Pakar Utama WHO Selidiki Fasilitas Kesehatan Hewan Wuhan
Perjalanan penelitian tim independen WHO berlanjut ke pusat kesehatan hewan di kota Wuhan. Tim itu sebelumnya telah mengunjungi rumah sakit utama, pusat pengendalian penyakit regional, dan pasar makanan laut Huanan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WUHAN, SELASA — Tim ahli kesehatan yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meneliti fasilitas pusat kesehatan hewan di pusat kota Wuhan, China, Selasa (2/2/2021). Peter Ben Embarek, pakar utama WHO untuk penyakit yang berasal dari hewan, termasuk dalam tim itu dalam usaha mencari petunjuk asal-usul pandemi Covid-19.
Tim independen WHO itu sebelumnya telah mengunjungi rumah sakit utama, pusat pengendalian penyakit regional, dan pasar makanan laut Huanan di Wuhan. Tempat-tempat tujuan penelitian itu adalah tempat yang diduga terkait langsung dengan asal mula dan jaringan penyebaran awal Covid-19. Tim WHO berkejaran dengan waktu dengan alokasi kunjungan langsung ke China hanya diberi waktu dua pekan.
”Sebuah perjalanan yang sangat baik, luar biasa,” kata Peter Daszak, Presiden EcoHealth Alliance yang menjadi salah satu anggota tim WHO itu.
Daszak menanggapi pertanyaan secara singkat beberapa saat sebelum memasuki pusat kesehatan hewan tersebut.
Pusat kesehatan hewan yang memerangi epidemi pada hewan dan terletak di Provinsi Hubei itu diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana virus korona tipe baru dapat menular pada manusia. Kemungkinan adanya spesies perantara juga diteliti oleh tim WHO tersebut. Terlihat dalam tim yang mengunjungi pusat itu adalah Peter Ben Embarek. Ia adalah pakar utama WHO untuk urusan zoonosis atau penyakit/infeksi yang ditularkan oleh hewan pada manusia. Embarek bersama para anggota tim lain terlihat mengenakan setelan alat pelindung diri memasuki pusat itu.
Pejabat darurat WHO, Mike Ryan, mengatakan, penyelidikan tim WHO mungkin tidak menemukan semua jawaban atas asal-usul Covid-19. Hal itu menggambarkan misi tersebut layaknya ”cerita detektif” yang terus menimbulkan pertanyaan baru. Namun, atas nama WHO, ia mengecam para kritikus atas penyelidikan terhadap asal-usul pandemi Covid-19.
Ia pun menantang mereka yang mengaku lebih tahu untuk maju dan menunjukkan bukti-bukti temuan mereka. ”Jika Anda memiliki jawabannya, tolong beri tahu kami,” kata Ryan dalam konferensi pers dari markas besar WHO di Geneva, Swiss.
China harus meningkatkan dan memastikan bahwa mereka transparan, menyediakan informasi dan berbagi informasi, memberikan akses kepada para ahli dan pengawas internasional.
Ryan menanggapi pertanyaan yang merujuk pada pernyataan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Blinken kepada media NBC pada awal pekan ini menyatakan China cenderung tidak terbuka dalam upaya penyelidikan asal-usul Covid-19.
”China harus meningkatkan dan memastikan bahwa mereka transparan, menyediakan informasi dan berbagi informasi, memberikan akses kepada para ahli dan pengawas internasional,” kata Blinken.
Misi WHO datang ke China dengan beban politik yang berat. Otoritas China sebelumnya menolak kedatangan dan akses tim selama di China. Masih banyak tanda tanya tentang apa yang dapat ditemukan para ahli di tempat yang sudah berselang setahun sejak pandemi Covid-19 dimulai. Ryan mengatakan tim WHO di lapangan pantas mendapatkan dukungan internasional dalam upaya-upayanya.
Vaksin palsu
Secara terpisah di China, kepolisian setempat dilaporkan telah menangkap lebih dari 80 orang yang diduga memproduksi vaksin Covid-19 palsu.
Media Xinhua menyebutkan polisi menyerbu beberapa lokasi di Beijing dan beberapa kota di Provinsi Jiangsu dan Shandong, menyita lebih dari 3.000 vaksin Covid-19 palsu.
Langkah kepolisian itu diambil di tengah gencarnya China menggelar program vaksinasi, khususnya menjelang perayaan hari raya Imlek bulan ini.
Xinhua menyebutkan polisi belum mengungkapkan berapa banyak vaksin palsu yang telah dipasarkan. Namun, polisi dipastikan telah berhasil mengungkap tempat produksi sekaligus tempat terakhir pemasaran vaksin-vaksin palsu itu.
Kelompok pemroduksi vaksin palsu itu diduga telah memasukkan air garam ke dalam botol dan menjualnya sebagai vaksin Covid-19. Praktik ilegal itu telah dilakukan sejak September tahun lalu.
Seiring dengan upaya China meningkatkan kampanye vaksin, pihak berwenang negara itu telah berulang kali meyakinkan publik tentang keamanan dan kemanjuran vaksin. Namun, pemerintah sejauh ini memang tidak pernah merilis hasil uji klinis vaksin-vaksin yang diproduksi perusahaan asal China.
Vaksin perusahaan milik negara, Sinopharm, telah disetujui oleh regulator China untuk digunakan secara umum pada Desember tahun lalu.
Sejak Covid-19 muncul pada 2019, China telah mendakwa ribuan orang dengan kejahatan terkait pandemi. Termasuk di dalamnya adalah tindakan kejahatan karena menyebarkan rumor, menyembunyikan kasus dan status terkonfirmasi positif Covid-19, serta tidak mematuhi pedoman protokol kesehatan. Penindakan terkait vaksin dan penggunaan vaksin palsu adalah tindakan terbaru yang dilakukan China. (AFP/REUTERS)