagi para korban serangan terhadap warga keturunan Asia di Atlanta, Georgia, AS, Selasa lalu.
ATLANTA, SABTU — Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris menyampaikan pelipur lara bagi warga Amerika-Asia yang tengah berduka pascaserangan mematikan di Atlanta, Negara Bagian Georgia, AS, awal pekan ini. Keduanya mengecam momok rasisme yang terkadang tersembunyi ”di depan mata” warga AS. Biden dan Harris menegaskan, tindakan dan kebencian terhadap orang lain tidak pernah dapat dibenarkan.
Kunjungan Biden dan Harris ke Atlanta pada Jumat (19/3/2021) waktu setempat atau Sabtu dini hari WIB itu terasa spesial. Kunjungan itu semula dijadwalkan sebagai bagian dari sosialiasi program stimulus ekonomi pemerintahan Biden-Harris. Namun, kunjungan tersebut juga dimanfaatkan untuk menyampaikan ungkapan duka, simpati, sekaligus dukungan bagi warga AS keturunan Amerika-Asia.
Enam warga AS keturunan Amerika-Asia tewas dalam sebuah penembakan yang dilakukan seorang warga kulit putih pada Selasa (16/3/2021) lalu. Total delapan orang tewas dalam peristiwa mengerikan itu.
Berbicara setelah menggelar pertemuan sekitar 80 menit dengan para legislator negara bagian dan tokoh berlatar belakang Amerika-Asia, Biden mengaku bahwa hatinya tersayat mendengarkan cerita mereka yang hadir. Ia mengaku bersimpati terhadap warga Amerika-Asia dan Kepulauan Pasifik (AAPI) di tengah lonjakan kasus-kasus pelecehan dan kekerasan terhadap mereka.
Mereka telah diserang, disalahkan, dikambinghitamkan, dan dilecehkan; mereka telah diserang secara verbal, diserang secara fisik, dan bahkan dibunuh. ”Kita harus mengubah hati kita,” tegas Biden. ”Kebencian tidak memiliki tempat berlindung yang aman di Amerika.”
AFP/STEPHEN MATUREN
Masyarakat dari berbagai komunitas dan lapisan mengikuti aksi damai untuk memprotes serangan dan kekerasan terhadap terhadap orang Asia di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat, Kamis (18/3/2021) waktu setempat.
Harris, warga AS pertama keturunan Asia Selatan yang memegang jabatan wakil presiden negara itu, mengatakan bahwa motif penembak masih diselidiki. Namun, ia mengemukakan fakta-fakta jelas: enam dari delapan korban tewas adalah keturunan Asia dan tujuh di antaranya perempuan.
”Rasisme itu nyata di Amerika. Dan memang demikian kenyataannya. Xenofobia nyata di Amerika. Demikian juga seksisme,” katanya.
”Presiden dan saya tidak akan diam. Kami tidak akan tinggal diam. Kami akan selalu berbicara menentang kekerasan, kejahatan kebencian, dan diskriminasi, di mana pun dan kapan pun itu terjadi.”
Presiden dan saya tidak akan diam. Kami tidak akan tinggal diam. Kami akan selalu berbicara menentang kekerasan, kejahatan kebencian, dan diskriminasi, di mana pun dan kapan pun itu terjadi.
Data sensus nasional AS menunjukkan bahwa pertumbuhan warga AAPI adalah empat kali lebih cepat dari pertumbuhan seluruh warga AS. Merujuk data sensus tahun 2018, jumlah warga AAPI sebanyak 24,2 juta jiwa.
Data Pew Research Center memperlihatkan, warga Amerika-Asia adalah segmen pemilih yang memenuhi syarat yang tumbuh paling cepat dari kelompok ras dan etnis utama di AS dalam pemilu November tahun lalu. Lebih dari 11 juta warga Amerika-Asia dapat memberikan suaranya. Jumlah itu hampir 5 persen dari total pemilih yang memenuhi syarat di AS.
AFP/ERIC BARADAT
Presiden Amerika Serikat Joe Biden (tengah) dan Wakil Presiden Kamala Harris (kanan) disambut di pangkalan Dobbins Air Reserve Base di Marietta, Georgia, AS, Kamis (19/3/2021).
Warga Amerika-Asia pun mendapatkan peningkatan pengaruh politik di seluruh wilayah AS. Di California, dua perempuan keturunan Amerika-Korea Selatan membuat sejarah dengan terpilih sebagai anggota Kongres AS mereka. Kaukus Kongres Amerika Asia Pasifik, biasanya didominasi oleh Demokrat, memiliki jumlah anggota terbesar yang pernah ada.
”Kami menjadi semakin terlihat dan aktif dalam ekosistem politik,” kata Michelle Au, salah satu anggota Kongres AS dengan latar belakang Amerika-Asia. ”Namun, apa yang saya dengar secara pribadi dan juga yang saya rasakan adalah bahwa orang terkadang cenderung tidak mendengarkan kami.”
Pihak berwenang menekankan bahwa mereka masih menyelidiki motif di balik penembakan brutal hari Selasa itu. Namun, bagi banyak orang di AS, tindakan keji si pembunuh itu bukan semata-mata tentang rasisme atau kebencian terhadap perempuan. Ini juga menyangkut soal kelindan kelas, undang-undang senjata Amerika, hingga penyakit mental khususnya yang diidap si pelaku.
Laporan nasional oleh Stop AAPI Hate, kelompok yang mendokumentasikan insiden rasisme dan diskriminasi terhadap warga Amerika-Asia, tahun lalu menemukan bahwa perempuan melaporkan insiden kebencian 2,3 kali lebih banyak daripada pria.
Sebelum meninggalkan Washington menuju Atlanta, Biden menyatakan dukungannya pada Undang-Undang Kejahatan Kebencian terhadap Covid-19. UU itu diharapkan khalayak akan memperkuat pelaporan dan respons pemerintah terhadap kejahatan kebencian dan sekaligus bentuk dukungan bagi komunitas Amerika-Asia.
Sentimen anti-Amerika-Asia ikut tersulut oleh komentar tuduhan Presiden Donald Trump bahwa Covid-19 adalah virus asal China. Harris menegaskan, setiap warga AS dengan latar belakang apa pun memiliki ”hak untuk diakui sebagai orang Amerika”. ”Bukan sebagai yang lain, bukan sebagai mereka. Namun sebagai kita,” kata Harris. (AP/AFP/REUTERS)