Karena tak kunjung menghubungi Benjamin Netanyahu, sejumlah pihak menuding Joe Biden mengabaikan Israel. Dalam pidato beberapa waktu lalu, Biden mengisyaratkan Timur Tengah bukan prioritas utama AS lagi.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Percakapan perdana antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya terwujud. Dalam percakapan yang sudah banyak ditunggu itu, Biden menegaskan dukungan pada Israel. Biden juga menekankan pentingnya perdamaian Palestina-Israel.
Percakapan lewat telepon pada Rabu (17/2/2021) siang waktu Washington atau Kamis (18/2/2021) dini hari WIB itu membahas sejumlah isu. Dalam pernyataan Gedung Putih, Biden-Netanyahu disebut membahas pentingnya komunikasi terus-menerus untuk membahas keamanan nasional. AS-Israel akan terus bekerja sama untuk menangangi aneka tantangan di kawasan.
Biden juga menekankan pentingnya perdamaian kawasan, termasuk antara Palestina dan Israel. Biden mendukung normalisasi hubungan Israel dengan sejumlah negara Arab.
Biden juga dinyatakan menegaskan komitmen pribadi terhadap keamanan Israel. Biden berniat menguatkan semua aspek pada hubungan AS-Israel, termasuk kerja sama pertahanan.
Dalam pernyataan terpisah yang dikeluarkan kantor PM Israel disebutkan, percakapan Biden-Netanyahu berlangsung dengan hangat sekitar sejam. Mereka menyinggung hubungan pribadi sejak lama di antara mereka.
”Presiden Biden dan PM Netanyahu membahas cara meningkatkan kesepakatan damai, ancaman Iran, tantangan kawasan, dan setuju terus berkomunikasi. Presiden juga memberi selamat kepada PM atas kepemimpinannya dalam menangani Covid-19 dan membahas cara menangani pandemi,” demikian pernyataan kantor Netanyahu.
Banyak ditunggu
Percakapan Biden-Netanyahu telah banyak ditunggu sejak Biden dilantik pada 20 Januari 2021. Di masa lalu, para Presiden AS menghubungi PM Israel dalam hitungan hari selepas dilantik. Sementara Biden membutuhkan hampir sebulan sebelum akhirnya menelepon Netanyahu.
Karena tidak kunjung menghubungi Netanyahu, sejumlah pihak menuding Biden mengabaikan Israel. Bagi warga AS, salah satu satu aspek politik luar negeri yang paling diperhatikan adalah terkait Israel. ”Telepon pertamanya (Biden) dengan pemimpin di kawasan (Timur Tengah) adalah PM Netanyahu,” kata juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki.
Sebelum akhirnya menelepon Netanyahu, Biden telah berbicara dengan kepala negara atau kepala pemerintahan Kanada, Meksiko, Jepang, Korea Selatan, dan China. Biden juga menghubungi kepala negara atau kepala pemerintahan di Eropa, termasuk Rusia.
Biden berbicara dengan Netanyahu setelah mengumumkan fokus kebijakan luar negerinya. Dalam pidato beberapa waktu lalu, Biden mengisyaratkan Timur Tengah bukan prioritas utama AS lagi.
Pemerintahan Biden mewujudkan itu antara lain lewat perombakan struktur di Dewan Keamanan Nasional. Bagian yang mengurusi Asia Timur dan Asia Pasifik punya empat pejabat utama. Sementara bagian yang mengurus Timur Tengah hanya punya dua pejabat utama. Biden juga tidak kunjung menghubungi siapa pun di Timur Tengah sampai kemarin.
Di sisi lain, Biden tidak hanya menunda komunikasi dengan Netanyahu. Ia juga menegaskan, AS akan kembali ke Kesepakatan Nuklir Iran 2015. Kesepakatan yang lebih dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) itu ditinggalkan AS di masa Donald Trump pada Mei 2018.
Netanyahu sangat mendukung keputusan AS untuk keluar dari JCPOA lalu menerapkan aneka sanksi tambahan terhadap Iran. Israel menuding JCPOA sangat menguntungkan Iran dan karena itu sudah tepat bila AS mengabaikannya.
Bukan kali ini saja Netanyahu tidak dianggap penting oleh Washington. Di masa Barack Obama, AS tidak membabi buta mendukung Israel. Apalagi, kala itu Washington lebih banyak fokus pada Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) dan perang Afghanistan. (AFP/REUTERS)