Stimulus AS dan Vaksinasi Covid-19 Dorong Prospek Ekonomi Global
OECD tetap mengingatkan adanya risiko signifikan yang membayangi prospek ekonomi global untuk membaik, yakni seberapa cepat program vaksinasi Covid-19 dan seberapa cepat pembatasan aktivitas masyarakat dicabut.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
PARIS, SELASA — Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD memproyeksikan ekonomi dunia akan pulih tahun ini dengan pertumbuhan 5,6 persen dan 4,0 persen tahun depan. Prospek positif ekonomi global didorong oleh akselerasi program vaksinasi Covid-19 dan paket stimulus ekonomi Amerika Serikat yang sangat besar jumlahnya.
Angka proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh OECD terbaru itu lebih optimistis dibandingkan dengan proyeksi yang disampaikan Desember tahun lalu. Lembaga yang berbasis di Paris itu akhir, tahun lalu, memproyeksikan pertumbuhan global ekonomi tahun ini akan berada di level 4,2 persen dan 3,7 persen tahun depan. Saat itu, proses vaksinasi Covid-19 baru saja dimulai secara terbatas oleh beberapa negara.
Dalam rilisnya pada Selasa (9/3/2021), lembaga itu mengingatkan tetap adanya risiko signifikan yang membayangi prospek untuk membaik, yakni bahwa seberapa cepat program vaksinasi Covid-19, seberapa cepat pembatasan aktivitas masyarakat dicabut, dan apakah varian baru dari virus korona tipe baru akan dapat terus dikendalikan.
”Vaksinasi yang tidak cukup cepat berisiko merusak stimulus fiskal yang telah diberlakukan,” kata Kepala Ekonom OECD Laurence Boone pada konferensi pers secara daring.
Boone secara khusus menyoroti program vaksinasi Covid-19 di Eropa yang relatif lambat. Dia mengatakan, uang pemerintah yang disuntikkan ke dalam ekonomi berisiko berakhir di tabungan konsumen jika warga tidak dapat segera kembali ke kehidupan yang lebih normal.
Produk domestik bruto (PDB) global terlihat kembali ke level sebelum pandemi pada pertengahan tahun ini meski dengan perbedaan yang besar antarnegara. ”Kecepatan vaksinasi tidak cukup cepat untuk mengonsolidasikan pemulihan, maka kita harus melangkah lebih cepat dan lebih baik,” kata Boone.
Seiring vaksinasi yang terus berjalan secara global, pemulihan ekonomi juga diperkirakan terdorong oleh paket stimulus ekonomi oleh Pemerintah AS senilai 1,9 triliun dollar AS. Efek dari stimulus itu diperkirakan juga akan berdampak positif bagi ekonomi global dengan dorongan hingga 1 persen bagi pertumbuhan ekonomi global. Sementara peluncuran vaksin akan memberikan suntikan di lengan bagi ekonomi global, paket stimulus Amerika Serikat yang direncanakan sebesar 1,9 triliun dollar AS akan mengalir ke negara-negara lain, menambahkan lebih dari 1 persentase poin ke pertumbuhan global.
Ekonomi AS diperkirakan bakal tumbuh 6,5 persen tahun ini dan 4,0 persen tahun depan, kata OECD, meningkatkan perkiraannya dari ekspektasi pada Desember sebesar 3,2 persen pada 2021 dan 3,5 persen pada 2022.
Ekonomi AS diperkirakan bakal tumbuh 6,5 persen tahun ini dan 4,0 persen tahun depan, kata OECD, meningkatkan perkiraannya dari ekspektasi pada Desember sebesar 3,2 persen pada 2021 dan 3,5 persen pada 2022. OECD memperkirakan paket tersebut, yang mencakup 400 miliar dollar AS lewat penyaluran 1.400 dollar AS kepada warga Amerika, akan meningkatkan produksi AS rata-rata 3-4 persen pada tahun pertama penyaluran.
Rapat kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), pekan depan, akan melihat lebih jauh tanda-tanda perubahan dalam prospek suku bunga dan skema pembelian surat utang yang sangat besar. Itu terutama didasarkan pada stimulus AS itu yang diproyeksikan akan sudah ditandatangani Presiden Joe Biden dalam waktu dekat. Kenaikan patokan imbal hasil surat utang AS (US Treasury) dalam beberapa pekan terakhir telah mendorong investor keluar dari aset safe haven, dengan alasan kenaikan inflasi akan memotong tingkat keuntungan mereka.
Kondisi itu telah memicu kekhawatiran bank sentral AS akan dipaksa untuk menaikkan biaya pinjaman lebih cepat dari yang diperkirakan, sekaligus menghilangkan pilar utama lonjakan pasar ekuitas. ”Pertanyaan kunci untuk pertemuan Maret adalah bagaimana lembaga itu akan merevisi proyeksi ekonomi dan suku bunga guna mencerminkan stimulus fiskal lebih lanjut,” kata ahli strategi Axi, Stephen Innes. ”Dengan begitu banyaknya dukungan pada The Fed saat ini, Anda tidak bisa tidak berpikir pasar telah mulai membidik pada (pertemuan) minggu depan, yang datang saat yang rapuh atas sentimen risiko dan perkiraan inflasi.”
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan, dirinya tidak melihat inflasi sebagai masalah besar. Jika ada lonjakan yang mengkhawatirkan, menurut Yellen, akan ada alat untuk mengatasinya. Namun, Rodrigo Cattrill dari National Australia Bank menunjukkan bahwa alat untuk ”menghadapinya” itu semata adalah tingkat suku bunga yang lebih tinggi, sebuah sentimen yang diantisipasi para pelaku pasar global.
Pasar modal di Asia sebagian besar naik pada Selasa. Namun, investor dan pelaku pasar tetap belum yakin optimisme atas pertumbuhan ekonomi mereka dapat berjalan seiring dengan kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih cepat daripada yang diharapkan. Reli pasar di seluruh dunia selama setahun terakhir telah mulai kehabisan tenaga dalam beberapa pekan terakhir karena sentimen terbaru itu. (AFP/REUTERS)