Indeks Nikkei Tembus Level Tertinggi dalam Tiga Dekade
Peluncuran program vaksinasi Covid-19 di Jepang dijadwalkan akan dimulai paling cepat Rabu (17/2/2021) pekan ini. Program itu akan dimulai bagi para pekerja di bidang kesehatan di seluruh wilayah.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SENIN -- Indeks acuan pasar modal Jepang, Indeks Nikkei 225, melonjak hampir dua persen pada Senin (15/2/2021) ditutup di atas level 30.000 -sebuah level psikologis penting- untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade. Harapan atas pemulihan bisnis menjelang pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Jepang menjadi sentimen positif yang mendorong investor masuk ke pasar dan memburu saham-saham pilihan mereka.
Indeks Nikkei 225 naik 1,91 persen atau 564,08 poin ke level 30.084,15. Level itu adalah level penutupan tertinggi sejak tahun 1990. Indeks Topix yang mencakup lebih luas saham-saham juga naik 1,04 persen, atau 20,06 poin ke level 1.953,94. "Level 30.000 itu simbolis namun sesuai dengan keinginan pasar,” kata Toshikazu Horiuchi, seorang pialang di IwaiCosmo Securities. "Sentimen pasar telah didukung oleh harapan untuk pemulihan bisnis menjelang vaksinasi pertama negara itu."
Peluncuran program vaksinasi Covid-19 di Jepang dijadwalkan akan dimulai paling cepat Rabu (17/2) pekan ini. Program itu akan dimulai bagi para pekerja di bidang kesehatan di seluruh wilayah. "Harapan untuk stimulus dan pelonggaran moneter juga tinggi, yang membantu meningkatkan sentimen positif, tetapi aksi ambil untung dapat muncul pada level ini," tambah Horiuchi.
Masayuki Kubota, kepala strategi di Rakuten Securities, mengatakan: "Indeks Nikkei naik karena bank sentral di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter besar-besaran mereka karena pandemi." Menjelang pasar dibuka Pemerintah Jepang mengatakan ekonomi Jepang menyusut pada 2020 untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade karena hantaman pandemi Covid-19. Namun kontraksi yang dialami Jepang ternyata tidak seburuk yang diproyeksikan sebelumnya.
Menjelang pasar dibuka Pemerintah Jepang mengatakan ekonomi Jepang menyusut pada 2020 untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade karena hantaman pandemi Covid-19. Namun kontraksi yang dialami Jepang ternyata tidak seburuk yang diproyeksikan sebelumnya.
Investor juga memperhatikan dampak gempa bumi berkekuatan 7,3 skala Richter, yang melanda timur laut Jepang pada Sabtu (13/2) malam pekan lalu. Laporan sejumlah media menyebutkan lebih dari 150 orang terluka dan layanan kereta cepat shinkansen ditangguhkan. Namun dampak terhadap pasar keuangan negara itu relatif terbatas. Harga saham SoftBank Group melonjak 2,12 persen menjadi 10.005 yen setelah perseroan merilis pendapatan yang kuat pekan lalu. Saham perusahaan pakaian kasual Uniqlo Fast Retailing melonjak 4,09 persen menjadi 99.460 yen.
Sentimen sama di Eropa
Sentimen optimisme atas peluncuran vaksin global akan mempercepat pemulihan ekonomi tahun ini juga tergambar di Eropa. Indeks-indeks saham di benua itu menanjak sejak pembukaan. Indeks FTSE 100 di London naik 1,3 persen didorong oleh kenaikan saham-saham Rio Tinto dan BHP Group serta produsen minyak BP dan Royal Dutch Shell.
"Upaya pemerintah untuk mengelola ekspektasi pada Covid-19 dengan lebih baik sangat membantu pasar yang sekarang mungkin terkejut dengan betapa cepatnya Inggris memvaksinasi bagian paling rentan dari populasinya," kata Russ Mold, direktur investasi di lembaga AJ Bell. "Ini membuat lebih mudah bagi investor untuk melihat kemungkinan pembukaan kembali ekonomi bahkan jika kecepatan pelonggaran pembatasan tetap menjadi topik perdebatan sengit."
Indeks FTSE 100 telah pulih hampir 34 prsen dari posisi terendah Maret 2020. Kelindan hal itu dipimpin oleh serangkaian tindakan stimulus, tetapi lonjakan infeksi dan penguncian yang meluas baru-baru ini telah memperlambat pertumbuhan ekonomi Inggris. Indeks tersebut juga tertinggal dari indeks-indeks utama di AS dan Eropa. Jajak pendapat Reuters baru-baru ini menggambarkan bahwa ekonomi Inggris kemungkinan akan menghindari resesi secara berturut dan akan kembali ke level sebelum COVID-19 dalam dua tahun. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada pekan ini bakal menilai seberapa cepat Inggris dapat keluar dari penguncian Covid-19. Penilaian itu didasarkan pada telah divaksinasinya 15 juta warga negara itu dalam klasifikasi yang paling rentan.
Pasar saham AS pada pekan lalu secara umum bergerak lebih tinggi mengikuti sebagian besar pendapatan perusahaan yang baik. Sebagian besar data ekonomi terdata melemah, namun investor melihat dinamika itu sebagai momentum lebih lanjut untuk proposal stimulus yang diusulkan Presiden Joe Biden. "Kami dapat melihat bahwa Biden ingin melanjutkan paketnya dengan cepat," kata Gregori Volokhine, presiden Meeschaert Financial Services. "Kami juga dapat melihat lebih banyak kemajuan pada vaksinasi Covid-19.”
Oxford Economics mengatakan persetujuan soal rencana stimulus itu dapat ditunda, terutama di tengah proses dinamika politik di AS terkait upaya pemakzulan kedua atas Donald Trump. "Karena nasib proposal masih ditunda, kritikus dan pendukung memperdebatkan manfaat dari ukuran dan komposisinya," demikian analisa Oxford Economics. "Presiden Biden, bagaimanapun, tampaknya kurang bersedia untuk berkompromi pada beberapa masalah utama, menunjukkan bahwa bantuan fiskal, yang dapat disahkan dengan mayoritas sederhana di Senat melalui proses rekonsiliasi anggaran, akan lebih besar dari yang diharapkan bahkan beberapa pekan yang lalu." (AFP/REUTERS/BEN)