Korban Meninggal akibat Covid-19 di AS Melebihi Korban dalam Tiga Perang
Jumlah kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat sebesar 19 persen dari total kematian global setelah jumlahnya menembus 500.000 jiwa. Tahun 2020 dan mungkin juga 2021 akan dikenang sebagai ”tahun mengerikan” bagi AS.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
NEW YORK, SELASA — Jumlah korban meninggal akibat Covid-19 di Amerika Serikat pada Senin (22/2/2021) waktu setempat menembus 500.000 jiwa. Jumlah itu lebih banyak dari gabungan tiga perang yang pernah dialami AS, yakni Perang Dunia II, Perang Vietnam, dan Perang Korea. Gabungan ketiga perang ini diperkirakan merenggut 499.000 jiwa warga AS.
Jumlah populasi AS saat ini sekitar 4 persen dari total populasi global. Namun, jumlah kematian akibat Covid-19 di negara itu 19 persen dari total kematian global akibat penyakit tersebut.
Merujuk pada hasil penghitungan Reuters dari sejumlah sumber resmi, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 pada Senin petang waktu AS tercatat lebih dari 28 juta kasus dengan 500.264 kematian. Jumlah kasus itu terjadi dalam tempo setahun sejak negara itu mencatat kasus terkonfirmasi pertamanya di Santa Clara County, California.
Apa yang terjadi di AS ini dinilai mencengangkan karena berlangsung di sebuah negara maju yang memiliki sistem kesehatan lebih baik daripada negara-negara kelas menengah ke bawah.
Sebagai bentuk penghormatan bagi para korban meninggal itu, Presiden AS Joe Biden memerintahkan pengibaran bendera AS setengah tiang di gedung-gedung publik selama lima hari sejak Senin. Lonceng berdentang di Katedral Nasional di Washington sebanyak 500 kali untuk melambangkan 500.000 kematian.
Gedung Putih menggelar sebuah upacara peringatan khusus yang dihadiri Biden dan juga Wakil Presiden Kamala Harris. Mereka mengheningkan cipta saat lagu ”Amazing Grace” dikumandangkan.
”Pada kesempatan yang khusyuk ini, kita merenungkan kepergian mereka dan orang-orang yang mereka cintai yang ditinggalkan,” kata Biden.
Biden mengatakan, bentuk penghormatan bagi mereka yang meninggal akibat Covid-19 dilakukan sebagai pengingat sekaligus pendorong persatuan. Sikap itu diperlukan untuk menyatukan tekad bangsa itu mengalahkan pandemi saat-saat ini.
”Saat kita mengakui skala kematian massal di Amerika, ingatlah setiap orang dan kehidupan yang mereka jalani,” kata Biden dalam pidatonya. ”Anak laki-laki yang menelepon ibunya setiap malam untuk memastikan sang ibu baik-baik saja. Ayah, anak perempuan yang menerangi dunianya. Sahabat terbaik yang selalu ada di sana. Perawat yang membuat pasiennya ingin hidup.”
Perpecahan politik
Pakar senior penyakit menular AS yang juga kepala penasihat kesehatan Biden, Dr Anthony Fauci, mengatakan bahwa perpecahan politik di negara itu turut berkontribusi secara signifikan terhadap besarnya jumlah kematian di AS akibat Covid-19. Pandemi hadir saat AS dibelah oleh perpecahan politik. Akibatnya, pernyataan-pernyataan di publik oleh para pejabat adalah pernyataan politik yang cenderung abai atas ukuran-ukuran kesehatan masyarakat umum.
Pada tahun 2020, Fauci adalah anggota Satuan Tugas Covid-19 Gedung Putih Presiden Donald Trump. Tugas itu justru sering membuatnya berselisih dengan presiden. Trump dinilai justru kerap mengecilkan tingkat keparahan pandemi. Meski pernah tertular Covid-19, Trump menolak untuk mengeluarkan mandat mewajibkan pemakaian masker bagi masyarakat. Trump bahkan kadang-kadang menyerang kredibilitas Fauci, merusak pesan kesehatan publiknya.
”Bahkan, dalam situasi terbaik pun, (Covid-19) ini akan menjadi masalah yang sangat serius,” kata Fauci seraya mencatat bahwa meskipun sangat mematuhi langkah-langkah kesehatan masyarakat, negara-negara seperti Jerman dan Inggris pun kewalahan dalam menghadapi pandemi.
”Namun, itu tidak menjelaskan bagaimana negara yang kaya dan canggih dapat memiliki persentase kematian terbanyak dan menjadi negara yang paling terpukul di dunia. Seharusnya hal seperti ini tidak boleh terjadi,” kata Fauci tentang kondisi negaranya.
AS di mata Fauci harus menelan pil pahit dengan kenyataan itu. Ia menyatakan, apa yang menimpa AS itu adalah hal paling buruk di bidang kesehatan dalam 100 tahun terakhir. Kenyataan itu tidak akan mudah dilupakan. Dalam beberapa dekade dari sekarang, kata Fauci, orang-orang akan berbicara tentang ”tahun 2020 dan mungkin 2021 sebagai tahun-tahun yang mengerikan”.
Respons negara kurang
Kinerja buruk AS dalam menghadapi pandemi mencerminkan kurangnya respons negara itu secara nasional. Pemerintah Trump sebagian besar menyerahkan tanggung jawab penanganan ke negara-negara bagian.
Padahal, dilihat dari tingkat krisisnya, pandemi Covid-19 adalah sebuah krisis kesehatan masyarakat terbesar dalam satu abad. Trump bahkan beberapa kali berkonflik dengan jajaran pemerintahannya sendiri, termasuk dengan Fauci.
Sepanjang tahun 2020, Covid-19 telah mengurangi tingkat harapan hidup rata-rata di AS satu tahun penuh. Ini merupakan sebuah penurunan terbesar tingkat harapan hidup di negara itu sejak Perang Dunia II.
Penyakit itu telah merenggut 100.000 nyawa warga AS pada Mei tahun lalu. Jumlah kematian tersebut kemudian berlipat ganda pada September setelah kasus terkonfirmasi melonjak lagi setelah menurun pada musim panas. Pada Desember, jumlah korban tewas di AS sebanyak 300.000 orang.
Di tengah gencarnya program vaksinasi Covid-19, jumlah kematian akibat penyakit itu pada Desember-Februari menyumbang 46 persen dari total kematian akibat Covid-19 di seluruh AS. Para pakar kesehatan memperingatkan bahwa varian virus korona tipe baru yang awalnya ditemukan di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil dapat memicu gelombang baru sekaligus mengancam membalikkan tren positif baru-baru ini.
Dalam sambutannya di Gedung Putih, Biden meminta warga Amerika Serikat untuk tetap waspada dalam memerangi pandemi dengan terus mengenakan masker, menjaga jarak sosial, dan menerima vaksinasi saat tiba giliran mereka. (AP/AFP/REUTERS)