Paus Fransiskus Memulai Ziarah Perdamaian Bersejarah ke Irak
Paus Fransiskus memohon doa agar kunjungan ke Irak berjalan dengan lancar. "Timur Tengah tanpa Kristen ibarat roti tanpa ragi".
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
ROMA, JUMAT – Pemimpin Umat Katolik Roma Sedunia, Paus Fransiskus (84), memulai kunjungan bersejarahnya ke Irak dengan terbang dari Bandara Fiumicino, Roma, Italia, Jumat (5/3/2021) pagi. Paus menyebut perjalanannya yang berlangsung hingga Senin pekan depan itu sebagai ziarah perdamaian.
Lawatannya ini menjadi yang pertama dilakukan seorang Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Rima ke Irak, sekaligus perjanan keluar negeri perdananya di tengah pandemi Covid-19.
Paus memohon doa agar kunjungan kepausannya ini berjalan dengan lancar dan mengaku perjalanan ini penting untuk menghibur salah satu komunitas Kristen tertua dan paling teraniaya di dunia.
Bapak Suci akan memimpin lebih dari setengah lusin perayaan ekaristi di gereja-gereja yang porak-poranda, stadion yang direnovasi, dan lokasi gurun terpencil, di mana kehadiran umat akan dibatasi untuk memungkinkan jarak sosial. Ia juga rencananya akan bertemu ulama terkemuka Syiah Irak, Iman Besar Ayatollah Ali al-Sistani di kota Najaf, Irak selatan.
Dalam pidato menjelang perjalanannya, Paus Fransiskus mengungkapkan ia ingin menyapa dan berharap dapat menyembuhkan "luka orang-orang terkasih yang ditinggalkan" dan menjenguk "rumah-rumah yang ditinggalkan”. Ia mengatakan, ada "terlalu banyak martir" di Irak.
"Saya datang sebagai peziarah, peziarah yang bertobat untuk memohon pengampunan dan rekonsiliasi dari Tuhan setelah bertahun-tahun perang dan terorisme," kata Paus Fransiskus dalam pidatonya yang disiarkan melalui video.
Fransiskus adalah Paus yang menjadi pendukung utama dialog antaragama atau toleransi antarumat. Ia juga direncanakan berkunjung ke situs gurun Ur, kota yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Abraham (Ibrahim).
Di Ur, Sri Paus akan akan bertemua dengan tokoh-tokoh semua agama Abrahamik atau kadang disebut agama samawi, serta pengikut kepercayaan lain, termasuk Yazidi dan Sabean.
Keamanan menjadi hal paling utama yang dipastikan dalam kunjungan Paus Fransiskus kali ini mengingat rak telah mengalami perang dan pemberontakan selama bertahun-tahun. Masalah keamanan pula yang membatalkan kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada 2000, di erah pemerintahan Saddam Husein.
Irak hingga kini masih memburu sel-sel tidur kelompok teroris paling kejam, Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Beberapa hari yang lalu rentetan roket menghantam pangkalan militer di negara itu. Aparat keamanan sebanyak 10.000 disiapkan mengamankan perjalanan Paus di "Negeri 1001 Malam" itu.
Keamanan dari sisi kesehatan juga menjadi perhatian mengingat kunjungan dilakukan di tengah masa pandemi Covid-19. Irak masih dicengkeram gelombang kedua Covid-19 dan mencatat pertambahan rata-rata 5.000 kasus baru harian.
Namun, Paus Fransiskus dipastikan telah divaksinasi Covid-19. Selama Paus Fransiskus berkunjung ke Irak, pihak berwenang untuk memberlakukan masa penguncian atau penutupan wilayah secara penuh.
Selama di Irak Paus Fransiskus dijadwalkan melakukan perjalanan sejauh 1.400 kilometer dengan pesawat dan helikopter. Dia akan terbang di atas daerah-daerah yang masih diperangi pasukan keamanan dengan target utama sisa-sisa NIIS. Untuk perjalanan yang lebih pendek, Paus akan naik mobil lapis baja di jalan beraspal baru.
Kunjungan Paus telah sangat menyentuh umat Kristen, tentu saja secara khusus umat Katolik, di Irak, yang jumlahnya telah merosot selama bertahun-tahun akibat penganiayaan dan kekerasan sektarian.
Pada tahun 2003 jumlah umat kristiani mencapai 1,5 juta, namun kini jumlahnya diperkirakan kurang dari 400.000 jiwa.
Jalur perjalanan darat Paus Fransiskus dari bandara dihiasi aneka bunga dan poster penyambutan. Paus Fransiskus di Irak dikenal dengan sebutan "Baba Al-Vatican".
"Kami berharap Paus akan menjelaskan kepada pemerintah bahwa mereka perlu membantu rakyatnya," kata seorang Kristen dari Irak utara, Saad al-Rassam, kepada AFP. "Kami sangat menderita, kami membutuhkan dukungan."
Di hari kedatangannya, Paus Fransiskus akan bertemu dengan pejabat pemerintah dan ulama di ibu kota Baghdad. Dia akan berkunjung di gereja Our Lady of Salvation (Bunda Penyelamat Kita). Sebuah serangan besar pernah menimpa gereja itu dan menewaskan puluhan umat pada tahun 2010.
Paus juga akan mengunjungi sebuah provinsi di utara Irak, yakni Nineveh. Di provinsi itu kelompok NIIS pada tahun 2014 memaksa warga minoritas untuk memilih melarikan diri, masuk Islam, atau dihukum mati.
"Orang hanya memiliki beberapa menit untuk memutuskan apakah mereka ingin pergi atau dipenggal," kenang Karam Qacha, seorang imam Katolik Khaldea di Niniwe. "Kami meninggalkan segalanya - kecuali iman kami."
Timur Tengah tanpa umat Kristen seperti mencoba membuat roti dengan tepung, tapi tanpa ragi atau garam
Sekitar 100.000 warga Kristiani atau sekitar setengah dari mereka yang tinggal di provinsi itu memilih untuk melarikan diri. Dari jumlah itu hanya sebanyak 36.000 orang yang memilih kembali.
Di antara para pengungsi yang kembali, sepertiga mengatakan mereka ingin pergi lagi di tahun-tahun mendatang. Sebab mereka mengaku cemas dengan korupsi yang merajalela, penganiayaan dan kemiskinan di Irak.
Eksodus adalah kerugian bagi seluruh Irak, kata Kardinal Leonardo Sandri, yang mengepalai Kongregasi Gereja-Gereja Timur Vatikan dan akan menemani paus ke Irak. "Timur Tengah tanpa umat Kristen seperti mencoba membuat roti dengan tepung, tapi tanpa ragi atau garam," katanya.
Kunjungan Paus Fransiskus tidak hanya bertujuan untuk mendorong umat Kristiani agar tetap tinggal di tanah air mereka. Kunjungan itu juga diartikan sebagai ajakan agar warga Irak yang mengungsi, mulai dari Lebanon, Jordania, hingga di luar negeri, dapat kembali ke Irak. (AFP/AP/BEN)