Kabar menggembiraka bagi para pengidap HIV-AIDS, vaksin Novavax memiliki tingkat efikasi hingga 60 persen. Kabar ini menggembirakan, terutama bagi para ODHA di Afrika Selatan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
CAPE TOWN, SABTU — Kabar bahwa vaksin Covid-19 yang diproduksi Novavax Inc memiliki efikasi sekitar 60 persen pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dan memiliki kemampuan melawan varian virus SARS-CoV-2 yang tengah berkembang di Afrika Selatan disambut baik banyak kalangan. Meski begitu, studi lanjutan terus didorong.
Hasil studi kecil Novavax Inc negara itu menunjukkan bahwa vaksin itu bekerja baik meski tidak sebaik di Inggris yang memiliki efektivitas hampir 96 persen melawan virus SARS-CoV-2 yang orisinil dan 86 persen efektif melawan variasi virus tersebut. Namun, meski efikasi itu hanya 60 persen pada ODHA di Afsel, angka itu tetap disambut baik di negara yang memiliki 7,7 juta orang hidup dengan HIV-AISD.
”Sangat diperlukan untuk memperoleh data penyakit-penyakit kronis, termasuk HIV, karena banyak calon vaksin ini diuji pada orang yang umumnya sehat yang berarti kita membutuhkan waktu sekitar tiga hingga lima tahun untuk mempelajari efek samping pada orang dengan penyakit kronis,” kata Ketua Asosiasi Mesis Afsel Angelique Coetzee.
Dia menambahkan, hasil penelitian itu membuat mereka memiliki data bagaimana kerja vaksin Covid-19 apabila diberikan pada ODHA. Dia menyarankan agar studi seperti ini dilakukan pada jumlah yang lebih banyak.
Menurut Coetzee, perlu ada urgensi dalam menetapkan kemanjuran vaksin lain terhadap varian baru di Afrika Selatan karena sudah berdampak negatif pada negara. Masih banyak hal yang belum diketahui dokter atau tenaga kesehatan di Afrika Selatan mengenai varian baru yang lebih menular di negara ini.
Informasi soal efektivitas Novavax terhadap ODHA juga disambut baik Komisi untuk Kesehatan Gender. ”Ini melegakan kami di sub-Sahara Afrika dan Afrika Selatan khususnya, dengan mayoritas orang HIV-positif adalah perempuan. Kami berharap melalui tes dan penelitian lebih lanjut, efisiensi ODHA bisa lebih dari 80 persen,” kata juru bicara komisi Javu Baloyi.
Tidak hanya Novavax yang mengumumkan efikasi vaksinnya, Johnson & Johnson juga mengumumkan efikasi vaksin buatan mereka yang mencapai 66 persen. Namun, perusahaan itu tidak menjelaskan tingkat perlindungan vaksin dari varian baru di Afrika Selatan. Namun, pada saat yang sama, para ahli memuji bahwa vaksin ini mampu mencegah 85 persen kasus Covid-19 di semua wilayah geografis.
Di Amerika Seriakt, efektivitasnya untuk membantu kesembuhan pasien Covid-19 dengan gejala ringan, sedang, dan berat mencapai 72 persen. Di Amerika Latin, sedikit turun menjadi 66 persen, sedangkan di Afsel 57 persen. Johnson & Johnson tengah mengupayakan otorisasi darurat kepada Pemerintah AS agar bisa digunakan.
Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, didorong data tersebut, Presiden AS Joe Biden akan melakukan evaluasi tersendiri.
Meskipun vaksin Johnson & Johnson tidak begitu protektif, vaksin yang dikembangkan perusahaan ini memiliki keunggulan dalam hal penyimpanan dan pendistribusian. Vaksin Johnson & Johnson hanya membutuhkan satu suntikan dan dapat disimpan hingga tiga bulan dalam tempat penyimpanan dengan suhu antara 2-8 derajat celsius, lebih baik dibandingkan Pfizer dan Moderna.
”Fakta kami memiliki vaksin dosis tunggal yang 66 persen efektif dan sangat efektif melawan penyakit parah, masih berhasil,” kata Amesh Adalja, seorang sarjana senior di Johns Hopkins Center for Health Security. Dia meyakini, vaksin mereka akan membantu Pemerintah AS mencapai target 100 juta vaksinasi dalam 100 hari pertama pemerintahan Presiden Biden.
Ancaman Uni Eropa
Uni Eropa, Jumat (29/1/2021), menarik ancaman untuk membatasi ekspor vaksin ke Irlandia Utara terkait perselisihan dengan Inggris. Sebelumnya, UE mengancam akan membatasi ekspor vaksin ke Irlandia Utara. UE memutuskan menarik kembali ancamannya setelah Perdana Menteri Boris Johnson menyuarakan keprihatinan besar dan peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal nasionalisme vaksin.
Komisioner Komisi UE, dalam pernyataannya akan memastikan ”bahwa Protokol Irlandia atau Irlandia Utara tidak terpengaruh”.
Itu terjadi setelah UE merilis versi kontraknya yang telah disunting dengan AstraZeneca, sambil mengumumkan mekanisme yang memungkinkannya menolak ekspor vaksin yang dibuat di Eropa
”Saya berharap perusahaan (AstraZeneca) memberi 400 juta dosis sesuai kesepakatan,” cuit Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Pada hari yang sama, UE menyetujui penggunaan vaksin yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca untuk digunakan pada semua orang dewasa. Vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford menjadi yang ketiga mendapatkan persetujuan UE setelah Pfizer/BioNTech dan Moderna.(AP/AFP/REUTERS)