Lonjakan Angka Pengangguran Jadi Tantangan di Asia Tenggara dan Australia
Pengangguran meningkat di Asia Tenggara dan Australia saat-saat ini. Tingkat dan kecepatan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 akan menentukan seberapa cepat pengurangan pengangguran itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
KUALA LUMPUR, SELASA — Lonjakan tingkat pengangguran menjadi tantangan di sejumlah negara di Asia Tenggara dan juga Australia. Penambahan angkatan kerja baru berimpitan dengan tekanan yang telah terjadi sebelumnya di aneka sektor ketenagakerjaan akibat pandemi Covid-19. Tingkat dan kecepatan pemulihan ekonomi yang bertumpu pada kemampuan penanggulangan gelombang-gelombang baru pandemi Covid-19 akan menentukan seberapa besar dan cepat pengurangan pengangguran di masing-masing negara.
Data Departemen Statistik Malaysia (DOSM) menunjukkan tingkat pengangguran di Malaysia sepanjang 2020 sebesar 4,5 persen secara tahunan, level tingkat tertinggi yang tercatat lembaga itu sejak tahun 1993. Jumlah pengangguran pada Desember 2020 di negara itu sebanyak 772.900 individu atau naik sekitar 1,6 persen dibanding periode yang sama dari tahun sebelumnya. Pada triwulan keempat tahun 2020, sebanyak 533.700 orang harus bekerja kurang dari 30 jam per pekan karena kondisi kerja yang kurang produktif atau jumlah lapangan kerja yang berkurang.
Kepala Statistik DOSM, Datuk Seri Mohd Uzir Mahidin, mengatakan pada tahun 2020, pasar tenaga kerja dihadapkan dengan tekanan akibat meningkatnya jumlah individu baru yang memasuki pasar di tengah aktivitas ekonomi yang tidak stabil akibat pandemi Covid-19. ”Kondisi pasar tenaga kerja pada Desember 2020 masih dipengaruhi oleh krisis kesehatan dan konsekuensi ekonomi sehingga menyebabkan momentum pemulihan pasar kerja menjadi lambat,” kata Mohd Uzir sebagaimana dikutip The Malaysian Reserve.
Thailand juga mengalami lonjakan pengangguran sepanjang tahun lalu. Tingkat pengangguran di negara itu mencapai level tertinggi dalam 16 tahun terakhir di level 1,69 persen. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu mengalami kontraksi terburuk dalam lebih dari dua dekade pada 2020 karena anjloknya sektor pariwisata. Tingkat pengangguran Thailand turun pada tiga bulan terakhir pada tahun 2020 secara triwulanan. Ini seiring pelonggaran pembatasan pergerakan masyarakat selama Covid-19. Namun kenaikan kasus penyakit itu beberapa waktu terakhir kembali meningkatkan risiko atas bertambahnya pengangguran di negara itu.
Data biro statistik Thailand menunjukkan terdapat setidaknya 730.000 warga tanpa pekerjaan pada periode Oktober-Desember 2020. Adapun jumlah pekerja baru di Thailand meningkat menjadi 38,3 juta pada triwulan keempat tahun lalu dari 37,9 juta pada triwulan sebelumnya dan dari 37,5 juta pada triwulan terakhir tahun 2019. ”Lapangan kerja sedikit meningkat, sementara tingkat pengangguran tetap tinggi dan jam kerja masih lebih rendah dari tingkat sebelum krisis,” ujar Danucha Pichayanan, Kepala Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand.
Tantangan pengangguran juga tengah dihadapi Filipina. Otoritas Statistik Filipina (PSA) pada Senin (8/3/2021) mengatakan sekitar 4,5 juta atau 10,3 persen warga Filipina menganggur tahun lalu menjadikan tingkat pengangguran di negara itu berada di level tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Pada tahun 2020, Filipina memberlakukan penutupan atau penguncian wilayah terpanjang dan paling ketat di Asia Tenggara untuk menahan penyebaran Covid-19. Langkah itu menurut harian Inquirer telah turut mengakibatkan Filipina jatuh ke dalam resesi terburuk sejak perang di tahun 1941-1942.
Otoritas Statistik Filipina (PSA) pada Senin (8/3/2021) mengatakan sekitar 4,5 juta atau 10,3 persen warga Filipina menganggur tahun lalu menjadikan tingkat pengangguran di negara itu berada di level tertinggi dalam 15 tahun terakhir.
Pihak PSA melaporkan pada tahun lalu dari 73,7 juta penduduk angkatan kerja atau mereka yang berusia 15 tahun ke atas, hanya 43,9 juta atau 59,5 persen yang bekerja atau mencari kerja secara aktif. Jumlahnya anjlok hingga 61,3 persen dibanding periode sama tahun 2019. “Ini berarti tiga dari setiap lima warga yang berusia 15 tahun ke atas yang bekerja atau tidak bekerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja tahunan ini terendah sejak penerapan definisi baru pengangguran pada bulan April 2005,” kata PSA, seraya menyatakan kondisi itu mencerminkan efek dari berbagai pembatasan karantina komunitas, penutupan bisnis, dan langkah-langkah penerapan jarak fisik yang diberlakukan di Filipina mulai Maret 2020 di tengah pandemi Covid-19.
Lembaga itu juga menambahkan bahwa jumlah warga Filipina yang memiliki pekerjaan tahun lalu juga turun menjadi 39,4 juta dari 42,4 juta pada 2019. Sedangkan volume warga dengan status setengah pengangguran memburuk menjadi 16,2 persen dibandingkan dengan 13,8 persen pada 2019. Otoritas PSA mendefinisikan setengah pengangguran sebagai "orang yang bekerja yang mengungkapkan keinginan untuk memiliki jam kerja tambahan dalam pekerjaan mereka saat ini, atau untuk memiliki pekerjaan tambahan, atau memiliki pekerjaan baru dengan jam kerja lebih lama. Pada tahun 2020, sebanyak 6,4 juta warga Filipina menganggap diri mereka setengah menganggur, naik dari 5,9 juta orang pada tahun 2019.
Dukungan stimulus pemerintah
Dari Sydney dilaporkan bahwa stimulus ekonomi yang diluncurkan Pemerintah Australia mampu menahan tekanan ekonomi yang dihadapi warga di negara itu. Namun kondisi seiring penghentian sejumlah stimulus dan perubahan kebutuhan lapangan kerja pascapandemi memunculkan dinamika tersendiri dalam sektor ketenagakerjaan. Perusahaan riset Roy Morgan memerkirakan tingkat pengangguran di Australia melonjak menjadi 13,2 persen pada Februari 2021 dibanding 6,4 persen pada Januari 2021 merujuk pada data Biro Statistik Australia.
Kepala Roy Morgan, Michele Levine, menyatakan kenaikan pengangguran itu terkait dengan penambahan angkatan kerja baru di awal tahun ini. “Lapangan kerja secara keseluruhan meningkat 28.000 menjadi lebih dari 12,7 juta warga Australia, tingkat tertinggi selama satu tahun sejak awal Maret 2020. Namun, pengangguran meningkat sebesar 250.000 menjadi 1,93 juta - tertinggi sejak Agustus 2020,” katanya seperti dikutip The Motley Fool.
Levine mengatakan, semakin banyak warga Australia yang mencari pekerjaan berarti semakin tinggi pula persaingan untuk mendapatkan pekerjaan dan hal itu juga sekaligus mengurangi peluang kenaikan gaji. Lebih jauh, hal itu juga berarti prospek inflasi - dan oleh karena itu tingkat suku bunga - akan naik jauh. ”Jadi, di saat jumlah pekerjaan hampir kembali ke level sebelum pandemi Covid-19 melanda Australia, sekarang ada lebih dari 900.000 lebih banyak orang di pasar yang mencari pekerjaan baru daripada setahun yang lalu,” kata Levine. (REUTERS/BEN)