Persaingan Antargeng di Tiga Penjara Ekuador, Puluhan Orang Tewas
Puluhan narapidana tewas dalam kerusuhan yang terjadi akibat persaingan antargeng di penjara di Ekuador.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
AP/ANGEL DEJESUS
Kerabat narapidana menangis di luar penjara Guayaquil, Ekuador, Selasa, (23/2/2021). Otoritas pengelola penjara pemerintah menyatakan 33 orang tewas di penjara Cuenca di Ekuador selatan, 21 orang di Guayaquill, dan 8 orang di pusat kota Latacunga.
QUITO, SELASA — Sedikitnya 75 tahanan tewas dan sejumlah orang terluka dalam kerusuhan, Selasa (23/2/2021), yang terjadi akibat persaingan antargeng di tiga penjara yang terlalu padat di Ekuador. Saat aparat keamanan berusaha memulihkan situasi, anggota keluarga para tahanan cemas menunggu kabar di luar penjara di kota pelabuhan Guayaquil. Di penjara itu saja 21 orang dikabarkan tewas.
Direktur Badan Manajemen Penjara Pemerintah Ekuador Edmundo Moncayo menjelaskan, sebanyak 33 tahanan di penjara Cuenca tewas dan 8 tahanan tewas di Latacunga. ”Kami mau lihat daftar korban yang tewas. Kami tahu masalahnya belum selesai karena telepon seluler suami-suami kami belum bisa dihubungi,” kata Daniela Soria (29), salah satu dari 40 perempuan yang menunggu di luar penjara Guayaquil, sambil menangis.
Sebelumnya, Soria menerima pesan suara di Whatsapp dari suaminya, Ricardo, yang membuatnya panik. ”Mereka mau membunuh saya! Keluarkan saya dari sini!” teriak Ricardo.
AFP/MARCOS PIN MENDEZ
Petugas keamanan memantau dari menara pengawas di penjara Guayaquil, Ekuador, Selasa (23/2/2021). Kerusuhan penjara yang mematikan sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Ekuador. Kapasitas penjara yang dirancang untuk sekitar 27.000 narapidana, tetapi digunakan untuk menampung lebih dari 38.000 narapidana.
Presiden Ekuador Lenin Moreno di Twitter menulis, kerusuhan itu didalangi organisasi kejahatan yang kerap terlibat dalam gejolak kekerasan di sejumlah penjara. ”Aparat keamanan sedang mengambil alih kendali keamanan di penjara-penjara itu. Tentara juga sudah dikerahkan ke penjara,” ujarnya.
Kantor pembela umum, entitas mirip ombudsman yang dibentuk untuk membela hak asasi manusia, menganggap kekerasan di penjara itu sebagai ”pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya”. Lembaga itu menyatakan keprihatinan atas kurangnya keamanan di Ekuador yang tecermin dalam meningkatnya kejahatan dan kekerasan di penjara. Selain itu juga dikritik minimnya jaminan keamanan di Ekuador yang ditunjukkan dengan meningkatnya kejahatan dan kekerasan di dalam penjara.
API VIA AP/BORIS ROMOLEROUX
Anggota keluarga para narapidana yang putus asa berkumpul di luar penjara Cuenca, Ekuador, Selasa (23/2/2021). Kerusuhan mematikan terjadi di penjara di tiga kota di Ekuador. Sedikitnya 62 narapidana dilaporkan tewas.
Komandan Kepolisian Ekuador Patricio Carrillo menggambarkan situasinya kritis. Untuk menangani situasi itu, Menteri Dalam Negeri Ekuador Patricio Pazmino membentuk pos komando pusat. Otoritas penjara menggambarkan perkelahian sengit yang terjadi antargeng terorganisasi yang dikenal dengan nama Los Pipos, Los Lobos, dan Tigrones. Bisnis mereka selama ini perdagangan narkoba dan mengoperasikan perdagangan mereka dari dalam penjara.
Moncayo menjelaskan, sipir penjara telah menyita dua senjata api yang dipakai untuk membunuh pemimpin salah satu geng di penjara Guayaquil. ”Di dalam penjara sudah seperti pasar. Semua ada, seperti narkoba, senjata api, bahkan anjing peliharaan. Semuanya dijual,” kata Soria.
AFP/MARCOS PIN MENDEZ
Anggota Angkatan Laut Ekuador turut membantu berjaga di luar Penjara Guayaquil, Ekuador, Selasa (23/2/2021). Ratusan polisi dan unit taktis telah dikerahkan sejak bentrokan yang mulai meletus pada Senin malam di tiga penjara di Ekuador.
Untuk mengurangi jumlah tahanan karena alasan pandemi Covid-19, pemerintah memindahkan tahanan yang menjalani hukuman yang tidak terlalu berat hingga penghuni penjara berkurang 30 persen. Namun, dengan itu pun penghuni penjara masih dirasa terlalu padat karena kapasitas 60 penjara seharusnya dihuni 29.000 orang, tetapi kini penghuninya mencapai 38.000 orang. Untuk menjaga tahanan sebanyak itu, hanya ada 1.500 sipir.
Kerusuhan akibat pertikaian antargeng ini bukan sekali ini terjadi. Tahun lalu, 51 tahanan juga tewas karena penyebab yang sama. Pemerintah Ekuador pada tahun lalu pernah menyatakan status negara dalam kondisi darurat selama 90 hari untuk mengendalikan aktivitas geng dan mengurangi kekerasan. Namun, rupanya itu tak berhasil karena pada Desember lalu 11 tahanan juga tewas dan 7 tahanan terluka. (AFP)