Israel Perkirakan Iran Pergunakan Proksi untuk Tekan AS
Iran diduga akan memakai kelompok atau negara proksinya untuk menciptakan ketegangan di kawasan dalam upaya menekan Amerika Serikat mencabut semua sanksi ekonomi terhadapnya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
TEL AVIV, RABU — Sebuah laporan intelijen Israel memerkirakan Iran akan berusaha menggunakan kekuatan proksinya untuk menekan Amerika Serikat agar mau kembali ke Kesepakatan Nuklir 2015 dan mencabut semua sanksi ekonomi atas negara itu. Israel sendiri tengah bersiap untuk kemungkinan terjadinya serangan.
Laporan intelijen Israel (Mossad) yang sebagian diberikan kepada wartawan di Tel Aviv awal pekan ini memerkirakan Teheran, musuh utama Israel di kawasan, akan memanfaatkan kepanjangan tangannya atas beberapa kelompok atau bahkan negara untuk melakukan serangan terhadap apa yang disebut Israel sebagai ”sasaran Barat”.
Israel telah menjadi kritikus paling vokal dan konsisten terhadap Kesepakatan Nuklir 2015 atau yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Kesepakatan yang diikuti oleh Iran dan beberapa negara besar nuklir dunia, seperti Amerika Serikat, Rusia, China, membatasi dan memeriksa setiap program nuklir Teheran dengan imbalan ekonomi. Iran bersikeras bahwa mereka hanya mengembangkan program nuklir sipil untuk tujuan damai.
Menurut penilaian Israel, Iran dan proksinya akan berupaya menciptakan ketidakstabilan di Timur Tengah. ”Ancaman proksi di Irak dan Yaman adalah solusi yang murah, efektif, dan dapat disangkal oleh Iran untuk melakukan serangan tanpa mengambil risiko perang,” kata seorang komandan militer senior Israel tanpa menyebut nama.
Dia menambahkan, pada masa depan, Iran juga memiliki kemungkinan untuk kembali melakukan teror terhadap sasaran Barat di seluruh dunia.
Tidak hanya ingin memperoleh keuntungan ekonomi, menurut penilaian Israel, Iran juga ingin menunjukkan kekuatannya menyusul dua kemunduran besar yang dialaminya sepanjang tahun lalu, yaitu kehilangan Jenderal Qasem Soleimani di Baghdad karena serangan militer AS dan Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir terkemukanya di Teheran. Iran menyalahkan kematian Fakhrizadeh kepada Israel, yang tidak secara langsung mengomentari pembunuhan itu.
Bila laporan intelijen Israel tahun 2020 terpusat pada program pengayaan nuklir Iran, di laporan tahun ini petinggi militer Israel menekankan pada peningkatan pengayaan kapasitas ilmiah program nuklir yang lebih luas.
”Iran telah membuat kemajuan signifikan dalam mengumpulkan bahan fisil dan mengambil langkah-langkah lanjutan terkait dengan penelitian dan pengembangan. Meskipun kesepakatan dapat mencegah pengumpulan bahan fisil beberapa proyek penelitian dan pengembangan tidak dapat diubah,” ujar seorang pejabat Israel.
Pernyataan pejabat militer Israel itu tidak berbeda dengan pernyataan Menteri Energi Israel Yuval Steinitz beberapa hari lalu. Dalam sebuah wawancara radio, Steinitz mengatakan, Iran hanya membutuhkan waktu enam bulan untuk menghasilkan bahan fisil yang cukup untuk membuat satu senjata nuklir.
Steinitz mengatakan, kebijakan Trump menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran telah merusak proyek nuklir Iran dan semua kekuatan yang dibangun.
”Dalam hal pengayaan, mereka bisa memecahkannya dalam jangka waktu sekitar setengah tahun jika semuanya bisa dilakukan. Adapun persenjataan nuklir, jangkauannya sekitar satu atau dua tahun,” kata Steinitz.
Untuk mengantisipasi kemungkinan serangan terhadap wilayah Israel, Panglima Militer Israel Aviv Kochavi menyatakan, dirinya telah memerintahkan semua stafnya untuk menyusun rencana melawan kemampuan nuklir Iran jika ada perintah untuk menyerang. Dia juga menyatakan, seruan agar Iran kembali ke kesepakatan nuklir adalah hal yang buruk.
Penilaian intelijen juga memperingatkan bahwa Syiah Iran dan sekutunya, terutama kelompok Hezbollah di Lebanon, terus mengancam Israel di sepanjang perbatasan utara. Tentara Israel telah berulang kali memperingatkan upaya serangan lintas batas oleh pejuang yang didukung Iran di Suriah, Hezbollah, dan kelompok lain. (AFP/REUTERS)