Israel umumkan dirikan organisasi ikatan komunitas Yahudi di kawasan Arab Teluk. Pembentukan ikatan komunitas Yahudi itu untuk memberi pelayanan kepada segenap warga Yahudi yang datang ke negara-negara Arab Teluk.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Pembukaan hubungan resmi Israel dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain pada Agustus dan September 2020, yang dikenal dengan Abraham Accord, terus membawa dampak di kawasan Arab Teluk.
Kementerian Luar Negeri Israel, seperti dilansir stasiun televisi Al Jazeera, Senin (15/2/2021), mengumumkan mendirikan organisasi ikatan komunitas Yahudi di kawasan Arab Teluk (The Association of Gulf Jewish Communities).
Sebelumnya, negara Arab Teluk telah tergabung dalam organisasi Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dengan anggota enam negara Arab Teluk, yaitu Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Qatar, dan Oman.
Ketua komunitas Yahudi di Bahrain, Ebrahim Daoud Nonoo, ditetapkan sebagai presiden ikatan komunitas Yahudi di negara-negara Arab Teluk. Kantor pusat sementara organisasi ikatan komunitas Yahudi ditetapkan di Manama, ibu kota Bahrain, dengan kantor cabang di Dubai dan Abu Dhabi.
Radio Israel memberitakan, tujuan pembentukan ikatan komunitas Yahudi di kawasan Arab Teluk adalah memberi pelayanan kepada segenap warga Yahudi yang datang ke negara-negara Arab Teluk, baik untuk tujuan wisata, bisnis, maupun berdomisili permanen.
Radio Israel menyebutkan, ikatan komunitas Yahudi berkomitmen membantu mewujudkan kesuksesan dan kesejahteraan warga Yahudi di negara-negara Arab Teluk.
Nonoo mengatakan, tujuan pembentukan ikatan komunitas Yahudi adalah menyatukan dan mengoordinasikan sumber-sumber ekonomi warga Yahudi di negara-negara Arab Teluk, seperti memperbanyak berdirinya restoran Kosher untuk makanan halal Yahudi serta membantu aktivitas ekonomi warga Yahudi dan mengurus urusan keagamaan warga Yahudi di negara-negara Arab Teluk.
Menurut Nonoo, pelayanan seperti ini harus ada dan bisa dinikmati seluruh warga Yahudi di negara-negara Arab Teluk.
Kementerian Luar Negeri Israel mengungkapkan, sejak pembukaan hubungan resmi Israel-UEA pada Agustus 2020, sekitar 130.000 warga Israel telah mengunjungi UEA.
Kementerian Luar Negeri Israel juga menyebutkan, kini diperkirakan 3.000 warga Yahudi menetap di UEA yang sebagian besar tinggal di Dubai dan Abu Dhabi. Sebagian besar warga Yahudi di UEA menjalankan bisnis dan investasi.
Investor Israel dan UEA diberitakan akan mendirikan banyak restoran Kosher di Dubai dan Abu Dhabi untuk melayani turis dari Israel atau negara lain yang beragama Yahudi. Israel diberitakan juga membangun rumah sakit di Dubai. Proyek itu dimulai Januari 2021 untuk mengambil peluang bisnis kesehatan di dunia Arab.
Pada 20 Desember 2020, Rabi Agung Yahudi Yitzhak Yosef meletakkan batu fondasi pendirian sekolah taman kanak-kanak Yahudi di Dubai.
Rabi Yosef mengunjungi UEA atas undangan komunitas Yahudi di negara tersebut. Kunjungan Rabi Yosef itu merupakan kunjungan pemimpin agama Yahudi tertinggi ke UEA pasca-pembukaan hubungan resmi Israel-UEA pada Agustus 2020.
Rabi Yosef melakukan serangkaian pertemuan dengan pejabat tinggi UEA di Abu Dhabi, di antaranya Menteri Kesehatan UEA Abdul Rahman bin Muhammad Al-Owais serta Menteri Budaya dan Pemuda UEA Noura bin Mohammed Al-Kaabi.
Sebaran
Pada era modern ini, warga Yahudi tersebar di sejumlah negara Arab Teluk. Mereka tinggal, antara lain, di Bahrain dan Kuwait. Mereka datang dari Irak, Iran, dan India. Pada 1948, tercatat ada 422 warga Yahudi di Bahrain.
Saat ini ada sisa 40 warga Yahudi yang bertahan di Bahrain. Sebagian besar warga Yahudi di negara itu telah berimigrasi ke Israel. Adapun kaum Yahudi di Kuwait semula berjumlah 100 warga, tetapi saat ini tersisa empat warga yang bertahan di negara itu. Sebanyak 96 warga Yahudi disebut telah berimigrasi dari Kuwait ke Israel.
Warga Yahudi di Bahrain dan di Kuwait berprofesi sebagai pedagang. Sejauh ini belum ada data tentang warga Yahudi di Arab Saudi, Qatar, dan Oman.