Bakamla Tahan Kapal Tanker Iran-Panama yang Transfer Minyak Ilegal di Indonesia
Badan Keamanan Laut RI menahan dua kapal tanker, masing-masing berbendera Iran dan Panama, karena diduga melakukan aktivitas transfer minyak secara ilegal di wilayah perairan Indonesia. Sebanyak 61 awak kapal ditahan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
AFP/INDONESIA COAST GUARD
Foto dari udara yang diambil pada Minggu (24/1/2021) dan dirilis oleh Badan Keamanan Laut (Bakamla) Indonesia ini memperlihatkan kapal tanker Iran dan Panama yang diduga berupaya menyelundupkan minyak ilegal ke perairan Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS — Petugas Badan Keamanan Laut Indonesia, Minggu (24/1/2021), menghentikan dan menyita dua kapal pengangkut minyak (tanker), yaitu kapal MT Horse berbendera Iran dan kapal MT Freya berbendera Panama, karena diduga melakukan transfer minyak ilegal di wilayah perairan Kalimantan. Kini, kedua kapal itu telah ditarik ke Pulau Batam, Provinsi Kepulauan Riau, untuk penyelidikan lebih lanjut.
Juru bicara Badan Keamanan Laut (Bakamla) Kolonel Wisnu Pramandita, mengatakan, kedua kapal tanker itu tertangkap tangan sedang memindahkan minyak dari MT Horse ke MT Freya. Saat ditangkap, petugas Bakamla melihat ada tumpahan minyak di sekitar kapal tanker penerima.
Wisnu menjelaskan, Bakamla mendeteksi keberadaan dua kapal tanker tersebut pada Minggu sekitar pukul 05.30 Waktu Indonesia Tengah. Kedua kapal itu, menurut Wisnu, menyembunyikan identitasnya dengan tidak menunjukkan bendera nasional mereka, mematikan sistem identifikasi otomatis, dan tidak menanggapi panggilan radio. Bakamla telah menahan kapal beserta 61 awak kedua kapal tersebut.
Organisasi Maritim Internasional (IMO) mengharuskan kapal menggunakan transponder untuk keselamatan dan transparansi. Kru bisa mematikan perangkat jika ada bahaya pembajakan atau bahaya serupa. Namun, transponder sering kali ditutup untuk menyembunyikan lokasi kapal selama aktivitas terlarang.
TASNIM NEWS AGENCY VIA AP
Foto yang dirilis kantor berita Tasnim, Iran, Senin (4/1/2021), ini memperlihatkan kapal tanker berbendera Korea Selatan saat ditangkap pasukan Garda Revolusi Iran di Teluk Persia.
Data pengiriman di Refinitiv Eikon menunjukkan, kedua supertanker—masing-masing mampu membawa 2 juta barel minyak—terakhir terlihat pada awal bulan ini di lepas pantai Singapura. Menurut data Marinetraffic, MT Horse berbendera Iran melaporkan mereka tengah berlayar menuju ke Pelabuhan Fujairah Anch, Uni Emirat Arab.
Data juga menunjukkan, kapal pengangkut minyak sangat besar atau very large crude carrier (VLCC) MT Horse, kapal tanker milik National Iranian Tanker Company (NITC), hampir terisi penuh dengan minyak. Sementara VLCC MT Freya, yang dikelola oleh Shanghai Future Ship Management Co, kosong. NITC belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Kedutaan Besar Iran di Jakarta yang dihubungi oleh Kompas belum mengeluarkan tanggapan mengenai penahanan kapal dan awak kapal berbendera Iran tersebut.
Menyiasati sanksi AS
Pencarian oleh kantor berita Reuters pada direktori perusahaan China menemukan bahwa alamat kantor terdaftar Shanghai Future Ship Management Co berada di bawah perusahaan lain bernama Shanghai Chengda Ship Management. Beberapa panggilan yang dilakukan ke kantor tersebut tidak dijawab.
REUTERS/JON NAZCA/FILE PHOTO
Kapal tanker Iran, Grace 1, bersandar setelah ditangkap oleh Marinir Kerajaan Inggris di lepas pantai Selat Gibraltar, Spanyol selatan, 20 Juli 2019, atas dugaan melanggar sanksi terhadap Suriah.
Iran telah dituduh menyembunyikan tujuan penjualan minyaknya dengan menonaktifkan sistem pelacakan pada kapal tankernya sehingga sulit untuk menilai berapa banyak ekspor minyak mentah Teheran karena berusaha untuk menyiasati sanksi AS.
Pada 2018, Presiden AS Donald Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran. Washington bertujuan untuk memotong ekspor minyak Teheran menjadi nol.
Tahun lalu, kapal tanker MT Horse, pernah digunakan Pemerintah Iran untuk mengirim 2,1 juta barel kondensat Iran ke Venezuela. (REUTERS)