Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan komitmen Amerika Serikat terhadap aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO tidak tergoyahkan.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
WASHINGTON, SABTU —Komitmen Amerika Serikat terhadap aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO tidak tergoyahkan. Sikap Pemerintah AS di masa kepemimpinan Presiden AS Joe Biden ini berkebalikan dengan Donald Trump yang pernah menganggap NATO sebagai aliansi yang sudah ketinggalan zaman. Bahkan, Trump pernah mempertimbangkan mundur dari aliansi beranggotakan 30 negara itu.
”AS berkomitmen penuh pada aliansi NATO dan saya menyambut baik investasi pada kemampuan militer yang memperkuat pertahanan bersama kita. Serangan pada salah satu dari kita sama saja dengan menyerang kita semua. Itu janji yang tidak tergoyahkan,” kata Biden dalam sesi online di Konferensi Keamanan Munich, Jumat (19/2/2021).
Pernyataan Biden menunjukkan pendekatan yang berbeda dari Trump dan ini disambut baik oleh para pemimpin Eropa dan para petinggi NATO. Pada Pemerintahan AS sebelumnya, Trump malah sengaja mempermalukan Jerman dan negara-negara anggota NATO lainnya karena tidak memenuhi target pengeluaran dua persen dari pengeluaran domestik bruto mereka untuk pertahanan.
”Amerika sudah kembali. Saya tahu beberapa tahun terakhir ini ujian bagi hubungan transatlantik kita, tetapi AS mau berhubungan kembali dengan Eropa dan meraih kembali posisi kepemimpin terpercaya kami,” kata Biden di konferensi itu setelah pertemuan virtual pertamanya dengan para pemimpin negara anggota G-7, yakni Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, dan Jepang.
Presiden Perancis Emmanuel Macron memiliki keinginan yang sama dengan AS untuk memperkuat NATO, tetapi melalui konsep ”otonomi strategis Eropa” pada sektor pertahanan. Konsep itu tidak berarti Perancis mau menjauh dari AS, tetapi kata Macron, ia hanya mau membuat Eropa menjadi rekan yang lebih bisa diandalkan. Sekitar tahun lalu, Macron pernah menyebut NATO sedang mati otaknya.
”Saya percaya pada NATO. Saya percaya NATO membutuhkan momentum politik baru dan klarifikasi konsep strategisnya. NATO membutuhkan pendekatan yang lebih politis,” kata Macron dalam konferensi itu.
Sejak terpilih 2017, Macron selalu mendorong Uni Eropa untuk mandiri di bidang pertahanan dan tidak lagi bergantung hanya pada perlindungan militer AS. Komentar Macron soal kematian otak NATO dan ajakan kerja sama dengan Presiden Rusia Vladimir Putin membuat banyak sekutunya di Eropa khawatir, terutama Eropa timur, yang menganggap AS satu-satunya pelindung dari Rusia.
”Saya percaya kemungkinan terbaik Eropa terlibat di NATO adalah dengan lebih bertanggung jawab pada keamanannya sendiri. Itu akan membuat NATO lebih kuat juga,” kata Macron.
Kerja sama
Untuk memulai awalan yang baru dengan negara-negara Eropa, Biden mengatakan, militer AS sedang meninjau kembali postur militernya di seluruh dunia dan mencabut perintah penarikan pasukan AS dari Jerman. Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer menyambut baik pernyataan Biden itu. ”Sinyal AS sudah kita terima dan pahami. Sekarang tergantung pada kita untuk menerima tawaran uluran tangan dari Washington,” ujarnya.
Biden juga mengajak negara-negara demokrasi lainnya untuk bekerja sama melawan negara-negara otokratik, seperti China dan Rusia. Biden berencana akan ikut bergabung dengan G-7 untuk bertemu, Juni mendatang, dan kemungkinan tidak akan mengajak Rusia ikut bergabung. ”Kremlin menyerang demokrasi kita dan mempersenjatai korupsi untuk melemahkam sistem pemerintahan kita. Putin mau melemahkan proyek Eropa dan aliansi NATO,” kata Biden.
Biden juga mengatakan negara-negara demokrasi dan dengan perekonomian kuat perlu bekerja sama menghadapi tantangan Rusia dan China serta beragam isu global seperti perlucutan nuklir, perubahan iklim, dan keamanan siber. Biden secara spesifik menyasar China yang dianggap tidak patuh pada standar internasional. ”Perusahaan-perusahaan China harus mematuhi standar yang sama dengan AS dan Eropa,” ujarnya. (REUTERS/AFP)