Korsel-AS Tingkatkan Aliansi Strategis untuk Perdamaian Semenanjung Korea
Moon Jae-in yang telah menawarkan diri sebagai mediator AS dan Korea Utara tengah menghadapi tantangan. Komunikasi Washington dan Pyongyang macet sejak pertemuan terakhir antara Donald Trump dan Kim Jong Un.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SEOUL, KAMIS — Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, pada Kamis (4/2/2021), berjanji meningkatkan aliansi dengan Amerika Serikat. Kedua negara bersepakat menyiapkan strategi bersama secara komprehensif dalam menghadapi dinamika di Semenanjung Korea.
Janji Seoul dan kesepakatan kedua pihak itu diungkapkan Kantor Presiden Korsel seusai perbincangan melalui saluran telepon antara Moon dengan Presiden AS Joe Biden. Panggilan telepon itu adalah jalinan komunikasi secara langsung pertama antara kedua pemimpin itu sejak Biden dilantik sebagai presiden pada 20 Januari lalu. Moon yang telah menawarkan untuk menjadi mediator antara AS dan Korea Utara tengah menghadapi tantangan. Komunikasi Washington dan Pyongyang macet sejak pertemuan terakhir antara Presiden Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong Un.
Moon dan Biden menegaskan perlunya menyiapkan strategi yang komprehensif terkait dinamika yang melibatkan Korut. Juru Bicara Kepresidenan Korsel Kang Min-seok mengatakan, hal itu diperlukan semata-mata guna menjalani misi denuklirisasi Semenanjung Korea. ”Presiden Biden menilai upaya Korsel adalah negara kunci yang terlibat untuk menyelesaikan masalah di Semenanjung Korea, dan mengatakan akan bekerja erat dengan Korsel menuju tujuan bersama,” kata Kang.
Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Biden menekankan komitmennya untuk memperkuat aliansi AS-Korsel. Kedua negara telah sepakat untuk berkoordinasi erat dengan Korut. Pada pertemuan puncak yang digelar tahun 2018 lalu, Kim Jong Un dan Presiden Trump setuju untuk bekerja menuju denuklirisasi Semenanjung Korea. Namun, pertemuan puncak kedua dan pembicaraan tingkat kerja yang digelar berikutnya berantakan.
Moon juga menyambut baik apa yang ia gambarkan sebagai ”kembalinya Amerika” di tengah meningkatnya aneka tantangan global, yakni pandemi Covid-19, perubahan iklim, dan polarisasi ekonomi.
Moon juga menyambut baik apa yang ia gambarkan sebagai ”kembalinya Amerika” di tengah meningkatnya aneka tantangan global, antara lain pandemi Covid-19, perubahan iklim, dan polarisasi ekonomi. Biden sebelumnya telah mengatakan, respons terhadap perubahan iklim akan menciptakan lapangan kerja baru. Adapun Moon telah memperkenalkan Green New Deal ambisiusnya yang bertujuan sebagai langkah pemulihan ekonomi dari tekanan hebat akibat pandemi Covid-19.
Aljazeera menyebutkan, percakapan kedua pemimpin itu berlangsung selama setengah jam. Kedua pemimpin juga sepakat untuk mengembangkan aliansi ”komprehensif dan strategis” untuk mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia, dan multilateralisme di dunia, di luar Semenanjung Korea dan kawasan Indo-Pasifik. Sebelum dilantik sebagai presiden, Biden telah menyebut Korsel sebagai negara yang penting dalam menjaga keamanan dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik.
Gedung Putih menyebutkan, Biden dan Moon juga membahas persoalan kudeta militer di Myanmar. Kedua negara sepakat dengan kebutuhan segera untuk pemulihan demokrasi di Myanmar seusai kudeta awal pekan ini. Namun, tidak disebutkan langkah-langkah apa yang akan diambil keduanya terkait persoalan itu. Kedua pemimpin itu juga menyinggung soal Jepang. Keduanya berbagi pandangan bahwa peningkatan hubungan Seoul-Tokyo sangat penting demikian halnya penguatan kemitraan keamanan trilateral ketiganya.
Moon pernah berkomunikasi melalui telepon sebelumnya dengan Biden pada November lalu. Hal itu dilakukan setelah Biden memastikan kemenangannya dalam pemilu menghadapi Trump. Kala itu, Moon juga telah berjanji untuk mempromosikan hubungan ekonomi antara Korsel dan AS yang lebih erat dengan membangun ekonomi bersih atau netral karbon.
Moon saat itu meminta pemerintahan baru AS di bawah Biden dapat memanfaatkan pencapaian dan sekaligus belajar dari kegagalan Presiden Trump dalam mengelola dinamika di Semenanjung Korea. Moon juga berharap Biden dapat memulai kembali pembicaraan antara Washington dan Pyongyang yang masih buntu di bawah pemerintahan Trump. Pada pemerintahan AS di bawah Trump, Moon telah melobi keras untuk membantu mengatur pelaksanaan tiga pertemuan puncak antara Trump dan Kim Jong Un.
Upaya keras Moon, yang berhaluan liberal dan juga putra pengungsi dalam Perang Korea, sempat membuahkan hasil. Trump beberapa kali bertemu langsung dengan Kim. Namun, kelindan diplomasi mereka masih menemui jalan buntu karena ketidaksepakatan dalam negosiasi soal pelonggaran sanksi AS berkaitan dengan pelucutan senjata nuklir Korut.
Sejak menjabat, Biden juga telah berbicara melalui telepon dengan para pemimpin negara. Sebelum dengan Korsel, Biden, antara lain, diwartakan berbincang dengan pemimpin Kanada, Meksiko, Inggris, Rusia, dan Jepang. Biden diperkirakan akan mengadakan pertemuan tatap muka pertamanya dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau bulan ini. (AP/REUTERS)