Israel Barter Pembebasan Warganya dengan Beli Vaksin untuk Suriah
Israel melakukan transaksi rahasia dengan Suriah. Salah satunya Israel mengirim vaksin ke Suriah, tetapi menolak mengirim vaksin ke Palestina.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·4 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Publik Israel dibuat terkejut dengan bergulirnya berita tentang transaksi rahasia vaksin Covid-19 antara Israel dan Suriah dengan mediator Rusia.
Televisi Israel, Channel 13, dan harian Israel, Haaretz, Minggu (21/2/2021), mengungkapkan bahwa transaksi rahasia itu dalam bentuk Israel mengucurkan dana 102 juta dollar AS untuk membeli vaksin Covid-19 produk Rusia, Sputnik.
Vaksin tersebut akan diserahkan kepada Suriah dengan imbalan Suriah membebaskan seorang perempuan remaja Israel berusia 23 tahun yang masuk wilayah Suriah melalui Dataran Tinggi Golan pada Rabu (17/2/2021).
Selain itu, sebagai bagian dari transaksi rahasia tersebut, Israel juga harus membebaskan dua warga Suriah yang mereka tahan selama ini.
Menurut Channel 13 dan Haaretz, transaksi itu dicapai pada Jumat (19/2/2021) dengan mediator Rusia. Transaksi itu semakin meneguhkan terbangunnya hubungan Israel-Suriah melalui perantara Rusia.
Sebelumnya, harian berbahasa Arab, Asharq al-Awsat, edisi 18 Januari 2021, menurunkan berita eksklusif tentang pertemuan rahasia Israel-Suriah dengan mediator Rusia pada akhir Desember lalu di Pangkalan Udara Khmeimim di dekat kota pantai Latakia di Provinsi Latakia, Suriah.
Harian itu bahkan mengungkapkan pula bahwa sebelum pertemuan di Pangkalan Udara Khmeimim, pejabat keamanan Israel dan Suriah sudah menggelar pertemuan pendahuluan di Siprus dengan mediator Rusia.
Menurut situs Israel, Walla, dan saluran Israel, Kan 11, sidang kabinet Israel sepakat membayar harga 102 juta dollar AS untuk membeli vaksin Sputnik buatan Rusia yang akan digunakan untuk vaksinasi warga Suriah.
Selama ini, Suriah mengalami kesulitan mendapatkan vaksin Covid-19 dari Amerika Serikat, Eropa, ataupun China karena aksi boikot AS terhadap Suriah saat ini dan akibat ketidakmampuan Pemerintah Suriah untuk membeli vaksin. Dalam sepuluh tahun terakhir, negara tersebut dilanda perang saudara.
Suriah saat ini sangat butuh vaksin Covid-19 untuk segera memvaksinasi penduduknya. Menurut Worldometers per 22 Februari ini, warga Suriah yang positif Covid-19 mencapai 15.179 orang, sebanyak 998 orang meninggal dan 9.221 orang dinyatakan sembuh.
Suriah sudah masuk dalam daftar COVAX, proyek internasional untuk pengadaan vaksin Covid-19. Namun, sampai saat ini proyek pengadaan vaksin oleh COVAX belum dilaksanakan terhadap semua negara anggota yang terdaftar dalam proyek tersebut.
Sejauh ini Suriah ataupun Israel membantah adanya transaksi rahasia yang menjadi berita viral di Israel tersebut.
Polemik di Palestina
Bergulirnya berita bahwa Israel membantu pengadaan vaksin Covid-19 untuk Suriah melalui transaksi itu menimbulkan polemik di Israel dan Palestina. Hal ini disebabkan Israel sampai saat ini menolak memasok vaksin ke Jalur Gaza.
Padahal, Jalur Gaza masih berada di bawah pendudukan Israel, yang secara hukum internasional Israel berkewajiban memasok kebutuhan logistik penduduk Jalur Gaza, termasuk vaksin Covid-19, ketika penduduk Jalur Gaza sangat membutuhkan vaksin itu di tengah pandemi saat ini. Penduduk Jalur Gaza diperkirakan berjumlah 2 juta jiwa.
Menurut Worldometers, warga Palestina yang positif Covid-19 mencapai 174.969 orang, sebanyak 1.986 orang di antaranya meninggal dan 162.025 orang dinyatakan sembuh.
Anggota Knesset (Parlemen Israel) dari warga Arab, Ahmed Tibi, mengkritik keras kebijakan Israel yang memasok vaksin ke Suriah, tetapi menolak memasok vaksin ke Jalur Gaza.
Adapun pemerintah otonomi Palestina menyerukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) segera turun tangan untuk menjamin pasokan vaksin ke Jalur Gaza. Juru bicara Pemerintah Palestina, Ibrahim Mulhem, mengatakan, aksi Israel mencegah pasokan vaksin ke Jalur Gaza merupakan pelanggaran atas hukum internasional.
Ia meminta WHO dan organisasi internasional mengecam keras Israel yang harus bertanggung jawab atas terjadinya bencana kemanusiaan akibat sikap Israel mencegah pasokan vaksin ke Jalur Gaza.
Tibi lalu menyerukan kepada warga Jalur Gaza untuk menculik warga Israel, kemudian dibarter dengan vaksin, seperti yang diperoleh Suriah saat menahan warga Israel.
Kelompok perlawanan Hamas dan Jihad Islami, Selasa pekan lalu, mengancam akan melancarkan eskalasi serangan militer ke sasaran Israel jika pemerintahan PM Benjamin Netanyahu tetap menolak memasok vaksin Covid-19 ke Jalur Gaza.
Selama ini Israel dan Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza sejak tahun 2007 terlibat dalam perang beberapa kali.