Tuntutan Trump membuat AS-Korsel tidak punya SMA sepanjang 2020. Sebab, SMA terakhir habis masa berlakunya pada 2019.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Seoul dan Washington akhirnya menyepakati pembagian biaya operasional pangkalan Amerika Serikat di Korea Selatan. Seoul setuju menambah porsinya, tetapi tidak setinggi tuntutan Washington pada awal 2020.
Kementerian Luar Negeri Korsel mengumumkan kesepakatan itu pada Minggu (7/3/2021) malam waktu Washington atau Senin pagi WIB. Utusan khusus Korsel untuk perundingan itu, Jeong Eun-bo, dan utusan khusus AS, Donna Welton, telah berunding sejak beberapa waktu terakhir. Namun, pertemuan tatap muka baru berlangsung pekan lalu.
”Perunding dari Korsel dan AS telah membahas Kesepakatan Kebijakan Khusus (SMA) ke-11 dan sebagai hasilnya telah mencapai kesepakatan pokok,” demikian pernyataan Kemenlu Korsel.
Seorang pejabat Kemenlu Korsel menyebut, para pihak telah mencapai kesepahaman bersama soal rancangan kesepakatan. SMA diyakini akan semakin memperkuat kerja sama pertahanan AS-Korsel.
”Usulan kesepakatan ini mengandung kenaikan berarti pada negara tuan rumah dalam kontribusi, menguatkan bahwa persekutuan AS-Republik Korea adalah hal penting bagi perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan Asia Timur Laut serta Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. AS dan Korsel kini akan mengupayakan langkah akhir untuk menyelesaikan kesepakatan dengan penandatanganan dan pemberlakuan (kesepakatan),” kata pejabat yang tidak berkenan namanya diungkap itu.
Pangkalan kawasan
Sejak Perang Korea berhenti lewat gencatan senjata pada 1953, AS menempatkan pasukan di Korsel. Seoul dan Washington berbagi beban operasional pangkalan yang kini menampung 28.000 tentara AS serta aneka persenjataan dan fasilitas penunjang itu.
Pembagian biaya operasional disepakati lewat perjanjian yang dikenal sebagai SMA dan diperbarui setiap beberapa waktu. Pada 2019, awalnya AS-Korsel setuju kenaikan 13 persen untuk porsi yang ditanggung Seoul. Dengan kata lain, Seoul membayar 983 juta dollar AS untuk membiayai pangkalan AS di Korsel.
Namun, Presiden AS 2017-2021 Donald Trump meminta Seoul menanggung 5 miliar dollar AS. Tuntutan itu sama-sama meminta Seoul menambah hampir lima kali lipat dari porsi yang ditanggungnya pada 2019, yakni 870 juta dollar AS.
Sebelum itu, Trump juga meminta Korsel membayar 1 miliar dollar AS. Dana itu untuk penyediaan dan pengoperasiaan sistem pertahanan rudal balistik THAAD. Sistem itu dilengkapi roket tanpa peledak untuk menghadang rudal penyerang. Permintaan Trump ditolak Seoul.
Sejak masa kampanye pemilu 2016, Trump memang berulang kali menyatakan akan menarik pasukan AS dari negara asing. Penarikan akan dilakukan, antara lain, apabila negara asing tidak mau ikut menanggung biaya operasi militer AS di sana. Untuk Korsel, Trump pernah menyatakan meminta Seoul menanggung seluruh biaya operasi militer AS di sana.
Belakangan, Trump setuju Korsel tetap hanya menanggung sebagian biaya operasi. Meskipun demikian, besaran porsi yang diminta Trump terus berubah. Ia pernah meminta kenaikan 50 persen sampai 400 persen.
Tuntutan Trump membuat AS-Korsel tidak punya SMA sepanjang 2020. Sebab, SMA terakhir habis masa berlakunya pada 2019. Kini, dengan kesepakatan Eun-bo dan Welton, AS-Korsel akan kembali punya SMA.
Tidak hanya SMA, AS-Korsel juga setuju akan kembali menggelar latihan perang bersama. Pada 2020, di tengah pandemi Covid-19 dan protes China, AS-Korsel meniadakan latihan bersama. Pada 2021, latihan akan kembali digelar dengan jenderal Korsel sebagai panglima operasi.
Jumlah tentara yang dilibatkan pada 2021 akan lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Seperti sebelum pandemi, latihan 2021 juga akan mengutamakan keterampilan perang elektronika.
”Latihan ini untuk menjaga kesiagaan bersama dan mendukung upaya diplomasi untuk denuklirisasi,” demikian pernyataan Kantor Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Korsel kepada kantor berita Yonhap. (AP/REUTERS)