Angka pengangguran di Amerika Serikat sebelum pandemi sempat berada di level terendah dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, yakni di level 3,5 persen. Pandemi Covid-19 mengubahnya secara drastis. AS ingin memulihkannya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
Kompas
Presiden Amerika Serikat Joe Biden didampingi Wakil Presiden Kamala Harris menerima sejumlah tamu pada sebuah pertemuan di Washington, 9 Februari 2021. Stimulus ekonomi AS akhirnya ditandatangani sebagai UU pekan lalu.
WASHINGTON, MINGGU — Stimulus ekonomi dan program pemulihan pascapandemi Covid-19 memberikan peluang pemulihan ekonomi Amerika Serikat, tetapi juga sekaligus kenaikan harga-harga. Dinamika itu menjadi bahan kajian investor, pelaku pasar, pemerintah, hingga bank-bank sentral global. Posisi bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed, sejauh ini adalah bertekad menjaga suku bunga tetap rendah.
Gubernur The Fed Jerome Powell memberikan pesan yang jelas terkait dengan dinamika yang terjadi saat ini. Pertumbuhan yang lebih cepat memungkinkan terjadi dengan dorongan dari paket stimulus ekonomi. Pada saat yang sama, peluang terjadi kenaikan harga pun terbuka. Powell dan The Fed semata ingin memulihkan lebih dari sembilan juta pekerjaan yang hilang karena pandemi Covid-19.
Powell ingin melihat lebih banyak orang kembali bekerja di AS. Analis memperkirakan sikap moderat The Fed itu kembali dipertahankan dalam pertemuan FOMC The Fed selama dua hari mulai Selasa (16/3/2021) pekan ini.
Powell dan The Fed diperkirakan menekankan sekali lagi bahwa Fed bersedia menerima inflasi yang lebih tinggi. Sikap itu diambil untuk mendorong pertambahan lapangan kerja secara optimal. Sebelumnya, pascakrisis keuangan global, perlu waktu satu dekade untuk mencapainya. ”The Fed telah mengatakan bahwa sampai ada perbaikan nyata dalam pekerjaan dan ekonomi, mereka akan bergeming,” kata Robert Frick dari Navy Federal Credit Union. ”Saya benar-benar tidak berpikir mereka akan goyah.”
Tingkat pengangguran di AS sebelum pandemi sempat berada di level terendah dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, yakni di level 3,5 persen. Pandemi Covid-19 lalu mengubahnya secara drastis. Tingkat pengangguran melonjak meski kemudian turun ke level 6,2 persen pada Februari tahun 2021. Penurunan tingkat pengangguran terjadi seiring dibukanya kembali bisnis-bisnis di AS.
AFP/TIMOTHY A. CLARY
Sukarelawan pendukung kesehatan dan keadilan global mengadakan unjuk rasa di depan Kantor Pusat Pfizer di New York, Amerika Serikat, Kamis (11/3/2021). Mereka menyerukan agar perusahaan farmasi dan pemerintahan Presiden Joe Biden untuk berkomitmen pada distribusi vaksin Covid-19 yang setara dan adil.
Peluang pemulihan ekonomi AS sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia semakin besar dengan stimulus ekonomi. Paket stimulus ekonomi itu ditandatangani sebagai undang-undang oleh Presiden Joe Biden di Washington pada Rabu (10/3) pekan lalu.
Akan tetapi, sejumlah investor justru mulai khawatir dengan spiral inflasi. Hal itu tecermin dari lonjakan imbal hasil surat utang pemerintah, terutama pada surat utang US Treasury bertenor 10 tahun.
Akan tetapi, Menteri Keuangan Janet Yellen pada Minggu menenangkan kekhawatiran tersebut. Dalam acara This Week ABC, dia mengatkan risiko dari inflasi relatif kecil.
Akan tetapi, Menteri Keuangan Janet Yellen pada Minggu menenangkan kekhawatiran tersebut. Dalam acara This Week ABC, dia mengatakan, risiko dari inflasi relatif kecil. Mantan Gubernur The Fed itu mengatakan, dirinya ”sama sekali” tidak mengharapkan kembalinya inflasi yang tak terkendali seperti halnya yang terjadi tahun 1970-an. Sekiranya inflasi melonjak, dia berkata, ”Kami memiliki alat untuk mengatasinya.”
Lonjakan imbal hasil US Treasury kembali ke level awal 2020 dapat dipandang sebagai sesuatu yang mengejutkan bagi para pelaku pasar. Namun, ada konsekuensi nyata, yakni suku bunga pinjaman untuk hipotek rumah dan pinjaman mobil terkait dengannya. Suku bunga hipotek mulai naik. Kondisi itu dapat membuat beberapa pembeli keluar dari pasar perumahan yang dinilai sudah terlalu tinggi. Kondisi itu, menurut Kathy Bostjancic dari Oxford Economics, berpotensi menyulitkan para pemilik rumah untuk membiayai kembali pinjaman mereka.
AFP/NICHOLAS KAMM
Foto yang diambil pada 5 Februari 2021 ini memperlihatkan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen saat berbicara dalam diskusi di Washington DC.
Inflasi diperkirakan pulih karena mesin ekonomi meningkat, terutama jika dibandingkan dengan tertekannya harga yang terlihat selama pembatasan wilayah. Namun, lonjakan tajam inflasi diperkirakan hanya sementara.
”Perekonomian yang dibuka kembali akan didorong oleh stimulus fiskal 1,9 triliun dollar AS ini, jadi tidak ada keraguan bahwa inflasi akan naik,” kata Bostjancic. Pertanyaan kritisnya adalah seberapa tinggi inflasi dan untuk berapa lama. ”Ini akan terasa lebih hangat, tetapi menurut kami ini bukan situasi yang terlalu panas.”
Selama lebih dari satu dekade, inflasi jarang naik di atas 2,0 persen sebagaimana menjadi target The Fed. Kenaikan harga yang disukai bank sentral itu hanya 1,5 persen pada Januari lalu, Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bostjancic dan Frick sependapat dengan banyak ekonom yang mengatakan banyak kelesuan dalam perekonomian akan meredam kenaikan harga.
Powell telah mengakui bahwa harga akan naik, tetapi dia berjanji The Fed tidak akan menarik stimulus sampai ekonomi kembali mendorong ketersediaan lapangan kerja maksimum. Hal itu diperkirakan tidak akan terjadi tahun ini. Tingkat inflasi yang berada di atas target 2,0 persen berada di jalurnya.
”Kami tidak bermaksud menaikkan suku bunga sampai kami melihat kondisi tersebut terpenuhi,” kata Powell.
Akan tetapi, tampaknya The Fed tidak tahan terhadap kegelisahan pasar. Powell kemungkinan akan mencoba lagi untuk menenangkan ketakutan atas inflasi. Langkah yang diambil adalah dengan mengirimkan sinyal kuat bahwa The Fed akan menggunakan setiap instrumen yang dimilikinya untuk mengatasi setiap kenaikan harga yang mengkhawatirkan, atau lonjakan imbal hasil obligasi. Meski dia tidak berkomitmen tentang hal-hal spesifik, Powell dapat memberikan rincian lebih lanjut dalam konferensi persnya pada Rabu nanti.
Langkah itu, diduga, termasuk kesediaannya untuk mengubah campuran surat utang yang dibeli The Fed setiap bulan. Bostjancic mencatat bahwa The Fed dapat membuat langkah teknis lain yang dapat mengurangi tekanan pada imbal hasil. Caranya adalah dengan memperpanjang pembebasan pada bank yang memegang US Treasury tanpa harus memiliki penyangga uang tunai. Pembebasan kewajiban itu berakhir pada akhir bulan. (AFP)