Pemulihan Masih Berjalan, Bank Sentral AS Pertahankan Suku Bunga
The Fed menyatakan bakal terus memberikan dukungan yang dibutuhkan bagi perekonomian AS selama dibutuhkan. Hal itu turut meredakan kekhawatiran pasar keuangan yang telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
NEW YORK, RABU — Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat—The Federal Reserve atau The Fed—Jerome Powel, Rabu (17/3/2021), memeringatkan bahwa pemulihan ekonomi AS secara penuh masih jauh dari yang diharapkan. The Fed akan terus memberikan dukungan yang dibutuhkan guna mendukung pertumbuhan ekonomi AS dan memberikan sinyal belum akan menaikkan tingkat suku bunga dalam waktu dekat.
The Fed jauh lebih optimistis tentang prospek ekonomi Amerika karena triliunan dollar AS dalam stimulus mengalir. Hal itu dinilai mempercepat pemulihan ekonomi dari tekanan akibat pandemi Covid-19. Namun, Powell tetap mengingatkan agar semua pihak tidak berpuas diri atas kabar baik yang terlihat di AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia. ”Ekonomi masih jauh dari tujuan (penciptaan) lapangan kerja dan inflasi kita dan kemungkinan akan membutuhkan waktu untuk kemajuan substansial lebih lanjut untuk dicapai,” kata Powell pada konferensi pers setelah pertemuan kebijakan dua hari The Fed.
Powell berjanji bahwa The Fed ”akan terus memberikan dukungan yang dibutuhkan bagi perekonomian selama dibutuhkan”. Hal itu turut meredakan kekhawatiran pasar keuangan yang telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Para pelaku pasar terpecah antara perayaan pemulihan yang lebih cepat dan kekhawatiran tentang spiral inflasi yang dapat menyebabkan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Dengan dana stimulus yang mulai dan terus mengalir ke perekonomian AS, anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang mengatur kebijakan keuangan di negara itu pun meningkatkan proyeksi mereka atas ekonomi AS. Produk domestik bruto (PDB) AS tahun 2021 diperkirkan naik dua poin persentase lebih tinggi menjadi 6,5 persen. Pertumbuhan yang lebih cepat akan disertai dengan kenaikan inflasi menjadi 2,4 persen. Sebagian besar anggota komite tidak berharap untuk menaikkan suku bunga acuan mereka setidaknya hingga tahun 2023.
Perubahan proyeksi itu—pertama dirilis sejak Desember 2020—mencerminkan dorongan yang diharapkan bagi perekonomian melalui paket stimulus ekonomi senilai 1,9 triliun dollar AS yang ditandatangani Presiden Joe Biden pekan lalu. Hal itu menambah dorongan bagi ekonomi setelah Kongres AS setuju dengan paket serupa senilai 900 miliar dollar AS yang dirilis pada akhir tahun lalu. Banjir uang tunai itu diharapkan dapat menopang bisnis, meningkatkan perekrutan tenaga kerja, dan tidak membatasi belanja.
Anggota FOMC melihat pengangguran agak membaik, turun menjadi 4,5 persen pada akhir tahun dari 6,2 persen saat ini. Namun, mereka tidak mengharapkan pengangguran kembali ke tingkat sebelum pandemi hingga tahun 2023.
Departemen Keuangan AS, Rabu, mengatakan telah menyalurkan 90 juta pembayaran stimulus terbaru hingga 1.400 dollar AS untuk hampir setiap orang dewasa dan anak-anak di negara itu. Anggota FOMC melihat angka pengangguran agak membaik, turun menjadi 4,5 persen pada akhir tahun dari sebelumnya 6,2 persen.
Powell mengatakan, ekonomi tampaknya telah menghindari dampak terburuk dari krisis. Namun, FOMC mengatakan dalam pernyataan kebijakannya bahwa pandemi masih ”menimbulkan risiko yang cukup besar terhadap prospek ekonomi”. Sebagaimana dikethui, para pelaku pasar keuangan khawatir bahwa pemulihan secara cepat yang dipicu oleh stimulus ekonomi akan memicu spiral inflasi yang akan mewajibkan bank sentral untuk menarik kembali kelonggaran-kelonggaran kebijakan yang diluncurkan saat pandemi Covid-19 mulai tahun lalu.
Para pejabat Fed menenangkan kekhawatiran itu. Perkiraan mereka menunjukkan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan turun menjadi 3,3 persen tahun depan, dengan penurunan inflasi menjadi 2,0 persen. Powell pun menekankan sekali lagi bahwa bank sentral tidak berniat menaikkan suku bunga kebijakan sampai tiga kondisi terpenuhi: lapangan kerja penuh, inflasi di tingkat 2,0 persen, dan hal itu berada di jalur berjalan dengan tingkat yang cukup di atas 2 persen untuk beberapa waktu.
Kondisi itu berbeda dengan kondisi pemulihan sebelumnya. Sebelumnya The Fed menaikkan suku bunga sebelum inflasi benar-benar meningkat. Kali ini Powell mengatakan sebuah kondisi ”lepas landas” harus dipastikan dengan—sampai pihaknya melihat dengan pasti—merujuk data yang ada secara aktual. Inflasi AS dalam beberapa tahun terakhir jarang melampaui target 2,0 persen.
”Prospek optimistis The Fed yang sedang berlangsung terkait inflasi sangat bergantung pada pengalaman dekade terakhir, di mana inflasi tetap terkendali meskipun ada defisit fiskal dan kebijakan moneter yang akomodatif,” kata Mickey Levy dari Berenberg Capital Markets. Dia menilai harga dapat melonjak tahun ini dibandingkan dengan level rendah yang terlihat selama penutupan tahun 2020. Namun, tidak ada perincian lebih lanjut tentang seberapa tinggi inflasi harus naik.
Dalam pernyataannya, FOMC mengatakan bahwa bank sentral siap untuk menyesuaikan sikap kebijakan moneter yang sesuai jika risiko yang muncul dapat menghambat pencapaian tujuan Komite. Investor telah fokus pada kenaikan imbal hasil surat utang US Treasury sepuluh tahun baru-baru ini sebagai kewaspadaan atas kenaikan inflasi. Powell mengatakan, The Fed sedang mengawasi hal itu seraya terlihat tidak terlalu khawatir. (AFP/AP)