Kebijakan ”Buy American” Pemerintah AS dan Arloji Rolex di Tangan Biden
Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif bertajuk ”Buy American”, yang menginstruksikan pembelian produk-produk yang dibuat di AS, untuk menggairahkan kembali manufaktur di AS yang terpukul oleh pandemi.
Oleh
Mahdi Muhammad dan Benny D Koestanto
·5 menit baca
Ada hal yang mendetail, yang terlewatkan jutaan pasang mata, saat pelantikan Presiden dan Wakil Presiden AS, Joe Biden dan Kamala Harris, Rabu (20/1/2021). Di balik jas hitamnya yang dikenakan Biden saat pelantikan, pada pergelangan tangan kirinya melingkar sebuah jam Rolex Datejust seharga 7.000 dollar AS atau hampir mendekati Rp 99 juta.
Dibandingkan Donald Trump yang memiliki selera mewah dengan merek jam tangan tertentu, seperti Patek Phillipe Golden Ellipse atau Vacheron Constantin, Rolex yang dikenakan Biden mungkin tidak ada apa-apanya. Biden juga bukan presiden AS pertama yang mengenakan Rolex, jam tangan buatan Swiss, di pergelangan tangannya. Beberapa presiden AS sebelumnya, seperti Dwight Eisenhower, Lyndon B Johnson, dan Ronald Reagan, juga memilikinya.
Sejak kepresidenan Bill Clinton, para pemimpin AS cenderung memilih arloji yang lebih bersahaja atau patriotik ketika dikenakan saat pelantikan. Clinton memilih Timex Ironman melingkari pergelangan tangannya saat dilantik. Dia tidak mendapat pujian dari koran The Washington Post, yang setelah pelantikannya pada 1993, menggambarkan arloji Clinton sebagai ”jam tangan digital plastik setebal batu bata dan setampan hernia”.
Penggantinya, George W Bush, bahkan lebih irit lagi. Dia mengenakan jam Timex seharga kurang dari 50 dollar AS atau sekitar Rp 700.000 sekarang ini. Sementara Barack Obama memilih jam tangan Shinola yang diproduksi di Detroit atau Jorg Grey dari California.
Penggunaan Rolex oleh Biden mengundang komentar netizen. Tentu saja, di tengah keterbelahan publik AS saat ini, para pendukung Biden di media sosial, khususnya platform Twitter, membelanya. George Takei, aktor film Star Trek, pendukung Biden, pun menyatakan, ”Kami tidak perduli jam tangan apa yang dikenakan Joe Biden, seperti kami tidak pernah peduli dengan apa yang dikenakan oleh Obama.”
Beli produk dalam negeri
Keputusan Biden, di luar masalah fashion, sedikit kontradiktif dengan kebijakannya yang dikeluarkan beberapa hari setelah dia menjabat. Biden, Senin (25/1/2021), mengeluarkan perintah eksekutif bertajuk ”Buy American” untuk mengutamakan perusahaan dan produk AS sebagai prioritas dalam mendapatkan kontrak dengan pemerintah federal. Keinginan pemerintahan baru untuk memacu manufaktur dalam negeri menjadi alasan pengutamaan ini.
Perintah eksekutif itu dikeluarkan untuk meningkatkan produksi nasional dan menyelamatkan ratusan ribu atau bahkan jutaan pekerja di bidang manufaktur dengan meningkatkan investasi di pabrik. Kebijakan ini adalah eksekusi program kampanye Biden yang ingin membangun kembali AS dengan lebih baik karena perekonomian negara ini terpukul keras selama pandemi.
Setiap tahun, Washington menghabiskan anggaran 600 miliar dollar AS untuk membeli barang yang memiliki cap ”Dibuat di Amerika”. Namun, riilnya, mungkin hanya sepertiga yang memang benar-benar diproduksi di tanah AS.
”Manufaktur Amerika adalah gudang demokrasi dalam Perang Dunia II dan itu harus menjadi bagian dari mesin kemakmuran Amerika sekarang. Itu berarti kami akan menggunakan uang pembayar pajak untuk membangun kembali Amerika,” kata Biden.
Namun, perintah eksekutif itu berisiko menghadapi rantai pasokan yang dialihdayakan negara itu dan juga membuat marah mitra dagang Amerika, terutama Kanada.
AS dan tetangganya di utara, Kanada, bersama dengan Meksiko merupakan bagian dari perjanjian perdagangan bebas yang berlaku tahun lalu. Wakil Perdana Menteri Kanada Chrystia Freeland menuturkan, PM Kanada Justin Trudeau mengangkat kebijakan ”Membeli (produk-produk) Amerika” dalam pembicaraan telepon baru-baru ini dengan Biden.
Dalam catatannya, Wakil PM Freeland menyebutkan, AS menjual lebih banyak ke Kanada daripada ke China, Jepang, dan Inggris digabungkan. ”Dan apa yang benar-benar akan kami fokuskan dalam pekerjaan kami dengan pemerintahan Biden adalah hal-hal yang saling menguntungkan,” kata Freeland.
Kebijakan Biden ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kebijakan Trump. Trump telah mengeluarkan perintah eksekutif yang mendesak pemerintah federal untuk membeli lebih banyak produk buatan AS dan juga mengubah tarif menjadi senjata melawan impor dengan hasil yang beragam.
Biden mengatakan, dia tidak segera berencana untuk mengubah kebijakan perdagangan Trump atau mengeluarkan tarif baru, tetapi menggunakan daya beli besar-besaran pemerintah federal untuk memperkuat industri dalam negeri.
Undang-Undang Beli Amerika tahun 1933 masih berlaku. Isinya, antara lain, mewajibkan badan-badan pemerintah federal untuk memprioritaskan pembelian barang yang diproduksi di tanah AS. Namun, Biden mengatakan bahwa ”perusahaan besar dan yang membawa kepentingan khusus telah lama memperjuangkan celah” untuk undang-undang itu.
”Hal itu akan berubah dalam pengawasan kami,” ujarnya.
Biden menambahkan, dirinya akan mencari cara agar Gedung Putih bisa mendorong kontrak pengadaan barang oleh pemerintah federal diberikan pada pengusaha dan pabrik-pabrik AS.
Pemerintah juga akan mengubah definisi dari apa yang dianggap sebagai produk buatan AS dan mengurangi kemungkinan pengecualian. Pada saat yang sama, Gedung Putih juga meninjau keringanan yang sudah diberikan.
”Kami akan bekerja dengan pabrikan dan bisnis kecil Amerika untuk memberi mereka kesempatan untuk mengangkat tangan dan berkata, ’Ya, saya bisa melakukannya di sini, di toko saya, di kota saya,’” kata Biden.
Sambutan positif
Kelompok perdagangan, Alliance for American Manufacturing, menyambut baik langkah Biden. Presiden American Manufacturing Scott Paul mengatakan, UU harus sesuai dengan makna yang tercantum di dalamnya: produk Amerika harus benar-benar dibuat di Amerika.
Federasi serikat buruh, AFL-CIO, juga menyambut baik perintah eksekutif yang dikeluarkan Biden. ”Ini adalah langkah pertama yang baik dalam merevitalisasi manufaktur AS, yang gagal dilakukan oleh kebijakan Trump selama empat tahun terakhir,” kata Presiden AFL-CIO Richard Trumka.
Selama kampanye kepresidenannya, Biden berjanji untuk memperkuat proses ”Membeli (produk) Amerika”. Rencananya, pemerintah akan menciptakan proyek bernilai 400 miliar dolar AS, di mana nantinya semua barang yang digunakan dalam proyek tersebut merupakan barang buatan Amerika, termasuk baja, atau peralatan pelindung untuk petugas kesehatan yang menangani pandemi Covid-19.
Namun, perusahaan telah memperingatkan bahwa aturan yang terlalu ketat dapat mempersulit pembelian suku cadang yang dibuat di luar negeri dan menyebabkan biaya melonjak. Pandemi virus korona membuat masalah keamanan nasional menjadi bahan perdebatan. Selain itu, kerentanan rantai pasokan AS untuk kebutuhan hal-hal penting, seperti masker dan peralatan lain, dalam penanganan pandemi Covid-19.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), China mengambil alih AS sebagai produsen teratas dunia pada 2010 dan mengendalikan 28 persen produksi global pada 2018. ”Kami tidak akan pernah lagi berada dalam posisi di mana kami harus bergantung pada negara asing yang tidak memiliki kepentingan yang sama dengan kami untuk melindungi rakyat kami selama keadaan darurat nasional,” kata Biden. (AFP/REUTERS)