AS dan Uni Eropa Jatuhkan Sanksi bagi Rusia Terkait Peracunan Navalny
Pemerintah AS dan UE menjatuhkan sanksi kepada para pejabat Rusia yang diduga terlibat dalam upaya pembunuhan tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Pemerintah Amerika Serikat, Selasa (2/3/2021) waktu Washington DC, mengumumkan sanksi terhadap sejumlah pejabat senior Pemerintah Rusia karena diduga terlibat dalam upaya pembunuhan tokoh oposisi Alexei Navalny. Beberapa entitas bisnis, khususnya produsen racun saraf, yang diduga digunakan dalam upaya pembunuhan tersebut, juga dikenai sanksi.
”Komunitas intelijen menilai dengan keyakinan tinggi, Dinas Keamanan Federal (FSB) Pemerintah Rusia menggunakan racun saraf dalam upaya membunuh pemimpin oposisi Alexei Navalny,” kata juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki.
Selain Direktur FSB Alexander Bortnikov, pejabat Rusia lainnya yang dikenai sanksi adalah Direktur Kebijakan Domestik Kremlin Andrei Yarin dan dua pejabat kementerian pertahanan, yaitu Alexei Krivoruchko dan Pavel Popov, Wakil Kepala Staf Pertama Sergei Kiriyenko, Direktur Layanan Penjara Federal Rusia Alexander Kalashnikov, serta Jaksa Agung Rusia Igor Krasnov.
Sanksi terhadap mereka yang dijatuhkan Departemen Keuangan AS membuat seluruh aset yang berada di wilayah yurisdiksi AS dibekukan. Selain itu, setiap orang, baik warga AS pun warga asing, yang memfasilitasi transaksi signifikan dengan individu yang terkena sanksi akan berisiko mendapatkan sanksi serupa.
Namun, meski dijatuhi sanksi, tidak jelas apakah ketujuh pejabat itu memiliki aset di AS atau tidak. Akibatnya, sulit menilai efektivitas sanksi atau hanya sekadar tindakan simbolis.
Psaki mengulangi seruan Washington agar Navalny dibebaskan dan membela keputusan Gedung Putih yang tidak menjatuhkan sanksi terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia mengatakan, keputusan untuk menjatuhkan sanksi pada lingkaran dekat Putin dan tidak terhadap Putin sendiri mencerminkan kebutuhan untuk dapat mempertahankan hubungan.
Navalny, seorang kritikus dan penantang Putin, menjadi sasaran upaya pembunuhan pada Agustus lalu ketika terbang dari Siberia ke Moskwa. Kondisinya yang tidak kunjung membaik setelah dirawat di sebuah rumah sakit di Siberia membuat keluarga dan koleganya membawanya ke Jerman.
Setelah sembuh, Navalny kembali ke Rusia, aparat keamanan langsung menjemputnya di bandara dan langsung menahannya karena dinilai melanggar pembebasan bersyarat.
Seorang pejabat senior Pemerintah AS mengatakan, upaya pembunuhan yang dilakukan terhadap Navalny mengikuti pola penggunaan senjata kimia oleh Rusia. Dia merujuk pada upaya pembunuhan mantan perwira intelejen Rusia, Sergek Skripal, Maret 2019 di Salisbury, Inggris. Kremlin membantahnya.
Dan Fried, mantan diplomat AS, memuji keputusan Gedung Putih untuk menjatuhkan sanksi terhadap beberapa pejabat Rusia serta entitas yang mendukungnya.
Entitas yang mendukung dugaan peracunan itu dan dijatuhi sanksi terdiri dari sembilan pihak komersial di Rusia, tiga di Jerman, satu di Swiss, serta sebuah lembaga penelitian milik Pemerintah Rusia.
”Mereka melakukan sebanyak yang mereka bisa dengan cepat,” kata Fried, sekarang dengan Dewan Atlantik. ”Saya memberi mereka nilai tinggi.”
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken menyatakan, kebijakan menjatuhkan sanksi kepada para pejabat Rusia menjadi sinyalemen bahwa penggunaan senjata kimia dan pelanggaran HAM akan memiliki konsekuensi yang luas.
”Kami mengulangi seruan kami kepada Pemerintah Rusia untuk segera dan tanpa syarat membebaskan Tuan Navalny,” katanya.
Pemerintahan Biden telah berjanji untuk bekerja lebih dekat dengan negara-negara sekutunya, berbanding terbalik dengan mantan presiden Donald Trump.
Tim Biden juga telah menjelaskan bahwa mereka tidak mencoba ”mengatur ulang” hubungan yang awalnya diupayakan oleh Presiden ke-44 AS Barack Obama.
Para pejabat mengatakan, AS dalam beberapa minggu mendatang juga akan mengeluarkan hasil laporan penilaian intelijen terkait Rusia. Fokus perhatian di antaranya menyangkut tuduhan Rusia memberikan hadiah kepada kelompok Taliban untuk membunuh pasukan AS di Afghanistan.
Ada juga indiikasi awal bahwa Moskwa berada di balik peretasan besar-besaran SolarWinds yang menghancurkan badan-badan dan bisnis AS.
Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, berbicara dalam kunjungannya ke Uzbekistan, memperingatkan tentang pembalasan; dengan mengatakan bahwa satu aturan diplomasi adalah prinsip timbal balik.
Sanksi Uni Eropa
Tindakan Pemerintah AS menjatuhkan sanksi terhadap beberapa pejabat dan entitas Rusia sejalan dengan keputusan Uni Eropa (UE). Organisasi yang bermarkas di Brussels, Belgia ini, pada hari yang sama menjatuhkan sanksi terhadap empat pejabat senior Rusia.
Sanksi Uni Eropa berlaku untuk Alexander Bastrykin, Ketua Komite Investigasi Rusia; Viktor Zolotov, Kepala Pengawal Nasional Rusia; dan Jaksa Agung Krasnov serta Direktur Layanan Penjara Federal Kalashnikov.
UE tidak memenuhi desakan para pendukung Navalny yang meminta mereka menjatuhkan sanski kepada para pengusaha kaya di sekitar Putin, yang sering melakukan perjalanan ke UE.
Sanksi UE gagal memenuhi seruan para pendukung Navalny untuk menghukum pengusaha kaya di sekitar Putin yang dikenal sebagai oligarki yang melakukan perjalanan secara teratur ke UE.
Tidak seperti sanksi Barat yang dikenakan kepada ekonomi Rusia pada 2014 sebagai tanggapan atas aneksasi Krimea, larangan perjalanan dan pembekuan aset memiliki dampak yang lebih kecil, kata para ahli, karena pejabat negara tidak memiliki dana di bank UE atau bepergian ke UE. (AFP/REUTERS)