Tim WHO Mencoba Satukan Kepingan Informasi Asal-usul Covid-19
Tim penyelidik WHO berusaha mengumpulkan kepingan informasi untuk menelusuri asal-usul virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, selama berada di Wuhan. Pekerjaan ini tak ideal dilakukan setahun setelah pandemi berlangsung.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WUHAN, RABU — Tim penyidik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berupaya menyatukan kepingan informasi mengenai asal-usul penyakit Covid-19 selama kunjungan mereka ke Wuhan, China, di tengah harapan warga dunia mengetahui sumber sebenarnya penyakit yang telah menewaskan lebih dari 2 juta orang ini dan menginfeksi ratusan juta orang. Dengan kondisi lapangan tidak ideal, tim juga tidak bisa menghindari tekanan atas hasil kerja mereka.
Setelah selama beberapa hari berkeliling ke beberapa lokasi, tim penyidik yang terdiri dari para ahli di bidang kedokteran hewan, virologi, keamanan pangan, dan epidemiologi dari 10 negara, Rabu (3/2/2021), mengunjungi Laboratorium Virologi Wuhan, lokasi yang selama ini dicurigai menjadi sumber kemunculan virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19.
Selama lebih dari tiga jam, di bawah pengamanan ketat aparat Pemerintah China, para ahli berada di laboratorium dan bertemu dengan Wakil Direktur Institut Virologi Wuhan Shi Zhengli yang mengelola laboratorium itu. Selain itu, menurut media Pemerintah China, Global Times, tim penyidik juga mengunjungi Laboratorium P4, laboratorium dengan keamanan maksimum pertama di Asia untuk menangani patogen kelas 4 (P4) seperti virus ebola.
Wakil ketua tim, Peter Daszak, yang merupakan Presiden Aliansi EcoHealth, ketika tiba di lokasi mengaku menantikan kunjungan ini. ”Saya menantikan hari yang sangat produktif, bertemu orang-orang penting di sini dan menanyakan semua pertanyaan penting yang perlu ditanyakan,” kata Daszak.
Daszak dan Shi sebelumnya pernah bekerja sama untuk melacak asal-usul virus SARS yang berasal dari China dan menyebabkan wabah pada 2003. Hubungan kerja yang sudah lama diharapkan mempermudah kerja tim untuk memperoleh data tentang asal-usul virus SARS-CoV-2.
Laboratorium yang dipimpin Shi menjadi pusat perhatian karena mereka menyimpan arsip informasi genetik tentang virus korona yang berasal dari kelelawar penyebab wabah SARS, hampir dua dekade lalu. Tidak hanya itu, laboratorium dan Shi menjadi pusat perhatian dunia pada Juni 2020 setelah wawancaranya dimuat di majalah Scientific American yang menyebutkan adanya kekhawatiran tentang apakah virus telah bocor dari fasilitas tersebut.
Namun, dalam pemeriksaan selanjutnya, menurut Shi, terungkap bahwa tidak ada urutan gen yang cocok dengan yang dipegang oleh laboratorium. Shi dalam wawancara tersebut mengungkapkan bahwa dirinya tidak bisa tidur selama berhari-hari karena kekhawatirannya itu.
Namun, seusai pertemuan, anggota tim tidak banyak berbicara kepada para jurnalis yang telah menanti di luar. Thea Fischer, anggota tim asal Denmark, hanya berujar sekilas, ”Sangat menarik. Banyak pertanyaan.”
Nguyen-Viet, anggota tim yang juga merupakan Wakil Direktur Program Kesehatan Hewan dan Manusia di Institut Penelitian Ternak Internasional Nairobi, mengatakan, memulai penyelidikan setelah lebih dari satu tahun pandemi berlangsung tidaklah ideal. Dia memandang akan lebih baik bagi tim WHO untuk melakukan penyelidikan awal sedini mungkin. Meski begitu, dia menyatakan, misi berjalan dengan baik.
Nguyen-Viet menjelaskan, dirinya dan tim mempelajari berbagai latar belakang dari temuan kasus yang berbeda-beda di beberapa lokasi di Wuhan. ”Hal itu membantu saya membangun cerita dan lebih memahami konteks pasar itu,” kata Nguyen-Viet.
Dia menambahkan, adalah sangat sulit baginya dan tim untuk menyatukan kepingan-kepingan informasi tersebut dalam waktu yang sangat singkat dan dilakukan setelah pandemi berlangsung hampir setahun lebih. ”Sangat tidak mungkin (dalam) misi sesingkat itu, (kami) akan memiliki pemahaman yang sangat maju atau jawaban pasti atas pertanyaan itu. Jadi, saya pikir kita perlu bersabar. Kami sedang dalam proses dan butuh waktu serta usaha untuk memahaminya,” ujar Nguyen-Viet.
WHO, yang berusaha mengatur ekspektasi untuk misi tersebut, mengatakan kegiatan anggotanya terbatas pada kunjungan yang diselenggarakan oleh tuan rumah China dan tidak memiliki kontak dengan anggota masyarakat karena pembatasan kesehatan. Tim, berdasarkan laporan Shi, tidak akan mengunjungi goa-goa terpencil di Provinsi Yunnan, lokasi ditemukannya virus RaTG13, kerabat virus terdekat dengan virus SARS-CoV-2 yang ditemukan pada kotoran kelelawar.
Konfirmasi asal-usul virus kemungkinan membutuhkan waktu bertahun-tahun. Menentukan reservoir hewan wabah biasanya membutuhkan penelitian yang mendalam, termasuk pengambilan sampel hewan, analisis genetik, dan studi epidemiologi. Salah satu kemungkinannya adalah pemburu satwa liar mungkin menularkan virus kepada pedagang yang membawanya ke Wuhan.
Nguyen-Viet—yang mengakui tim merasakan tekanan politik global—mencoba meredam ekspektasi banyak pihak agar tim ini bisa bekerja dan mengeluarkan hasil secepat mungkin.
”Ini proses yang berkelanjutan. Kami fokus pada pekerjaan kami dan kami akan melihat apa yang keluar dari misi ini,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)