Vaksin Covid-19 Disebut Efektif terhadap Semua Varian Virus Korona
Menteri Distribusi Vaksin Inggris Nadhim Zahawi menyebut, vaksin Covid-19 yang ada saat ini bisa untuk melawan semua varian virus. Meski banyak varian, hanya sedikit mutasi yang mengubah virus itu secara signifikan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
LONDON, KAMIS — Terdapat sekitar 4.000 varian virus korona di seluruh dunia saat ini. Hal itu mendorong raksasa farmasi global, seperti Pfizer Inc dan AstraZeneca Plc, terus meningkatkan vaksin yang mereka kembangkan. Vaksin Covid-19 yang ada sekarang disebut masih efektif untuk melawan semua varian baru virus korona yang muncul.
Ribuan varian virus korona penyebab Covid-19 telah didokumentasikan saat virus itu bermutasi, termasuk yang teridentifikasi di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil, yang lebih mudah menyebar dibandingkan varian lain. Menteri Distribusi Vaksin Inggris Nadhim Zahawi mengatakan, vaksin Covid-19 yang ada saat ini masih bisa digunakan untuk melawan varian baru itu.
”Sangat kecil kemungkinannya bahwa vaksin yang ada sekarang tidak akan efektif melawan varian-varian baru virus korona tersebut, terutama dalam mengurangi tingkat keparahan dan rawat inap,” kata Zahawi kepada Sky News, Kamis (4/2/2021).
”Semua produsen, Pfizer-BioNTech, Moderna, Oxford-AstraZeneca, dan yang lainnya, terus mencari cara meningkatkan kualitas vaksin mereka untuk memastikan bahwa kita siap menghadapi semua varian. Ada sekitar 4.000 varian di dunia saat ini,” ujar Zahawi.
Berdasarkan British Medical Journal, ketika bereplikasi di dalam tubuh, virus korona bermutasi dan di situlah muncul ribuan varian baru. Meski banyak, hanya sedikit mutasi yang mengubah virus itu secara signifikan.
Varian virus korona dari Inggris, yang dikenal dengan VUI-202012/01, memiliki mutasi, termasuk perubahan protein permukaannya yang dipakai untuk mengikat reseptor ACE2 pada tubuh manusia yang membuatnya lebih mudah menyebar.
”Kita punya industri pengurutan genom terbesar–sekitar 50 persen industri pengurutan genom dunia–dan kita mempunyai koleksi semua varian sehingga kita siap untuk merespons, baik di musim gugur maupun sesudahnya,” ujar Zahawi.
Berdasarkan catatan kasus oleh Johns Hopkins University, virus korona baru penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, telah menewaskan 2,2 juta lebih penduduk dunia sejak teridentifikasi pertama kali di China akhir tahun 2019.
Setelah hampir setahun pandemi berjalan, berbagai konsorsium riset telah berhasil mengembangkan vaksin Covid-19. Hal ini memperlihatkan kecepatan pengembangan vaksin yang luar biasa. Umumnya dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan vaksin yang aman dan berkhasiat.
Israel kini menjadi negara dengan rasio vaksin per penduduk tertinggi di dunia, disusul oleh Uni Emirat Arab (UEA), Inggris, Bahrain, Amerika Serikat, Spanyol, Italia, dan Jerman.
Sementara itu, Inggris meluncurkan uji klinis untuk menilai respons imun yang dihasilkan dari kombinasi suntikan vaksin Covid-19 dari Pfizer dan AstraZeneca dalam pemberian dua dosis.
Para peneliti yang melakukan uji klinis ini mengatakan, data dari orang yang divaksin dua dosis vaksin Covid-19 yang berbeda akan membantu memahami apakah vaksinasi Covid-19 bisa dilakukan lebih fleksibel. Data awal respons imun partisipan kemungkinan sudah dapat diperoleh, sekitar bulan Juni mendatang.
Uji klinis ini akan menguji respons imun dari pemberian satu dosis vaksin Covid-19 Pfizer yang diikuti oleh dosis kedua, yaitu vaksin dari AstraZeneca sebagai penguat (booster) dengan interval empat dan 12 minggu. Uji klinis juga dilakukan dengan urutan pemberian sebaliknya, dosis pertama vaksin AstraZeneca diikuti dosis kedua vaksin Pfizer.
”Studi ini akan memberikan kita wawasan yang lebih luas soal bagaimana kita memanfaatkan vaksin untuk mengalahkan penyakit ini,” kata Wakil Ketua Tenaga Medis Inggris Jonathan Van Tam. (REUTERS)