Australia dan Facebook Bersepakat, Konten Berita Dapat Diakses Lagi
Konten berita akan kembali dapat diakses di media sosial Facebook di Australia dalam beberapa hari mendatang setelah manajemen Facebook mencapai kesepakatan dengan pemerintah setempat.
Oleh
Benny Dwi Koeswanto
·4 menit baca
CANBERRA, SELASA — Facebook akan memulihkan konten berita-berita di platformnya di Australia setelah pihak manajemen mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Australia tentang isi rancangan undang-undang yang bakal mewajibkan semua perusahaan teknologi membayar perusahaan media.
Menteri Keuangan Australia Josh Frydenberg, Selasa (23/2/2021), mengungkapkan, kedua belah pihak mencapai kompromi pada sejumlah aspek utama hukum yang ditentang oleh Facebook sebelumnya.
”Sebagai hasil dari perubahan ini, kami sekarang dapat bekerja untuk melanjutkan investasi kami dalam jurnalisme yang mengusung kepentingan publik, dan memulihkan berita di Facebook untuk warga Australia dalam beberapa hari mendatang,” kata Will Easton, Direktur Pelaksana Facebook Australia, Selasa.
Facebook mulai Kamis (18/2/2021) melucuti halaman media dalam dan luar negeri untuk warga Australia. Perusahaan itu juga memblokade pengguna platformnya untuk membagikan konten berita apa pun.
Langkah Facebook itu memicu kemarahan global. Perdana Menteri Scott Morrison dengan marah menuduh Facebook membuat keputusan untuk ”tidak berteman” dengan Australia. Warga di Australia tidak lagi bisa mengunggah tautan berita di Facebook.
Bagi warga luar Australia, mereka juga tidak bisa mengunggah berita-berita dari media Australia, seperti Sydney Morning Herald. Facebook secara tidak sengaja juga memblokade serangkaian laman Facebook non-berita yang terkait dengan segala hal, mulai dari kegiatan amal kanker hingga layanan tanggap darurat.
Parlemen Australia tampaknya akan mengesahkan RUU tentang aturan terhadap perusahaan teknologi itu pada pekan ini. Dengan adanya kompromi antara Facebook dan Pemerintah Australia itu, Facebook dan Google Inc tidak akan dihukum. Tentu saja selama mereka mencapai beberapa kesepakatan dengan perusahaan media lokal untuk membayar konten berita yang diunggah melalui platform mereka.
Mereka juga akan mendapatkan dua bulan tambahan untuk menjadi perantara perjanjian tersebut. ”Kami senang bahwa kami dapat mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Australia dan menghargai diskusi konstruktif yang telah kami lakukan,” kata Easton.
Pihak Facebook telah dengan keras menentang RUU tersebut sejak awal karena khawatir hal itu akan menciptakan preseden internasional yang akan mengancam model bisnis mereka.
Secara khusus, perusahaan-perusahaan tersebut keberatan dengan aturan yang mewajibkan negosiasi dengan perusahaan media di Australia dan memberikan hak kepada pihak independen di Australia untuk memberlakukan penyelesaian.
”Tidak dilakukan lagi bahwa Australia telah menjadi pertarungan proksi bagi dunia,” kata Frydenberg.
Kami telah mencapai kesepakatan yang memungkinkan kami untuk mendukung penerbit yang kami pilih, termasuk penerbit kecil dan lokal.
Google sangat ingin menghindari membuat preseden bahwa platform harus membayar siapa pun untuk sebuah tautan. Hal itu dinilai perseroan dapat membuat mesin pencari andalan mereka tidak berfungsi.
Adapun Facebook—yang tidak terlalu bergantung pada konten berita—telah mengatakan bahwa dipaksa untuk membayar kepada perusahaan media sama sekali tidak menjadi persoalan.
”Kami telah mencapai kesepakatan yang memungkinkan kami untuk mendukung penerbit yang kami pilih, termasuk penerbit kecil dan lokal,” kata wakil presiden Facebook untuk kemitraan berita global, Campbell Brown.
Meskipun sebelumnya ada ancaman untuk menarik layanannya dari Australia karena UU tersebut, manajemen Google telah melunakkan pendiriannya. Google menjadi perantara kesepakatan bernilai jutaan dollar AS dengan sejumlah perusahaan media lokal.
Kesepakatan itu tercapai termasuk dengan dua perusahaan media terbesar, yakni News Corp milik Rupert Murdoch dan Nine Entertainment.
Facebook dan Google masih menghadapi kemungkinan harus menyetujui kesepakatan dengan media di seluruh dunia. Sebab, Uni Eropa, Kanada, dan negara-negara lain bergerak untuk mengatur sektor tersebut.
Sejak kemunculannya, Google dan Facebook sebagian besar tidak diatur dan telah tumbuh menjadi dua perusahaan terbesar dan paling menguntungkan di dunia. Namun, serangkaian skandal tentang kesalahan informasi, pelanggaran privasi, pengambilan data, dan monopoli virtual mereka pada iklan daring telah memicu perhatian pengawas.
Pengawas persaingan negara di Australia menyebutkan, untuk setiap 100 dollar AS yang dihabiskan oleh pengiklan Australia hari ini, maka dana senilai 49 dollar AS masuk untuk Google dan 24 dollar AS untuk Facebook.
Sejumlah perusahaan media di Australia telah tutup dan ribuan warga yang bekerja di dunia jurnalistik harus kehilangan pekerjaan mereka karena kelindan kondisi itu.
Para pengkritik RUU tersebut mengatakan, UU itu jika disahkan bakal menghukum perusahaan yang sukses. Ini sama saja dengan perampasan uang di mana pada saat bersamaan mereka terhubung secara politik dengan media tradisional.
Mereka juga menyesalkan bahwa tidak ada persyaratan dalam UU yang menyebutkan bahwa uang yang diperoleh perusahaan media dari Facebook dan Google digunakan untuk memperluas jurnalisme yang menyuaran kepentingan publik, bukan hanya untuk meningkatkan keuntungan. (AP/AFP/BEN)