China Pilih Praktikkan Multilateralisme dengan Tindakan Pragmatis
China tidak ingin semata mempertahankan nilai inti dan prinsip dasar multilateralisme.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah China menyatakan komitmennya pada keterbukaan dan inklusivitas dan bukan eksklusivitas atau pengecualian secara global. Praktik multilateralisme yang dipilih China adalah melalui aneka tindakan pragmatis.
Di tengah pandemi Covid-19, misalnya, China berjanji terus berpartisipasi aktif dalam kerja sama internasional melawan pandemi. Vaksin Covid-19 di mata Beijing harus menjadi barang publik global yang dapat benar-benar diakses dan terjangkau oleh masyarakat seluruh negara di dunia.
Hal itu disampaikan Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian, dalam pernyataan pers tahunan yang digelar secara daring di Jakarta, Selasa (9/2/2021). Xiao menyampaikan sejumlah topik terkait posisi dan perkembangan China terkait pandemi Covid-19 serta hubungan bilateral China-Republik Indonesia.
”Kami akan terus menerapkan strategi keterbukaan yang saling menguntungkan, khususnya memanfaatkan keunggulan pasar dan potensi permintaan domestik yang sangat besar, agar membawa lebih banyak peluang kerja sama antarnegara, serta mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi global,” kata Xiao.
Xiao mengutip pernyataan Presiden China, Xi Jinping, pada Forum Ekonomi Dunia awal tahun ini. Disebutkan, China bertekad mempertahankan dan mempraktikkan maltilateralisme, serta mempromosikan pembentukan Komunitas Senasib Sepenanggungan Manusia.
Kala itu Xi mengatakan, multilateralisme abad ke-21 hendaknya mengutamakan inovasi dan integritas serta berorientasi masa depan. Tidak semata mempertahankan nilai inti dan prinsip dasar multilateralisme, multilateralisme juga berlandaskan perubahan konfigurasi dunia dan fokus pada kebutuhan menanggapi tantangan global.
Dalam kerangka multilateralisme, menurut Xiao, China akan tetap berkomitmen pada keterbukaan dan inklusivitas, bukan eksklusivitas atau pengecualian. China juga tetap berkomitmen pada dasar hukum internasional daripada hanya meninggikan diri.
”Kami harus tetap berkomitmen pada konsultasi dan kerja sama daripada konflik dan konfrontasi. Kami harus tetap berkomitmen untuk mengikuti perkembangan zaman daripada menolak perubahan,” kata Xiao.
Tindakan dukungan multilateralisme pragmatis diwujudkan China dalam dinamika melawan pandemi Covid-19. Xiao menegaskan tekad China untuk terus berpartisipasi aktif dalam kerja sama internasional melawan pandemi. Hal itu, antara lain, mewujud dalam kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan, serta produksi dan distribusi vaksin Covid-19.
Beijing ingin menjadikan Covid-19 sebagai barang publik global yang benar-benar diakses dan terjangkau oleh masyarakat semua negara.
Menurut Xiao, China adalah negara pertama yang berjanji menjadikan vaksin sebagai barang publik global. China sedang memberikan vaksin bantuan kepada 14 negara berkembang termasuk Pakistan. Selanjutnya bantuan vaksin akan diberikan kepada 38 negara berkembang lainya.
China juga telah resmi bergabung dengan COVAX dan sedang berkomunikasi erat dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sponsor lain dari rencana itu. Harapannya adalah menjadikan vaksin benar-benar sebagai barang publik global dan lebih mudah diakses negara-negara berkembang.
”Atas permintaan WHO, kami memutuskan untuk mendonasikan 10 juta dosis vaksin kepada COVAX, terutama untuk memenuhi keputuhan mendesak negara-negara berkembang. Inilah langkah penting lainnya yang kami ambil untuk mendorong distribusi vaksin yang adil,” kata Xiao.
Terkait hubungan bilateral antara China-Indonesia, Xiao menyampaikan apresiasi pada Pemerintah RI. Pada saat kritis China melawan pandemi, Pemerintah Indonesia menyediakan pasokan medis untuk membantu Beijing.
Kami bersedia memperdalam kerja sama dengan Indonesia untuk melawan pandemi, mendorong kerja sama penelitian dan pengembangan, produksi dan pengadaan vaksin, mendukung Indonesia dalam pembangunan pusat produksi vaksin regional, dan mendorong pembangunan Komunitas Kesehatan Manusia.
Setelah merebaknya pandemi di Indonesia, China segera menawarkan bantuan medis dan berbagi pengalaman diagnosis dan perawatan tanpa reservasi.
Beijing pun ditegaskan Xiao mendukung posisi Indonesia sebagai bagian dari mata rantai pasokan produksi vaksin Covid-19. Diharapkan Indonesia akan menjadi hub penyaluran vaksin Covid-19 di kawasan.
”Kami bersedia memperdalam kerja sama untuk melawan pandemi dengan Indonesia, mendorong kerja sama penelitian dan pengembangan, produksi dan pengadaan vaksin, mendukung Indonesia dalam pembangunan pusat produksi vaksin regional, dan mendorong pembangunan Komunitas Kesehatan Manusia,” kata Xiao. (BEN)