Netanyahu Mengaku Tidak Bersalah di Pengadilan Kasus Korupsi
Netanyahu dituduh menerima hadiah barang mewah dari teman-teman kayanya berupa rokok mahal, sampanye, dan perhiasan yang diperkirakan seharga sekitar Rp 3 miliar.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
JERUSALEM, SENIN — Enam pekan menjelang pemilihan umum Israel, sidang terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali berlanjut. Netanyahu menyatakan ia tidak bersalah atas tuduhan suap, korupsi, penyalahgunaan kepercayaan, dan penipuan terhadap dirinya pada 2019.
”Saya membenarkan jawaban secara tertulis yang diberikan atas nama saya,” kata Netanyahu di hadapan panel tiga hakim di Pengadilan Distrik Jerusalem, Senin (8/2/2021).
Netanyahu dituduh menerima hadiah barang mewah dari teman-teman kayanya berupa rokok mahal, sampanye, dan perhiasan yang diperkirakan senilai 213.000 dollar AS atau sekitar Rp 3 miliar.
Dia juga memberikan bantuan terkait regulasi untuk taipan media harian Yediot Aharonot dengan imbalan peliputan positif yang menguntungkan dirinya dan keluarga. Dia terakhir kali hadir di pengadilan pada Mei 2020 dan proses sidang ditunda karena Covid-19.
Netanyahu menjadi PM paling lama berkuasa di Israel sekaligus PM pertama yang masih aktif yang disidang karena kasus korupsi. Sejak awal, dia membantah bersalah dan menyatakan tuduhan-tuduhan itu tidak berdasar.
Netanyahu tidak mau mengundurkan diri. Ia menuduh sidang ini upaya menggulingkan PM sayap kanan yang kuat dan menyingkirkan kubu nasionalis dari kepemimpinan Israel.
Setelah sidang jawaban dari Netanyahu, sidang selanjutnya akan fokus pada pemaparan testimoni dan bukti-bukti. Belum diketahui apakah sidang ini akan membuyarkan peluang Netanyahu terpilih kembali sebagai PM atau tidak.
”Sidang harus ditunda dulu. Jika dilanjutkan, pemilu akan terganggu,” kata juru bicara parlemen Israel dan pengikut setia Netanyahu, Yariv Levin, kepada harian sayap kanan Israel, Hayom, Minggu.
Sejumlah jajak pendapat menyebutkan, dukungan bagi Partai Likud yang dipimpin Netanyahu masih kuat. Namun, belum tentu bisa menjadi kubu mayoritas dengan 61 kursi parlemen.
Pemerintahan Netanyahu telah meningkatkan tekanan atas Palestina dengan membangun banyak permukiman baru di wilayah okupasi.
Protes
Meski hasil jajak pendapat menunjukkan Netanyahu dan partainya masih mendapat dukungan kuat rakyat, gelombang unjuk rasa menolak Netanyahu sudah berlangsung selama berbulan-bulan. Para pengunjuk rasa menuntutnya agar mengundurkan diri dan dihukum atas kasus suap dan korupsi.
Rakyat juga melampiaskan kekesalan mereka pada pemerintahan Netanyahu yang dinilai tidak becus menangani Covid-19. Dia sudah menjadi PM sejak 2009 dan selama dua tahun terakhir berhasil mempertahankan kekuasaannya setelah melalui tiga pemilu yang penuh gejolak dan menemui jalan buntu.
Koalisi partai yang berkuasa pecah pada Desember lalu. Kini mereka harus berjuang kembali memenangi pemilu parlemen, 23 Maret 2021.