Paus Fransiskus Bertemu Imam Besar Syiah Irak Ayatollah Ali al-Sistani
Mengenakan masker pelindung wajah, Paus Fransiskus tiba dan berhenti di Jalan Rasool di Najaf. Paus berjalan beberapa meter menuju rumah sederhana Imam Agung Syiah Irak Al-Sistani, rumah sewaaan sang ulama.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
NAJAF, SABTU — Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus (84), bertemu dengan Imam Agung Syiah Irak Ayatollah Ali al-Sistani (90), salah seorang ulama Syiah paling senior, di kediaman Sistani di kota suci Irak, Najaf, pada hari kedua lawatannya di Irak, Sabtu (6/3/2021).
Pertemuan itu mengirim pesan sekaligus misi Paus Fransiskus akan pentingnya hidup berdampingan secara damai dan berkomunikasi antarpemeluk agama.
Mengenakan masker pelindung wajah, Paus dan rombongan tiba dan berhenti di Jalan Rasool, kota Najaf. Di jalan itu terdapat Kuil Imam Ali, kuil berkubah emas yang menjadi salah satu kuil paling dihormati penganut Syiah di dunia.
Sekelompok warga Irak dengan mengenakan pakaian tradisional menyambutnya di luar rumah. Beberapa merpati putih dilepaskan sebagai tanda perdamaian begitu Sri Paus tiba di kediaman ulama besar Ayatollah Ali al-Sistani.
Pertemuan bersejarah di rumah sederhana Sistani memakan waktu persiapan berbulan-bulan. Setiap detail terkait pertemuan itu didiskusikan dan dinegosiasikan antara para pembantu Sistani dan Vatikan.
Pertemuan digelar tertutup untuk membahas masalah yang melanda minoritas Kristen Irak. Paus tidak semata-mata berbicara tentang Katolik, tetapi Kristen umumnya.
Sistani adalah tokoh yang sangat dihormati di mayoritas Syiah Irak. Pendapatnya tentang agama dan masalah lain didengarkan dan diikuti oleh para penganut Syiah di seluruh dunia.
Kunjungan dan pertemuan Paus itu diharapkan bermakna bagi minoritas Kristen Irak. Intimidasi dari para milisi Syiah terhadap komunitas-komunitas Kristen di negara itu diharapkan reda.
Kunjungan Paus ke Najaf disiarkan langsung di televisi Irak. Warga Najaf dan sekitarnya menyambut antusias pertemuan dua pemimpin agama yang dihormati itu.
”Kami menyambut baik kunjungan Paus ke Irak dan khususnya ke kota suci Najaf dan pertemuannya dengan Ayatollah Ali al-Sistani,” kata warga Najaf, Haidar al-Ilyawi. ”Ini adalah kunjungan bersejarah dan kami berharap hal itu akan menghasilkan kebaikan bagi Irak dan rakyat Irak,” katanya.
Pertemuan itu menandai pertama kalinya seorang paus bertemu dengan seorang ulama senior Syiah. Paus telah mengunjungi negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Turki, Jordania, Mesir, Bangladesh, Azerbaijan, Uni Emirat Arab, dan Palestina. Ia menggunakan setiap perjalanannya untuk menyerukan dialog antar-agama.
Sistani juga sangat disegani tidak saja di kalangan Islam Syiah Irak, tetapi juga di banyak negara Islam. Dia memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap politik. Dekritnya mengantarkan warga Irak pada pemilihan umum secara bebas untuk pertama kalinya pada 2005.
Pengaruh ketokohannya mampu mengumpulkan ratusan ribu orang untuk melawan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) pada tahun 2014 dan menggulingkan Pemerintah Irak di bawah tekanan demonstrasi massal pada tahun 2019.
Sistani jarang keluar rumah atau bertemu tokoh-tokoh. Merujuk informasi yang berkembang, ia bahkan telah menolak pembicaraan dengan pejabat pemerintahan Irak. Seorang sumber di kantor kepresidenan Irak mengungkapkan, Sistani setuju untuk bertemu dengan Paus dengan syarat tidak ada pejabat Irak yang hadir.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Irak dan pertemuannya dengan Sistani ini sejalan dengan upaya lamanya untuk meningkatkan hubungan dengan dunia Muslim. Langkah itu telah dipercepat dalam beberapa tahun terakhir lewat persahabatannya dengan seorang ulama Sunni terkemuka, Sheikh Ahmed al-Tayyeb dari Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Mohamed Mahmoud Abdel Salam, Sekretaris Jenderal Komite Tinggi Persaudaraan Manusia, menilai kunjungan Paus Fransiskus penting untuk seluruh wilayah dataran Arab. Pernyataan itu dimuat dalam media resmi Vatikan, Vatikan News, Jumat (5/3/2021).
Komite Tinggi Persaudaraan Manusia adalah badan yang dibentuk setelah Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayyeb mengeluarkan Dokumen Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi beberapa tahun lalu.
Abdel Salam menyatakan, semua program kunjungan Paus serta daftar tempat dan kota yang akan dikunjungi mencerminkan keinginannya untuk berkomunikasi dengan semua orang Irak.
”Tidak diragukan lagi, ini merupakan kunjungan yang signifikan untuk wilayah Arab kami,” kata Abdel Salam. ”Ini membawa beberapa pesan solidaritas dengan para korban kekerasan dan terorisme dan mempromosikan nilai-nilai persaudaraan dan kewarganegaraan di Irak dan sekitarnya.”
Dia mencatat bahwa untuk ”tokoh perdamaian yang hebat dan pemimpin yang memimpin dunia di jalan menuju perdamaian dan hidup berdampingan” seperti Paus Fransiskus, tindakan seperti itu bukanlah hal yang aneh. (AP/AFP)