Pasar Saham Asia Menguat Merespons Langkah Bank Sentral AS
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,99 persen, sedangkan indeks saham utama China naik 0,46 persen pada awal perdagangan Kamis (18/3/2021). Investor cukup optimistis dengan ekonomi tahun ini.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, KAMIS — Pasar saham Asia dan indeks saham berjangka Amerika Serikat terdata menguat pada awal perdagangan Kamis (18/3/2021) setelah bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed, berkomitmen untuk mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif. The Fed juga memroyeksikan lonjakan pesat pertumbuhan ekonomi AS seiring pemulihan dari krisis akibat pandemi Covid-19.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,99 persen, sedangkan indeks saham utama China naik 0,46 persen. Indeks saham Korea Selatan dan Hong Kong juga melonjak lebih dari 1 persen. Adapun pasar saham Australia melawan tren dengan catatan turun pada awal perdagangan sebesar 0,3 persen. Indeks E-mini berjangka untuk S&P 500 menguat 0,3 persen.
Tingkat inflasi AS diperkirakan akan mencapai 2,4 persen tahun ini, sebuah tingkat di atas target The Fed, yakni di angka 2 persen. Namun, Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyebut proyeksi itu adalah tingkat lonjakan sementara yang tidak akan mengubah janji The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol persen. Langkah itu langsung mengirimkan pelemahan posisi dollar AS terhadap sejumlah mata uang.
Namun, imbal hasil US Treasury jangka panjang tetap tinggi di pasar perdagangan Asia karena investor surat utang memilih untuk lebih fokus pada ekspektasi inflasi yang meningkat. ”Jika The Fed tidak akan melakukan pengetatan, itu sangat bagus bagi aset-aset berisiko,” kata Teresa Kong, manajer portofolio di lembaga Matthews Asia. ”Kita seharusnya melihat reli ringan pada aset dan mata uang Asia.”
Indeks S&P 500 ditutup pada rekor tertinggi pada akhir perdagangan Rabu dan Dow Jones Industrial Average ditutup di atas 33.000 poin untuk pertama kalinya.
Indeks S&P 500 ditutup pada rekor tertinggi pada akhir perdagangan Rabu dan Dow Jones Industrial Average ditutup di atas 33.000 poin untuk pertama kalinya. Hal itu didukung oleh perkiraan ekonomi yang kuat dari The Fed dan komentar Powell bahwa terlalu dini untuk membahas langkah-langkah kebijakan tentang tapering-off. Indeks saham MSCI di seluruh dunia naik 0,37 persen pada Kamis ini, mendekati level tertinggi sepanjang masa.
The Fed memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh 6,5 persen tahun ini. Hal itu akan menjadi pertumbuhan tahunan terbesar sejak 1984. Proyeksi itu didasarkan sebagian berkat stimulus fiskal yang besar dan optimisme seputar keberhasilan penanganan pandemi Covid-19. ”Ini agak mengejutkan bahwa secara resmi Pemerintah AS percaya akan tumbuh lebih cepat daripada yang diyakini Pemerintah China tentang pertumbuhan tahun ini,” kata Christopher Smart, kepala strategi global di Barings Investment Institute di Boston.
The Fed memang jauh lebih optimistis tentang prospek ekonomi Amerika karena triliunan dollar AS dalam stimulus mengalir. Hal itu dinilai mempercepat pemulihan ekonomi dari tekanan akibat pandemi Covid-19. Namun, Powell tetap mengingatkan agar semua pihak tidak berpuas diri atas kabar baik yang terlihat di AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar global. ”Ekonomi masih jauh dari tujuan (penciptaan) lapangan kerja dan inflasi kita dan kemungkinan akan membutuhkan waktu untuk kemajuan substansial lebih lanjut untuk dicapai,” kata Powell pada konferensi pers setelah pertemuan kebijakan dua hari The Fed.
Dollar AS melemah terhadap yen, tetapi mampu naik tipis terhadap franc Swiss. Adapun dollar Australia melonjak ke level tertinggi dua pekan terhadap dollar AS, yakni di level 0,7835 per dollar AS. Hal itu setelah data menunjukkan ekonomi negara itu menciptakan lebih dari dua kali lebih banyak pekerjaan pada bulan Februari. Kenaikan juga terdata atas imbal hasil US Treasury 10 tahun menjadi 1,6550 persen, tidak jauh dari level tertinggi sejak Januari tahun lalu.
Sementara itu, harga minyak berjangka terus mengalami penurunan. Harga minyak terbebani oleh meningkatnya persediaan minyak mentah AS dan oleh ekspektasi permintaan yang lebih lemah di Eropa. Eropa seperti diwartakan mengalami sedikit gangguan dalam penyaluran vaksin Covid-19. Minyak mentah Brent turun 0,46 persen ke level 67,69 dollar AS per barel dan minyak mentah AS turun 0,45 persen ke level 64,31 dollar As per barel.
Adapun harga emas naik 0,5 persen ke level 1,752.41 per troy ons. Sementara itu emas berjangka AS naik 1,3 persen menjadi 1.748,80 per troy ons. Emas ikut terangkat oleh janji The Fed untuk mempertahankan suku bunga rendah dan kekhawatiran tentang inflasi di AS. (AFP/REUTERS)