Bermasker dengan Baik dan Benar, Sederhana tetapi Kadang Terabaikan
Setelah hampir setahun pandemi, memakai masker sudah jadi kebiasaan banyak orang. Namun, hal-hal sederhana kadang luput dari perhatian. Para ahli telah meneliti hal itu dan merekomendasikan cara yang baik dan benar.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
Para ilmuwan dan ahli kesehatan sepakat bahwa cara utama penyebaran virus Covid-19 adalah melalui udara, bukan permukaan. Ada bukti yang berkembang bahwa partikel kecil yang beterbangan ke udara sejauh beberapa meter karena pernapasan atau saat berbicara adalah cara penularan yang umum.
Kondisi kekinian semakin mengkhawatirkan dengan kemunculan varian baru virus penyebab Covid-19, yakni B117. Varian baru itu pertama kali terdeteksi di Inggris, kemudian menyebar ke banyak kawasan, termasuk Afrika dan Australia. Varian baru ini lebih mudah menular dibandingkan varian sebelumnya.
Ketika pertama kali diketahui bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 menyebar luas, para ahli kesehatan dan pihak berwenang merekomendasikan beberapa hal untuk mencegah penularan. Mulai dari menjaga jarak hingga mengenakan masker untuk melindungi saluran pernapasan.
Namun, jumlah persediaan masker yang terbatas di seluruh dunia kala itu membuat benda ini menjadi barang langka. Harganya menjulang tinggi di pasaran karena setiap orang berebut untuk memilikinya. Barang langka dengan permintaan yang besar dari pasar membuat para penimbun mendapatkan keuntungan maksimal dari warga yang panik.
Jangan ada celah
Akibat kelangkaan masker yang memenuhi standar minimal, masyarakat pun adaptif dan terdorong untuk membuat masker kain. Dengan tambahan lapisan, baik kain maupun tisu yang bisa diganti, masker kain menjadi alternatif. Bahkan, kaus dan bandana bisa digunakan sebagai masker darurat, meski tidak ideal.
Linsey Marr, profesor bidang teknik sipil dan lingkungan di Virginia Tech, yang mempelajari penularan penyakit melalui udara, mengatakan bahwa efektivitas kerja masker yang baik bergantung pada dua hal, yaitu filtrasi atau kemampuan menyaring partikel dan kesesuaian.
”Filtrasi yang baik menghilangkan sebanyak mungkin partikel. Kesesuaian yang baik berarti tidak ada kebocoran di sekitar sisi masker Anda, di mana udara—dan virus—dapat bocor,” katanya.
Dia menambahkan, celah kecil dapat menyebabkan hingga penurunan kinerja masker sebesar 50 persen.
Menurut Marr, bahan masker terbaik yang mampu memblokade partikel kecil adalah polipropilen non-anyaman, bahan yang digunakan untuk membuat masker jenis N95 dan banyak masker bedah serta filter HEPA di pesawat. Sementara untuk bahan kain, menurut Marr, masker yang berbahan dasar kapas yang ditenun rapat adalah yang terbaik.
”Jika Anda mengenakan masker kain, pilih yang memiliki lapisan. Idealnya memiliki saku sehingga Anda bisa memasukkan bahan filter yang bagus. Atau, Anda bisa menggandakannya dengan cara mengenakan masker beda dengan masker kain yang ketat di atasnya,” kata Marr.
Menurut Marr, masker bedah terbuat dari bahan yang menyaring semuanya dengan baik. Tetapi, ada kecenderungan masker ini longgar, terutama di sisi kanan dan kirinya. Menambahkan masker di atas masker bedah dapat mengurangi kebocoran pada bagian sisi kiri dan kanan masker bedah. Menambahkan lapisan tambahan meningkatkan penyaringan. Jika satu lapisan menahan 50 persen dari semua partikel, menggabungkan dua menjadi 75 persen.
Namun, Marr mengingatkan, para ahli tidak merekomendasikan penggunaan masker lebih dari dua. ”Menambahkan lebih banyak lapisan membuktikan hasil yang berkurang dan dapat mengganggu pernapasan. Harus tetap mudah bernapas melalui lapisan. Jika tidak, udara lebih mungkin bocor di sekitar sisi topeng,” katanya.
Tips uji kerapatan masker
Di pasaran, banyak beredar berbagai jenis masker dengan banyak klaim untuk menggoda calon penggunanya. Tetapi, setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan warga ketika memilih masker yang tepat di tengah pandemi sekarang ini.
Marr mengatakan, masker yang dilengkapi dengan batang logam atau sejenis kawat kecil yang mudah dibengkokkan untuk menyesuaikan dengan bentuk hidung pengguna, membantu untuk memastikan masker pas digunakan. Dia juga mengajarkan pengguna masker sebuah trik untuk memastikan, apakah ada kebocoran atau tidaknya masker yang dikenakan.
”Anda harus merasakan masker mengisap ke dalam saat Anda menarik napas. Dan, jika Anda memegang tangan di sekitar sisi masker, Anda tidak akan merasakan udara bocor saat Anda mengembuskan napas,” kata Marr.
Pilihan lain adalah mengenakan masker jenis N95 atau masker dengan kemampuan setara, seperti KN95 dan FFP2. ”Semua masker itu memberikan tingkat filtrasi yang sama, yang berarti ada perlindungan dari partikel yang masuk dan keluar,” ujar Ranu Dhillon, dokter kesehatan global pada Rumah Sakit perempuan dan Brigham serta Harvard Medical School.
Perlu kampanye
Dhillon mendukung penggunaan masker yang lebih baik sejak musim semi lalu. Tetapi, dia merasa frustrasi dengan kurangnya kampanye publik tentang masker yang lebih baik. Terlebih lagi, tidak ada dorongan bersama untuk benar-benar memproduksi massal dan mendistribusikan massal masker kaliber yang lebih tinggi ini.
Petugas kesehatan memiliki masker yang secara profesional diuji kesesuaiannya setiap tahun untuk memastikan mereka membuat segel yang tepat. Dhillon tidak melihat ini sebagai hambatan utama. ”Mengajari orang untuk memasang masker yang lebih efektif, meskipun tidak 100 persen sempurna, adalah sesuatu yang sangat bisa dilakukan,” kata Dhillon.
Menurut Donald Milton, profesor kesehatan lingkungan di Universitas Maryland, AS, kunci untuk memahami ancaman penularan melalui embusan napas adalah dengan mengonseptualisasikan ancamannya melalui asap rokok yang keluar dari mulut atau hidung para perokok.
Dia mengatakan, adanya ventilasi atau saluran udara akan membantu. Tetapi, jika Anda berada di antara orang yang bernapas (dalam hal ini perokok) dan saluran udara, virus masih akan bisa menjangkau. ”Di sinilah peran masker yang bagus menjadi sangat penting,” katanya.
Milton dan Dhillon sangat optimistis bahwa di Amerika Serikat permohonan mereka agar ada standardisasi masker akan segera menjadi kebijakan di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. Kantor berita CNN, pekan lalu, melaporkan, Pemerintah AS sedang mengerjakan standar masker resmi pertama.
Sebelum pandemi, Milton dan ilmuwan aerosol lainnya yang mempelajari flu menyimpulkan bahwa flu juga ditularkan dari tetesan kecil dari suara dan pernapasan biasa. Peran bersin, batuk, dan penularan dari permukaan lebih kecil daripada yang diperkirakan.
Penemuan mereka memicu kontroversi pada saat itu. Tetapi, kemunculan wabah Covid-19 telah memperbarui minat dalam penelitian soal masker. Kelak, meski pandemi Covid-19 sudah surut, kebiasaan mengenakan masker bisa menjadi pemandangan umum selama musim flu yang sulit. (AFP)