Donald Trump mengaku dapat mencalonkan diri lagi sebagai presiden Amerika Serikat pada Pemilu 2024. Untuk itu ia berusaha menegaskan kembali dominasinya di Partai Republik.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
ORLANDO, MINGGU — Donald Trump kembali menjadi sorotan pada Minggu (28/2/2021) dengan mengatakan kepada kelompok konservatif bahwa dirinya dapat mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat lagi pada Pemilu 2024. Untuk itu ia berusaha menegaskan kembali dominasinya atas Partai Republik yang kehilangan kekuasaan setelah dirinya kalah dari Presiden Joe Biden. Trump sendiri tetap tidak mengakui kemenangan Biden pada pemilu November tahun lalu.
Ia menyampaikan pidato kunci di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) yang digelar di Orlando. Di acara CPAC itu, Trump yang berusia 74 tahun tetap percaya diri dengan posisi dan pengaruhnya.
Dia berjalan ke atas panggung diirini tepuk tangan meriah yang panjang oleh para loyalisnya. Para pendukungnya bersorak-sorai, sebagian besar tanpa masker pelindung meskipun pandemi Covid-19 belum usai. Dalam pertemuan itu, Trump memberikan sinyal akan menantang kembali Biden tiga tahun lagi. ”Sebenarnya Anda tahu mereka baru saja kehilangan Gedung Putih,” kata Trump tentang kubu Demokrat.
Namun, Trump lagi-lagi berkata bohong kepada pendukungnya. Ia mengklaim dirinya ditolak untuk masa jabatan keduanya karena kecurangan pemilu. ”Namun siapa yang tahu; siapa yang tahu?” kata Trump meledak-ledak. ”Saya bahkan mungkin memutuskan mengalahkan mereka untuk ketiga kalinya, begitu?”
”Perjalanan luar biasa yang kita mulai bersama masih jauh dari selesai,” kata Trump tentang gerakan populisnya. ”Dan pada akhirnya, kita akan menang.”
Sebagai catatan, sejak dirinya meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari, Trump memilih tidak tampil ke publik dan tinggal di resor Mar-a-Lago miliknya di Florida. Selain itu, Trump pun tak banyak terlihat di media sosial karena Trump telah diblok dari aktivitas di dunia maya antara lain oleh Twitter sejak kerusuhan yang terjadi di Gedung Capitol, beberapa saat sebelum dirinya lengser dari kursi kepresidenan.
Trump menepis rumor bahwa dia mungkin akan mengambil basis dukungannya untuk membentuk partai politik baru. ”Saya tidak memulai pesta baru,” kata Trump. ”Kita memiliki Partai Republik. Partai itu akan bersatu dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.”
Trump tetap tak bergeming atas kekalahannya pada pemilu lalu. Ia kembali mengecam Biden, dengan mengatakan bahwa Demokrat baru saja mengalami ”bulan pertama yang paling membawa bencana” dalam sejarah kepresidenan AS di masa modern. Dia melukiskan Amerika sebagai wilayah yang terpetak-petak.
”Keamanan kita, kemakmuran kita dan identitas kita sebagai orang Amerika dipertaruhkan,” katanya. Dalam pidato panjang itu dirinya menyerang imigran, mengecam cancel culture, dan mengkritik kebijakan Biden tentang perubahan iklim, energi, dan integritas pemilu.
Trump tetap tak bergeming atas kekalahannya pada pemilu lalu. Ia kembali mengecam Biden, dengan mengatakan bahwa Demokrat baru saja mengalami ”bulan pertama yang paling membawa bencana” dalam sejarah kepresidenan AS di masa modern.
Partai politik AS biasanya mengonsolidasi diri dan berbenah setelah serangkaian kemunduran seperti yang dialami Partai Republik dalam empat tahun kepemimpinan Trump. Dalam pemilu November tahun lalu, Republik kehilangan posisi di Gedung Putih, Senat, dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Trump sendiri juga harus menghadapi pemakzulan karena menghasut kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari.
Namun alih-alih mengganti pemimpinnya yang bermasalah dan memetakan jalan baru untuk merebut kembali relevansi bagi masyarakat AS, sebagian besar politisi Partai Republik masih melihat Trump sebagai sosok terkuat di partai itu.
Setidaknya di CPAC, antusiasme terhadap Trump terlihat tetap tinggi. Mereka yang hadir dalam acara itu berpose di samping patung mantan presiden yang berwarna emas mengilap, dan sorak-sorai muncul setiap kali panelis memuji Trump.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan di konferensi dan dirilis tepat sebelum pidato Trump, hampir tujuh dari 10 responden mengatakan ingin Trump mencalonkan diri lagi. Dukungan atas posisi Trump di Republik juga tetap kuat. Sebanyak 95 persen responden ingin melanjutkan kebijakan dan agenda Trump.
Ketika ditanya siapa yang mereka sukai sebagai calon presiden dari Partai Republik pada tahun 2024, 55 persen responden memilih Trump. Adapun Gubernur Florida, Ron DeSantis, yang secara de facto sebagai tuan rumah CPAC berada di urutan kedua dengan 21 persen.
Ahli strategi Republik, Karl Rove, mengatakan, posisi Trump masih kuat di Republik. Posisi berhadap-hadapan dengan lawan politik dinilainya mendukung posisi mantan presiden tersebut. ”Saya anggap itu sebagai catatan peringatan,” kata Rove di Fox News, tentang hasil jajak pendapat di CPAC itu. ”Dia perlu menyegarkan kembali strateginya.”
Sebaliknya di sisi lain, sejumlah suara dari Republik berpendapat perlunya Republik meninggalkan Trump. Senator Bill Cassidy, yang memilih menghukum Trump dalam persidangan pemakzulan, menilai penting memilih sosok lain di luar Trump.
”Kami harus menang dalam dua tahun, kami harus menang dalam empat tahun,” kata Cassidy di CNN. ”Kami akan melakukannya dengan mengusung masalah-masalah yang penting bagi rakyat Amerika—dan ada banyak masalah yang penting bagi mereka saat ini—bukan dengan menempatkan satu orang di atas sebagai tumpuan.” (AP/AFP)