“Harga Murah”, Kalimat Populer di Pasar Khan Al-Khalili
Telah melewati usia lebih dari 700 tahun, kekhasan Pasar Khan al-Khalili tak pernah lekang oleh waktu. Justru waktu pulalah yang membuatnya kian menarik dan eksotik.
Sabtu, 20 Februari 2021, langit kota Kairo sering diselimuti awan mendung. Angin pun terasa bergerak agak kencang, membuat dingin nyaris sepanjang hari memeluk ibu kota Mesir itu.
Namun, hiruk-pikuk lalu lintas yang tetap mewarnai jalanan kota Kairo yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa itu membuatnya hangat. Keramaian lalu lintas semakin terasa saat tiba di jalan Al-Azhar, di mana terdapat banyak tempat bersejarah dan menjadi ikon Kairo, seperti masjid dan universitas Al-Azhar serta pusat pasar suvenir khas Mesir yang terkenal dengan nama Khan al-Khalili.
Jalan Al-Azhar tempat Pasar Khan al-Khalili berada dikenal area paling sibuk dan membuatnya menjadi area pusat perdagangan di Kairo, kota yang hampir tidak pernah tidur.
Setiap hari, para pedagang dari sejumlah daerah di Mesir datang ke Jalan Al-Azhar untuk berbelanja aneka barang dari toko-toko grosir yang banyak terdapat di sepanjang jalan itu, tak terkecuali Pasar Khan al-Khalili.
Baca juga: Terkesima pada Kemegahan Piramida
Pasar itu menjadi tujuan utama berbelanja suvenir khas Mesir bagi turis asing dan lokal.
Menurut catatan sejarah, Khan al-Khalili dibangun pada 1382 oleh Garkas el-Khalil pada era Dinasti Mamluk. Pasar Khan al-Khalili dibangun untuk menjadi pusat bisnis dan perdagangan pada era itu. Arsitektur bangunan Khan al-Khalili sangat khas arsitektur abad pertengahan Islam.
Pada era Sultan Al-Ghuri dari Dinasti Mamluk (1501-1516) dilakukan renovasi besar dan perluasan atas Pasar Khan al-Khalili. Pada era Dinasti Ottoman berkuasa di Mesir pada 1517-1867 kembali dilakukan renovasi dan perluasan atas Pasar Khan al-Khalili. Pada era Dinasti Ottoman, Pasar Khan al-Khalili semakin berkembang dan menjadi pusat bisnis bagi semua pedagang dari mancanegara.
Riuh
Begitu memasuki halaman Pasar Khan al-Khalili, para pedagang cendera mata kelas asongan langsung menyerbu, menawarkan dagangannya dengan berbagai trik. Mereka seperti adu cepat dan adu lihai menawarkan dagangannya dengan langsung mendekati atau mengepung setiap pengunjung baru yang akan memasuki Pasar Khan al-Khalili.
Semakin masuk ke dalam pasar dengan lorong-lorong selebar 3 hingga 4 meter mulai riuh terdengar tawaran dari kios-kios di kiri-kanan lorong itu.
Baca juga: Terkesima Melihat Kemegahan Masjid Ibn Tulun yang Tetap Kokoh 1.000 Tahun
Di kios-kios itulah beraneka rupa cendera mata khas Mesir dipajang dan ditawarkan sebagai buah tangan. Lorong-lorong di pasar itu menyambung satu sama lain dan berkelok-kelok sehingga Pasar Khan al-Khalili tampak terintegrasi.
”Apa kabar”, sapa seorang pemilik kios di lorong Pasar Khan al-Khalili dengan menggunakan bahasa Indonesia.
”Harga murah,” ujar seorang pemilik kios yang lain. Kalimat ”harga murah” pun sering terdengar di sepanjang lorong-lorong itu.
Oleh karena itu, jangan heran jika suatu waktu berkunjung ke Kairo dan bertandang ke Pasar Khan al-Khalili, lalu sering mendengar suara ”harga murah... harga murah... harga murah” dari banyak pedagang di pasar itu.
Menggunakan bahasa Indonesia secara sederhana sudah lumrah bagi para pedagang di Pasar Khan al-Khalili jika mereka berhadapan dengan pengunjung atau turis yang berwajah Melayu.
Maklum, mereka yang sudah punya pengalaman bertahun-tahun berinteraksi dengan para turis dari mancanegara sudah sangat lihai mengidentifikasi kebangsaan para turis atau pengunjung itu sekaligus mengenal banyak kalimat dari bahasa mereka masing-masing.
Baca juga: Bendungan Tinggi Aswan: Impian Nasser, Mimpi Buruk Nubia
Jangan kaget jika banyak pedagang suvenir di Pasar Khan al-Khalili mengetahui dan menawarkan dagangannya dengan berbagai bahasa, seperti bahasa Mandarin, Rusia, Spanyol, Italia, Jepang, Inggris, Perancis, dan Indonesia.
Menyelusuri lorong-lorong sempit di Pasar Khan al-Khalili akan segera terdengar sejumlah bahasa itu dari para pedagang yang berusaha membujuk para turis agar bersedia mampir di toko-toko mereka.
Seperti umumnya pasar untuk wisatawan, awalnya para pedagang di Khan al-Khalili akan menawarkan dagangan mereka dengan harga cukup tinggi. Namun, jangan segera sepakati, tawarlah dengan harga serendah mungkin. Biasanya kesepakatan harga terjadi setelah penjual menurunkan harga 20 persen hingga 30 persen dari tawaran awal.
”Terima kasih, Anda sudah mampir ke toko saya dan membeli suvenir di sini. Sekarang pasar sedang sepi karena pandemi selama satu tahun ini,” ujar Issam (55), seorang pedagang suvenir kepada Kompas yang membeli lima jenis suvenir dengan masing-masing seharga 15 pound Mesir (sekitar Rp 14.000) atau 75 pound Mesir (Rp 70.000) untuk lima suvenir.
Selain suvenir khas Mesir, di Khan al-Khalili juga banyak toko yang menjual parfum, emas, berlian, dan karpet. Tentu terdapat juga banyak kafe dan restoran yang berada di gedung utama bagian depan pasar Khan al-Khalili.
Baca juga: Bertandang ke Benteng Al-Ayyubi
Kafe paling terkenal di Khan al-Khalili adalah kafe El-Fishawi yang didirikan tahun 1797. Kafe El-Fishawi semakin populer karena menjadi tempat nongkong peraih Nobel Sastra asal Mesir Naguib Mahfouz. Kafe El-Fishawi dikenal paling banyak pengunjung.
Sepi
Namun, pada masa pandemi ini terlihat kafe dan restoran di Pasar Khan al-Khalili sepi pengunjung. Menjelang masuk pasar atau setelah selesai belanja di Khan al-Khalili, biasanya para pelayan kafe dan restoran membujuk turis atau pengunjung pasar mampir di kafe dan restoran itu.
Issam menyatakan, toko yang dikelolanya adalah warisan dari orangtuanya. ”Orangtua saya membuka toko di sini mulai tahun 1947, dan saya meneruskan usaha orangtua saya itu,” lanjut Issam.
Menurut dia, pasar sedang sepi karena turis tidak ada yang datang pada masa pandemi ini. ”Dulu sebelum pandemi, turis berjubel lewat lorong di depan toko saya ini. Sekarang Anda lihat sendiri, sangat sedikit turis yang lewat di jalanan ini,” tambahnya.
Ia mengatakan, pandemi Covid-19 merupakan era paling sulit untuk bisnis di Khan al-Khalili. Menurut dia, situasi itu belum pernah terjadi sepanjang sejarah pasar ini.
”Namun, alhamdulillah, rezeki masih ada saja meskipun tidak sebanyak sebelum pandemi,” katanya.
Baca juga: Menatap Gagahnya Patung Sphinx
Pemandangan Pasar Khan al-Khalili yang sederhana dan klasik justru menjadi kekuatan dan daya tarik para turis untuk datang dan membeli suvenir atau sekadar nongkrong dan menikmati nilai historis pasar tersebut.
Tak heran jika Khan al-Khalili bukan hanya populer sebagai pusat belanja suvenir dengan harga murah, melainkan juga obyek wisata yang menarik.
Biro perjalanan di Mesir selalu menempatkan Khan al-Khalili sebagai salah satu tujuan utama wisata yang patut dikunjungi para tamu, selain tentu saja kompleks Piramida, museum nasional, benteng Salahuddin al-Ayyubi, dan Masjid Ibn Tulun.
Pada kartu pos promosi wisata Pemerintah Mesir selalu terdapat foto-foto Pasar Khan al-Khalili dengan gambar lorong-lorong yang di kiri-kanannya tampak pemandangan toko-toko berjejer dengan aneka cendera mata khas Mesir.
Saat ini, Pasar Khan Al-Khalili bukan hanya terkenal sebagai pusat pasar suvenir khas Mesir, melainkan juga obyek wisata yang sangat menarik dan eksotis.