Vaksin Sekali Suntik Johnson & Johnson Segera Beredar
Vaksin Johnson & Johnson diharapkan akan bisa digunakan di berbagai negara karena proses pengiriman dan penyimpanan yang relatif lebih mudah.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
WASHINGTON, SABTU --Penanganan pandemi Covid-19 dengan vaksinasi akan semakin cepat setelah Badan Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat mengesahkan penggunaan darurat vaksin satu dosis atau sekali suntik produksi perusahaan Johnson & Johnson.
Vaksin sekali suntik J&J untuk usia 18 tahun ke atas ini merupakan vaksin ketiga yang disahkan AS setelah vaksin dua dosis produksi Pfizer/BioNTech dan Moderna.
Badan Pangan dan Obat-obatan AS (FDA), Sabtu (27/2/2021), mengumumkan vaksin J&J itu kemungkinan akan dikirimkan ke semua lokasi vaksinasi pada Minggu atau Senin mendatang.
Meski kabar ini menggembirakan, Presiden AS, Joe Biden, tetap mengingatkan rakyat AS untuk tidak terlalu cepat girang karena pandemi masih mengancam dan bisa jadi menjadi parah lagi dengan kemunculan varian baru Covid-19.
Rakyat AS tetap diminta mengutamakan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga jarak fisik dan sosial. "Memang ada cahaya di ujung terowongan tetapi kita tetap harus siaga," ujarnya.
Vaksin Pfizer dan Moderna yang dibuat dengan teknologi baru menunjukkan tingkat efikasi yang lebih tinggi dengan dua dosis jika dibandingkan dengan satu dosis J&J. Meski demikian, sulit membuat perbandingan secara langsung antara ketiga vaksin itu karena tes yang sudah dilakukan memiliki tujuan yang berbeda.
Selain itu, tes vaksin J&J juga dilakukan saat varian baru Covid-19 yang lebih menular sudah beredar.
"Kami imbau masyarakat untuk vaksinasi dengan vaksin yang ada saja terlebih dahulu. Kami yakin semua vaksin akan efektif, bisa mencegah warga masuk rumah sakit dan mencegah kematian," kata Komisioner Sementara FDA, Janet Woodcock.
Hasil tes vaksin J&J pada 44.000 orang di berbagai dunia menunjukkan vaksin itu 66 persen efektif mencegah Covid-19 empat pekan setelah vaksinasi. Vaksin itu juga 100 persen efektif mencegah orang masuk rumah sakit dan tewas karena Covid-19. Dalam uji coba itu juga dilaporkan hanya ada sedikit efek samping serius. Terkait dengan efek samping ini, masih akan ada penelitian lanjutan.
Lebih mudah
Vaksin J&J diharapkan akan bisa digunakan di berbagai negara karena proses pengiriman dan penyimpanan yang relatif lebih mudah. Vaksin J&J bisa disimpan di lemari berpendingin biasa. Ini berarti lebih mudah ketimbang vaksin Pfizer/BioNTech SE dan Moderna yang harus dikirim dalam kondisi beku.
"Vaksin J&J ini akan lebih menarik karena cukup sekali suntik dan mudah didistribusikan. Cukup sekali, selesai," kata pakar penyakit menular di Pusat Kesehatan, Vanderbilt University, Nashville, AS, William Schaffner,
Pemerintah AS sudah memesan 100 juta dosis vaksin J&J dan akan didistribusikan ke 3-4 juta orang mulai pekan depan. J&J berencana menyediakan 20 juta dosis hingga Maret mendatang.
Seiring dengan vaksin J&J, AS juga akan menyiapkan 220 juta dosis Pfizer dan Moderna untuk memvaksin 130 juta warga AS. Sampai sejauh ini AS sudah mendistribusikan 90 juta dosis vaksin dan sekitar 14 persen penduduk AS sudah menerima setidaknya satu dosis.
Selain AS, vaksin J&J saat ini juga sedang dikaji oleh Uni Eropa dan kemungkinan akan mulai bisa dikirim mulai April mendatang. Vaksin J&J ini bisa memenuhi kebutuhan negara-negara Eropa yang tidak banyak mendapatkan stok vaksin Pfizer/BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca Plc.
Afrika Selatan juga tengah menanti efektivitas vaksin J&J dalam melawan varian Covid-19 baru bernama B.1.351 yang tidak mempan dilawan vaksin yang sudah ada.
Dalam uji coba J&J di Afsel, tingkat efikasi vaksin itu sampai 64 persen. Khusus untuk wilayah Afsel, J&J sedang mengembangkan vaksin generasi kedua yang diharapkan akan bisa melawan varian baru itu.
Vaksin J&J menggunakan virus flu biasa yang dikenal sebagai adenovirus tipe 26 untuk memasukkan protein virus Covid-19 ke dalam sel tubuh dan memicu respon imun. Saat ini J&J juga tengah menguji vaksin versi dua dosis.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga se-Asia Tenggara, Indonesia relatif lebih cepat dalam program vaksinasi Covid-19 ketimbang Filipina dan Thailand. Stok vaksin Sinovac Biotech CoronaVac kloter pertama untuk Filipina baru tiba, Minggu, dengan diangkut oleh pesawat militer China.
Sekitar 600.000 dosis vaksin ini merupakan donasi dari pemerintah China dan akan diberikan kepada tenaga medis dan polisi serta tentara terlebih dahulu.
Thailand juga baru mulai program vaksinasinya, Minggu, dengan prioritas jajaran menteri dalam kabinet dan tenaga medis. Dosis pertama vaksin Sinovac diberikan kepada Wakil Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, yang juga menjabat sebagai menteri kesehatan.
"Kami harap vaksin ini bisa melindungi rakyat dari Covid-19 dan kita bisa kembali ke kondisi normal secepatnya," ujarnya.
PM Prayuth Chan-ocha (66) tidak mendapatkan vaksin karena vaksin itu hanya boleh diberikan kepada warga berusia 18-59 tahun.
Thailand menerima kloter pertama vaksin Sinovac sejumlah 200.000 dosis dari China dan sudah mengimpor juga 117.000 dosis vaksin AstraZeneca.
Vaksin AstraZeneca akan mulai didistribusikan pada pekan kedua Maret mendatang setelah menjalani tes kendali kualitas terlebih dahulu.
Thailand kemungkinan akan mendapatkan 1,8 juta dosis CoronaVac pada Maret dan April mendatang. Pemerintah akan mengupayakan melalukan vaksinasi pada 10 juta orang pada Juni mendatang dengan 61 juta dosis vaksin AstraZeneca yang diproduksi perusahaan lokal Siam Bioscience.(REUTERS/AFP/LUK)