Afrika Meminta Negara Kaya Tidak Menimbun Vaksin Covid-19
Afrika masih berjuang memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 untuk bisa memulai program vaksinasi bagi 1,3 miliar penduduknya. Negara kaya diminta agar tidak menimbun vaksin.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
SIPHIWE SIBEKO/POOL/AFP
Salah satu ahli kesehatan di Afrika Selatan sedang menerima suntikan uji coba vaksin Covid-19 dari Oxford/AstraZeneca di rumah sakit Baragwanath di Soweto, Afrika Selatan, 24 Juni 2020. Negara-negara Afrika sampai sekarang masih berjuang mendapatkan jumlah pasokan vaksin yang cukup untuk memvaksin 1,3 miliar penduduknya.
JOHANNESBURG, RABU — Pemimpin negara-negara Uni Afrika sekaligus Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa meminta negara-negara kaya untuk tidak menimbun kelebihan pasokan vaksin Covid-19. Ia juga meminta agar produksi vaksin dunia dibagikan secara lebih merata.
Negara-negara di Afrika sampai sekarang masih berjuang mendapatkan jumlah pasokan vaksin yang cukup untuk bisa memulai program vaksinasi bagi 1,3 miliar penduduknya.
Ramaphosa, yang memimpin persatuan 54 negara di Afrika itu, Selasa (26/1/2021), mengatakan, seluruh dunia membutuhkan mereka yang menimbun vaksin Covid-19 untuk rela memberikan ke negara-negara lain yang juga sama-sama membutuhkan.
”Negara-negara kaya menimbun banyak vaksin. Bahkan, ada yang menimbun sampai empat kali lipat dari yang dibutuhkan,” kata Ramaphosa dalam pertemuan virtual Forum Ekonomi Dunia (WEF).
Sebuah kendaraan militer berpatroli di jalan dekat Autonomous Refrigeration Authority of Casablanca (ARFC), di distrik pinggiran Casablanca, Maroko, Jumat, 22 Januari 2021. Maroko menerima paket kiriman pertama 2 juta dosis Covishield, vaksin yang dikembangkan laboratorium AstraZeneca di India. Vaksin disimpan di ARFC dengan pengawasan ketat aparat keamanan.
Aliansi Vaksin Internasional Gavi menyebutkan, vaksin yang dipesan negara-negara kaya mencapai ratusan miliar dosis. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, pekan lalu, menilai, akses yang tidak adil pada vaksin merupakan kegagalan moral yang luar biasa.
”Wajar jika negara-negara mau mengutamakan melindungi warganya sendiri. Namun, vaksin akan lebih efektif jika kita bisa memvaksin sebagian orang di semua negara ketimbang semua orang di satu negara saja,” ujarnya.
Sampai sejauh ini Uni Afrika sudah mendapatkam 270 juta dosis sebagai tambahan untuk 600 juta dosis vaksin yang diperoleh dari skema distribusi vaksin Covax yang dikoordinasi WHO dan Gavi.
Vaksin itu kemungkinan akan tersedia tahun ini karena belum ada satu dosis pun yang sampai di Afrika. Berbeda dengan Eropa, Asia, dan Amerika yang sudah memulai program vaksinasinya.
AP PHOTO/THEMBA HADEBE
Seorang petugas kesehatan melintasi bagian luar toko obat di Alberton, dekat Johannesburg, Afrika Selatan, Kamis, 7 Januari 2021. Afrika Selatan mengimpor 1,5 juta dosis vaksin AstraZeneca, tetapi itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan vaksin bagi penduduknya.
Contohnya, Inggris yang sudah memesan 367 juta dosis dari tujuh vaksin yang berbeda bagi sekitar 67 juta penduduknya. Beberapa vaksin sudah mendapat izin dan masih ada yang masih berstatus calon vaksin.
Sementara Uni Eropa sudah menyimpan sekitar 2,3 miliar dosis bagi 450 juta jiwa. ”Kami hanya mau melindungi rakyat Inggris, tetapi memang vaksin harus tersedia untuk seluruh dunia,” kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock dalam diskusi daring dengan lembaga kajian Chatham House.
Inggris ikut terlibat sebagai negara donor vaksin di program Covax sekaligus memesan vaksin dalam jumlah besar di luar program itu.
CEO Gavi, Seth Berkley, memperkirakan negara-negara kaya sudah memesan lebih dari 800 juta dosis tambahan dan bisa membeli sampai 1,4 miliar dosis. ”Jumlahnya memang agak mengejutkan. Orang belum tahu vaksin mana yang akan efektif sehingga mereka lebih memilih membeli lebih banyak,” ujarnya.
AFP/JUSTIN TALLIS
Foto ini diambil pada 17 November 2020. Tampak empat ampul vaksin dipasangi stiker bertuliskan vaksin Covid-19 dengan latar belakang logo perusahaan farmasi AS Pfizer.
Covax sudah siap menerima donasi kelebihan dosis vaksin dengan cara membeli atau ikut masuk dalam antrean agar vaksin tersedia cepat. Afrika Selatan yang merupakan negara berpenghasilan menengah ke atas harus mendanai sendiri partisipasinya di Covax. Jumlah kasus Covid-19 di Afrika Selatan 1,4 juta dengan 41.000 orang meninggal.
Menurut rencana, Afrika Selatan akan menerima 1,5 juta dosis vaksin AstraZeneca/Oxford University yang diproduksi di India pada Januari dan Februari mendatang.
Keterlambatan
Dengan jumlah kasus Covid-19 yang kini mencapai lebih dari 100 juta orang, negara-negara kaya yang mendanai penelitian vaksin menuntut agar vaksin segera diantar. Mereka mulai gusar karena ada keterlambatan pengiriman vaksin.
Kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, Eropa sudah investasi miliaran dollar AS untuk membantu mengembangkan vaksin pertama Covid-19 di dunia. ”Sekarang perusahaan-perusahaan farmasi harus segera mengirim. Mereka harus memenuhi kewajiban mereka,” ujarnya.
AFP/ POOL/ KIRSTY O'CONNOR
Dr Nikki Kanani bersiap untuk mengelola vaksin Oxford University/AstraZeneca Covid-19, di Sunrise Care Home di Sidcup, tenggara London, Inggris, Kamis (7/1/2021).
Komisi Eropa menuntut jawaban dari kelompok perusahaan AstraZeneca Inggris dan Swedia, serta perusahaan Amerika Serikat, Pfizer, terkait keterlambatan pengiriman ke UE.
Ada kekhawatiran perusahaan farmasi menjual vaksin ke pembeli yang menawarkan harga lebih tinggi di luar UE. Kecurigaan ini membuat UE meminta perusahaan untuk memberi tahu ekspor vaksin apa pun di luar UE.
UE akan membuat mekanisme transparansi ekspor vaksin untuk memastikan perusahaan memenuhi kewajiban sesuai dalam kontrak mereka dengan UE. UE juga memastikan vaksin akan tersedia bagi negara-negara miskin non-UE melalui partisipasinya di aliansi Covax. Akan ada jutaan dosis yang tersedia bagi negara-negara miskin.
Seth Berkley dari Aliansi Vaksin, salah satu organisasi yang mencoba memastikan ketersediaan vaksin bagi negara miskin, mengatakan, kini sedang terjadi panik vaksin global karena meningkatnya kasus Covid-19 dan bertambahnya varian baru Covid-19 yang lebih menular. ”Banyak negara yang menghendaki vaksinnya saat ini juga,” ujarnya.
Aliansi Vaksin akan mulai mengirimkan vaksinnya Februari dan kemungkinan bisa mengirimkan 2 miliar dosis pada akhir 2021. (REUTERS/AFP/AP/LUK)