Singapura Bahas Pengakuan Sertifikasi Vaksin Covid-19
Gagasan sertifikasi vaksin untuk memulihkan kembali ekonomi digulirkan oleh Singapura dan Thailand. Kedua negara berharap sektor pariwisata bisa kembali bergerak dengan ide ini.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SINGAPURA, KAMIS — Singapura sedang membahas saling pengakuan sertifikasi vaksin Covid-19 dengan negara lain sebagai langkah yang penting untuk membuka kembali arus perjalanan global.
Hal itu disampaikan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Rabu (24/2/2021). ”Meski setiap negara telah mengamankan kebutuhan vaksinnya masing-masing, kita harus bekerja sama agar semua negara, termasuk negara berkembang, memiliki akses kepada vaksin bagi warganya,” kata Lee dalam rekaman video yang diunggah di Facebook.
Sebagai simpul perjalanan dan pariwisata di kawasan, Singapura telah menggelar program vaksinasi Covid-19 dalam dua bulan terakhir. Negara kota ini memberikan izin penggunaan darurat bagi vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNtech dan Moderna.
”Kami juga membahas saling pengakuan sertifikasi vaksin dengan negara-negara yang tertarik,” tambah Lee tanpa menyebut negara mana yang dimaksud.
Ekonomi Singapura yang mencatat resesi terburuknya tahun 2020 akibat pandemi belum sepenuhnya pulih. Kembali berjalannya aktivitas bisnis dan pariwisata akan menjadi pendorong signifikan bagi ekonomi Singapura.
Yunani, Spanyol, dan Inggris merupakan negara yang selama ini memiliki gagasan sertifikat vaksin atau paspor vaksin untuk menggerakkan kembali perekonomian dan perjalanan wisata.
Persiapan Thailand
Negara Asia Tenggara lainnya, Thailand, juga dilaporkan sedang menyiapkan rencana untuk melonggarkan pembatasan bagi pelancong yang sudah divaksin Covid-19 untuk memulihkan kembali sektor pariwisatanya yang terdampak hebat oleh pandemi.
Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand Yuthasak Supasorn menyampaikan, prosedur bagi pelancong yang sudah divaksin akan diumumkan secara bertahap. Ini bisa saja termasuk memperpendek masa karantina dari dua minggu menjadi tiga hari atau menghapus keharusan karantina.
”Kami harus cepat karena kami ingin menyambut turis lagi pada kuartal pertama tahun ini,” ujar Supasorn. Otoritas pariwisata Thailand berencana mulai menjual kembali paket wisata setelah April.
Selain itu, Kementerian Pariwisata Thailand juga telah meminta 100.000 dosis vaksin Covid-19 bagi pekerja wisata di Chon Buri, Krabi, Phang Nga, Chiang Mai, dan Phuket.
Menteri Pariwisata Thailand Phiphat Ratchakitprakarn menyampaikan, lima provinsi tersebut mulai bulan depan akan menjadi lokasi program ”karantina area hotel” dengan 5.000-6.000 kamar di mana pengunjung bisa menjalani karantina dengan berkeliling di dalam kawasan hotel, tidak lagi terkurung di dalam kamar.
Program vaksinasi Covid-19 yang sudah berjalan di sejumlah negara memberikan harapan bagi industri pariwisata yang menopang 11 persen perekonomian Thailand. Pada 2019, Thailand menerima sekitar 40 juta wisatawan asing yang menghabiskan 1,9 triliun baht atau sekitar 63,6 juta miliar dollar AS.
Sementara pada 2020, ketika menutup perbatasannya dari warga asing, Thailand hanya ada 6,7 juta wisatawan asing dengan penerimaan dari pariwisata hanya 332 miliar baht.
Sejak Oktober 2020, Thailand telah mengizinkan masuk turis dengan izin tinggal yang panjang dalam jumlah yang terbatas termasuk sekelompok wisatawan Korea Selatan yang mengikuti program ”karantina golf”.
Tahun ini, kami berharap bisa mendapat sekitar lima juta wisatawan asing, tetapi tahun depan harapannya bisa bertambah karena vaksin akan membantu, mungkin sampai 15 juta wisatawan,” kata Phiphat kepada televisi pemerintah. Jumlah wisatawan asing bisa mencapai 30 juta pada 2023 dan setahun kemudian bisa mencapai level seperti kondisi sebelum pandemi. (REUTERS)