Sukses Tembus Orbit Mars, UEA Masuk Jajaran Elite 5 Penjelajah ”Planet Merah”
Setelah 27 menit momen paling menegangkan serta perjalanan tujuh bulan dari Bumi, pesawat luar angkasa Uni Emirat Arab, ”Al-Amal atau Harapan”, menembus orbit Mars. UEA menyusul capaian AS, Uni Soviet, Eropa, dan India.
Oleh
MH SAMSUL HADI/MAHDI MUHAMMAD
·6 menit baca
DUBAI, RABU — ”Hari ini adalah babak baru dalam sejarah Arab... (babak baru) kepercayaan terhadap kemampuan kami bersaing dengan negara-negara dan rakyat lain.” Kata-kata ini merupakan cuitan Pemimpin Dubai dan Wakil Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum di Twitter, Selasa (9/2/2021), setelah pesawat luar angkasa UEA berhasil memasuki orbit Planet Mars setelah tujuh bulan perjalanan dari Bumi.
”Harapan (Al-Amal)”, demikian nama pesawat luar angkasa UEA itu, menempuh perjalanan sejauh 494 juta kilometer, dimulai dari peluncuran di Pusat Luar Angkasa, Tanegashima, Jepang, 19 Juli 2020. Melalui Badan Luar Angkasa UEA, UEA adalah negara Arab pertama yang berhasil mengirim misi ke Mars atau badan luar angkasa kelima di dunia yang mampu menembus planet tersebut setelah AS, Uni Soviet, Eropa, dan India. UEA bahkan memendam ambisi dan mimpi besar untuk merintis misi penghunian di Mars tahun 2117.
”Amal” kini mulai mengelilingi Mars dan menjalankan misi pengumpulan data tentang atmosfer planet tersebut. Jika semua berjalan sesuai rencana, Amal selama dua bulan ke depan akan beredar pada jarak orbit 22.000 kilometer hingga 44.000 kilometer. Amal tidak akan mendarat di ”Planet Merah”, sebutan Mars.
Keberhasilan Amal menembus orbit Mars terjadi bertepatan dengan 50 tahun berdirinya UEA setelah merdeka dari Inggris dan bergabungnya tujuh keemiran, termasuk Dubai. Selain Amal, dua misi dari China dan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) saat ini juga tengah menjalani misi ke Mars. Ketiga misi tersebut sama-sama diluncurkan Juli tahun lalu.
Momen Amal memasuki orbit Mars selama 27 menit pada pukul 19.30 waktu Abu Dhabi merupakan momen paling menegangkan bagi misi perjalanan tersebut. Pada momen itu, Amal melakukan ”pembakaran” untuk memperlambat kecepatan agar mendapat posisi yang pas untuk ditarik oleh gravitasi Mars.
Dalam proses ini, Amal memutar dan menembakkan enam pendorongnya. Secara dramatis, kecepatan pesawat akan melambat dari daya jelajah rata-rata 121.000 kilometer atau 75.000 mil per jam menjadi hanya 18.000 kilometer per jam. Informasi momen menegangkan itu baru terkirim dan sampai ke Bumi 11 menit setelah kejadian. Momen itu paling menegangkan mengingat selama bertahun-tahun sejumlah misi dari beberapa negara ke Mars gagal pada momen tersebut.
”Kepada rakyat UEA, Arab, dan negara-negara Islam, kami mengumumkan kesuksesan UEA mencapai Mars,” kata Omran Sharaf, Direktur Misi Amal ke Mars.
Misi di Mars
Pada ketinggian 1.000 kilometer dari Planet Mars, Amal dilengkapi tiga instrumen yang akan mengamati, antara lain, bagaimana atom-atom netral hidrogen dan oksigen—jejak-jejak dari Mars—dan atmosfer planet itu sepanjang 687 hari tahun Mars.
Instrumen pertama adalah spektrometer inframerah untuk mengukur atmosfer rendah dan menganalisis struktur temperatur. Instrumen kedua adalah perekam gambar beresolusi tinggi yang juga akan memasok informasi tentang level lapisan ozon. Dan instrumen ketiga, spektrometer ultraviolet, berfungsi untuk mengukur level oksigen dan hidrogen pada jarak 43.000 kilometer dari permukaan.
Menurut para ahli, mempelajari atmosfer planet lain berguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang iklim Bumi dan meretas jalan dalam mencari terobosan-terobosan sains. Gambar-gambar beresolusi tinggi tentang informasi Mars tersebut akan dikirimkan Amal ke Bumi.
Menteri Negara Teknologi Maju dan Kepala Badan Luar Angkasa UEA Sarah al-Amiri mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa butuh waktu beberapa pekan bagi Amal untuk memulai pengumpulan data dan gambar. Diperkirakan, data dan gambar itu akan bisa dipublikasikan, paling cepat, September mendatang.
Hope tidak sendirian dalam upayanya mencapai Mars. Ada dua misi lainnya yang juga memanfaatkan dari penyelarasan jarak Bumi dan Mars yang paling dekat, yang membuat waktu kedatangan mereka di Mars sangat dekat satu sama lain.
Misi China di Mars, Tianwen-1, menurut rencana, mendarat di Mars pada Rabu (10/2/2021) dan terakhir adalah misi luar angkasa AS, Perseverance, yang diperkirakan bergabung di Mars pada pekan mendatang.
Misi luar angkasa yang terakhir ini, Perseverance, adalah misi kerja sama putaran pertama antara AS dan Eropa selama satu dekade terakhir. Misi ini menargetkan mendarat di Mars dan membawa kembali batuan Mars utuk diteliti lebih lanjut untuk membuktikan bahwa Planet Merah ini pernah memiliki kehidupan mikroskopis.
Kolaborasi
Misi UEA ke Mars menelan biaya sekitar 200 juta dollar AS. Misi itu merupakan bagian dari upaya UEA mengembangkan kemampuan sains dan teknologinya serta mengurangi ketergantungan pada minyak. ”UEA akan merayakan ulang tahun emasnya dengan sains, kebudayaan, dan inspirasi karena kami ingin membangun sebuah model pembangunan,” cuit Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum.
Dalam mengembangkan Hope, UEA memilih berkolaborasi dengan mitra yang lebih berpengalaman daripada melakukannya sendiri atau membeli pesawat ruang angkasa di tempat lain. Para insinyur dan ilmuwannya bekerja dengan para peneliti di Universitas Colorado, Universitas California di Berkeley, dan Universitas Negeri Arizona.
Pesawat ruang angkasa seukuran mobil dan menelan biaya sekitar 200 juta dollar AS itu dirakit di Boulder, Colorado, sebelum dikirim ke Jepang untuk diluncurkan pada Juli 2020. Biaya tersebut belum termasuk biaya pengoperasian di Mars.
Meski demikian, apabila dibandingkan dengan dua misi luar angkasa lainnya, yaitu misi China dan AS, angka ini jauh lebih kecil. Misi Perseverance sendiri menelan biaya hingga 3 miliar dollar AS.
Hope, yang akan menjalankan tugas untuk memonitor kondisi cuaca di Mars selama tiga tahun, berada pada orbit yang sangat tinggi. Lintasan orbit Hope telah diatur untuk bergabung dengan enam pesawat ruang angka yang sudah beroperasi di Mars, yaitu tiga milik AS, dua milik Eropa, dan satu milik India.
Keberhasilan akan menjadi dorongan luar biasa bagi ambisi luar angkasa UEA. Astronot pertama negara itu meroket ke luar angkasa pada 2019, menumpang ke Stasiun Luar Angkasa Internasional bersama Rusia. Itu terjadi 58 tahun setelah Uni Soviet dan AS meluncurkan astronot.
Misi besar
UEA, sebuah federasi dari tujuh keemiran, mengembangkan proyek luar angkasa Amal untuk memicu imajinasi para ilmuwan negara dan kaum mudanya. Selain itu, proyek ini juga diharapkan menjadi bagian dari upaya UEA mempersiapkan masa depan ketika minyak di negara tersebut habis.
”Misi ini tidak pernah hanya mencapai Mars,” kata Omran Sharaf, Manajer Proyek Amal. ”Mars hanyalah alat untuk tujuan yang jauh lebih besar. Pemerintah ingin melihat perubahan besar dalam pola pikir pemuda Emirat dan untuk mempercepat penciptaan sektor sains dan teknologi canggih di UEA,” kata Sharaf.
Selain memperkuat statusnya sebagai pemain regional utama, UEA juga ingin proyek tersebut menjadi sumber inspirasi bagi pemuda Arab, di wilayah yang terlalu sering dilanda konflik sektarian dan krisis ekonomi.
”Penyelidikan memiliki tingkat keberhasilan 50 persen dalam memasuki orbit Mars. Akan tetapi, kami mencapai 90 persen dari tujuan kami dalam membangun pengetahuan baru,” cuit Sheikh Mohammed bin Rashid Al-Maktoum di Twitter awal bulan ini.
Amiri mengatakan, misi luar angkasa negaranya telah menginspirasi bangsa, khususnya generasi muda, untuk menatap masa depan dan melihat ke langit, sebuah penjelajahan tanpa batas dan terbentang luas. (AFP/AP/REUTERS)