Blinken: Persaingan Tak Halangi AS dan China Bergandengan Tangan
Kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap China bergeser. Meski demikian, Pemerintah AS tidak menutup kemungkinan bisa bekerja sama dengan Beijing dalam beberapa isu.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden melihat China sebagai negara pesaing utama abad ini dan bahkan menilainya sebagai ujian geopolitik terbesar abad ini. Namun, pada saat yang sama AS tidak menutup mata bisa bergandengan tangan, bekerja sama dengan China dalam beberapa isu.
Dalam dokumen tentang kebijakan luar negeri setebal 24 halaman yang dirilis Rabu (3/3/2021), Presiden Biden memilih penggunaan istilah persaingan yang berkembang untuk menggambarkan kebijakan luar negeri dan hubungan AS dengan China.
”Ini (merujuk pada China) adalah satu-satunya pesaing yang berpotensi mampu menggabungkan kekuatan ekonomi, diplomatik, militer, dan teknologinya untuk menghadapi tantangan berkelanjutan terhadap sistem internasional yang stabil dan terbuka,” kata dokumen keamanan nasional tentang China.
Dalam pidato resmi pertamanya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Rabu (3/3/2021), mengatakan, AS siap menghadapi China yang dianggap oleh AS sebagai ujian geopolitik terbesar bagi AS abad ini.
Dalam pidatonya, Blinken mengatakan, China memiliki kekuatan yang komplet, mulai dari kekuatan ekonomi, diplomatik, militer, hingga teknologi. Pilar kekuatan itu membuat China secara serius menantang sistem internasional yang stabil dan terbuka.
Hal ini tampak pada beberapa persoalan yang muncul selama beberapa tahun terakhir dan semakin mengeras selama satu tahun terakhir jelang masa kepemimpinan mantan presiden Donald Trump berakhir. AS dan China berselisih mengenai pengaruh di wilayah Indo-Pasifik, praktik ekonomi Beijing, Hong Kong, Taiwan, dan hak asasi manusia di wilayah Xinjiang China hingga masalah asal muasal virus SARS-CoV-2, penyebab pandemi Covid-19.
Namun, kebijakan luar negeri AS bergeser seiring peralihan kekuasaan dari Trump ke Presiden Joe Biden. Panduan Keamanan Nasional Sementara merujuk beberapa bidang yang bisa dilakukan bersama-sama dengan China, yaitu perubahan iklim, kesehatan global, pengendalian senjata, dan nonproliferasi.
”Hubungan kami dengan China akan kompetitif pada saat yang seharusnya, kolaboratif ketika bisa, dan bermusuhan ketika harus,” kata Blinken.
Dia mengatakan, persaingan strategis kedua negara tidak seharusnya menghalangi kerja sama dengan China jika kerja sama itu melayani kepentingan nasional kedua negara.
Pemerintahan Biden telah mengindikasikan akan melanjutkan pendekatan—yang tidak mudah—ke China yang diambil oleh Trump karena menilai para pemimpin China bersikap terlalu agresif dan memaksa. Namun, untuk melakukannya, AS tidak sendirian. Washington akan berkoordinasi dan bekerja sama dengan sekutu-sekutunya.
Meski demikian, khusus untuk tindakan militer, AS akan melakukan kajian mendalam. Bahkan Blinken mengindikasikan, Biden akan ”mengerem” pendekatan militer dan memilih jalur diplomasi.
”Dalam kasus-kasus di masa depan ketika kami harus mengambil tindakan militer, kami akan melakukannya hanya jika tujuan dan misinya jelas dan dapat dicapai, konsisten dengan nilai-nilai dan hukum kami dan dengan persetujuan dari rakyat Amerika,” kata Blinken.
Biden seperti halnya Trump berjanji akan mempertahankan hubungan dengan sekutunya, Taiwan, yang kini tengah ”dirongrong” oleh China untuk bisa dikendalikan di Beijing, seperti yang sudah dilakukan terhadap Hong Kong. Blinken mengatakan, AS juga berjanji akan terus memperjuangkan hak-hak demokrasi rakyat Hong Kong serta etnis Uighur di China. Blinken mengatakan, jika AS tidak bertindak, China akan bertindak semena-mena dan dengan impunitas yang lebih besar.
Setelah memenangi pemilihan presiden AS, Biden mengisyaratkan keputusannya untuk mengakhiri pendekatan ”America First” yang ditekankan oleh Trump semasa memimpin negara adidaya itu. Biden lebih memilih untuk membangun keterlibatan dengan sekutu-sekutunya dalam kerangka diplomasi multilateral. Pada saat yang sama, dia juga mengakui bahwa dunia telah berubah sejak ia mundur sebagai wakil presiden AS di tahun 2016 lalu, saat mendampingi Barack Obama.
Blinken berusaha meyakinkan bahwa pergeseran kebijakan luar negeri AS itu tetap akan membawa manfaat bagi pekerja dan keluarga rakyat AS.
”Kami akan berjuang untuk setiap pekerjaan Amerika dan untuk hak, perlindungan, dan kepentingan semua pekerja Amerika,” kata Blinken. (AFP/Reuters)